MOJOK.CO – Mojok menghelat acara PutCast live selama 4 jam non stop pada Selasa (28/3) lalu. Mulai sejak 19.15, sampai tengah malam para penonton betah tak beranjak dari kursi. Obrolan serius hingga yang mengundang tawa lepas penonton tersaji di Balakosa Coffe, Nologaten, Sleman.
Acara Putcast yang sejatinya biasa penonton nikmati lewat YouTube dan Spotify untuk pertama kalinya menyapa langsung penonton. Momen tersebut bertepatan dengan program PutCast yang menginjak episode ke-200 dan ulang tahun Puthut EA, Kepala Suku Mojok sekaligus host program PutCast
Putcast 4 jam non-stop
Puthut EA menjadi host tunggal dari empat perbincangan beragam tema selama lebih dari empat jam. Sesi pertama bertemakan “Mengingat Kembali Tradisi dan Budaya Bangsa” yang menghandirkan Irfan Afifi pendiri Langgar.co dan Muhidin M Dahlan, penulis cum pendiri Radio Buku dan Warung Arsip.
Saat sesi pertama dimulai, penonton sudah berdesakan di arena acara. Area yang terbatas membuat sebagian penonton harus menikmatinya dari luar ruang. Namun hal itu tak menghalangi keseruan acara.
Setiap sesi berlangsung sekitar satu jam. Durasi yang sebenarnya tak cukup lantaran obrolan begitu mengalir bahkan memantik beberapa perdebatan menarik antar pembicara.
Berawal dari kebudayaan, penonton dibawa ke topik yang lebih panas seputar “Politik Hukum dan Kedaulatan Rakyat” dengan pembicara pakar hukum UGM Zainal Arifin Mochtar dan Ketua Pusat Bantuan Hukum Peradi Yogyakarta.
Puthut EA terlihat masih punya lebih banyak pertanyaan. Namun ia selalu menyampaikan hal yang sama pada setiap sesi, “Berhubung kali ini tidak ada kemewahan waktu, langsung saya ajukan pertanyaan yang agak sensitif.” Sebuah ungkapan yang langsung menyita perhatian para hadirin.
Hari semakin malam, acara berlanjut ke sesi ketiga yang diisi oleh Kepala Desa Panggungharjo, Bantul, Wahyudi Anggoro Hadi dan Penggagas Desa Anti Politik Uang Sadonoharjo, Wasingatu Zakiyah. Kedunya membicarakan masa depan desa.
Puthut EA langsung menyodorkan pertanyaan menggelitik tentang wacana masa jabatan kades sembilan tahun yang sempat menjadi polemik publik. Wahyudi menjelaskan, terlepas dari persoalan durasi jabatan, paling utama adalah cara menciptakan agar desa mendapat perhatian.
Ger-geran di sesi komedi
Di jeda antar sesi, dua MC kembar Doel Rohmad dan Doel Rohim memandu penampil dari Stand Up Indo Jogja maju ke depan hadirin untuk mencairkan suasana. Meski saat sesi-sesi serius, tetap ada hal yang mampu membuat penonton tertawa, kehadiran para stand up comedian ini semakin membuat tawa pecah.
Namun pecahnya tawa penonton, paling lepas, pada saat sesi keempat berlangsung. Sesi ini dimulai saat jam sudah menunjukkan pukul 23.45, namun penonton masih setia memadati setiap sudut ruangan. Dua pembicara yang hadir memang paling ditunggu-tunggu, komedian Mukti Entut dan pembawa acara kondang di Jogja Alit Jabang Bayi.
Kedua pembicara tersebut membincangkan tema “Pasar Komedi” dengan penuh komedi. Alit yang berprofesi sebagai MC menceritakan susahnya jadi seorang stand up comedian. Begitu pula Mukti, stand up comedian yang sesekali didapuk menjadi MC, berbagi tantangan mengatur lalu lintas jalannya sebuah acara.
“Pembawaan MC lucu itu jadi salah satu cara untuk menyiasati tampang yang pas-pasan,” kata Alit.
Saat Alit sedang membicarakan persoalan mahalnya harga tanah di Jogja, tiba-tiba saja sistem suara eror dan memunculkan suara bising. Penonton kaget, tapi sejurus kemudian tertawa lepas lantaran momennya begitu pas dengan pembicaraan dengan tema yang agak sensitif.
Acara usai setelah hari telah berganti. Penonton perlahan meninggalkan arena acara setelah duduk lebih dari empat jam. Mereka yang hadir menyampaikan kesan-kesan menarik tentang acara live pertama PutCast ini.
“Live session terkeren. Duduk enam jam yang nggak sia-sia. Ditutup oleh Lord El Metronom,” ucap seorang penonton bernama Habib Ahmad.
“Terima kasih, acaranya tetap gerrr sampai sesi terakhir. Luar biasa,” kata Fahridinia Maulida, penonton lain yang hadir.
Penulis: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi