Luapan Kekecewaan Fans The 1975: ‘Please Jangan Aneh-aneh, Orang tuh Nggak Segampang Itu Ketemu Kamu’

The 1975 mojok.co

The 1975 (photo: IG The 1975)

MOJOK.COAksi panggung The 1975 saat konser di Malaysia memicu protes dari berbagai kalangan. Mulai dari pemberhentian konser, pembatalan dari We The Fest, sampai kemarahan Iqbal Ramadan selaku penggemar.

Grup musik asal Manchester ini memang sering kali melakukan tingkah yang membuat publik gemas. Melansir laman Stylecaster, publik kerap menyorot perilaku Matty Healy selaku vokalis; dari rasisme, lelucon yang menyudutkan pihak tertentu, sampai pernyataan berbau misoginis.

Memang menyebalkan, apalagi bagi para penggemar The 1975 yang telah rela membeli tiket dan menyisihkan waktu serta tenaga untuk jauh-jauh bertemu idolanya. Lintang (22), mengungkapkan kekesalan itu pada Reporter Mojok, Senin (31/7/2023).

Lintang adalah perempuan asal Yogyakarta dan merupakan penggemar The 1975 sejak tahun 2017. Lagu-lagu The 1975 telah menjadi salah satu sumber kebahagiaannya. Selain mendengarkan lagunya, ia juga suka menonton acara-acara yang mengundang The 1975 sebagai bintang tamu.

“Serius, mereka tuh lucu banget dan sangat menghibur sih waktu itu,” ucapnya.

Meski begitu, Lintang menyadari betul betapa banyak kontroversi yang ditimbulkan Matty, terlebih atas aksi panggung di Malaysia. Sebagai bagian dari komunitas LGBTQ, Lintang paham betapa frustasinya Matty akan diskriminasi terhadap kaumnya.

“Aku paham, rasanya kayak mau teriak from the top of my lungs tentang apa yang aku rasakan. Walaupun aku paham frustasinya, menurutku keputusan dia sangat jauh dari kata tepat,” ujar Lintang.

Halaman selanjutnya…

The 1975 harus lebih bijak dan pintar untuk menyuarakan pendapat

The 1975 harus lebih bijak dan pintar untuk menyuarakan pendapat

Lintang tidak tahu dan tidak begitu peduli soal orientasi seksual Matty atau grup musiknya. Namun, menurutnya, The 1975 harus lebih bijak dan pintar untuk menyuarakan pendapat mereka. Bagi Lintang, alangkah lebih baik jika mereka mengeluarkan pendapatnya melalui karya.

“Matty dengan platform sebesar itu malah kasih contoh yang jelek. Sangat amat disayangkan. Memalukan,” pungkasnya.

Ditambah lagi, ia juga merasa tidak baik jika memaksakan opini kepada orang lain. Apabila memang tujuan The 1975 adalah kampanye LGBTQ. Lintang menekankan, aksi panggung tersebut malah semakin menghancurkan citra komunitas LGBTQ dan membuat mereka semakin rentan didiskriminasi.

Tindakan gegabah semacam itu tak mungkin bisa langsung mengubah pemikiran orang lain. “Mau mengubah budaya dan aturan di negara itu hanya dengan satu tindakan tak bertanggung jawab? Nggak mungkin, lah! Tiap negara punya budaya dan aturan sendiri,” tegas Lintang.

Menyuarakan pendapat pribadi memang hak setiap individu. Tidak apa-apa jika The 1975 memang berpihak dan ingin membela komunitas LGBTQ. Sayangnya, bagi Lintang, cara-cara yang dilakukan The 1975 sering kali aneh seperti mencium penggemar penyuka sesama jenis dan melanturkan kalimat-kalimat aneh tanpa persiapan.

Suka musiknya, tapi tidak dengan kelakuan mereka

Selain itu, ia juga tak menyukai kebiasaan mereka yang sering manggung dalam kondisi mabuk. Lintang menekankan, “Jadi aku lebih suka musik-musiknya, sih, bukan kelakuan mereka. Tapi serius, mereka dulu lucu!”

Salah satu impian Lintang adalah menonton langsung konser The 1975 dan menyanyikan lagu kesukaannya, Robbers. Harapannnya, penggemar yang membeli tiket konser mendapat pengalaman terbaik karena mereka telah totalitas mulai dari beli tiket sampai jauh-jauh datang demi grup musik kesukaannya.

“Please lah jangan aneh-aneh, orang-orang tuh nggak segampang itu loh mau ketemu kamu. Kita tuh pengen lihat kamu nyanyi, pengen seneng-seneng, just do your job!” ucapnya kesal.

Penulis: Viola Nada Hafilda
Editor: Iradat Ungkai

BACA JUGA Album Kedua Olski ‘Good Morning’ Rilis Setelah 6 Tahun, Lebih Dewasa tapi Tetap Menggemaskan

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version