MOJOK.CO – Setelah beda pendapat dengan Menteri PUPR soal banjir Jakarta, kali ini Anies Baswedan tak sepakat dengan penilaian Presiden Jokowi soal penyebab banjir.
Parahnya banjir Jakarta pada akhirnya menjadi pergulatan politik secara implisit. Maklum, banjir Jakarta kali ini termasuk banjir yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Paling tidak, jika berdasarkan BMKG Jakarta Timur, curah hujan yang melanda Jakarta dan sekitarnya merupakan yang tertinggi sejak 10 tahun terakhir.
Melihat begitu besar dampak banjir terhadap warga Jakarta, Presiden Jokowi menilai ada faktor kesalahan manusia pada bencana kali ini. Terutama mengenai buang sampah sembarangan.
“Ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada, tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah ke mana-mana. Banyak hal,” kata Jokowi.
Mengenai korban yang sudah sampai 30 orang meninggal dunia, beserta puluhan ribu harus mengungsi, Jokowi meminta setiap elemen pemerintah bekerja sama untuk mendahulukan proses evakuasi warga.
“Yang terpenting saat kejadian saat ini adalah evakuasi korban, keselamatan dan keamanan masyarakat harus didahulukan. Nanti urusan penanganan banjir secara infrastruktur akan kami kerjakan setelah penanganan evakuasi selesai,” tambah Jokowi.
Meski begitu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak sepakat dengan anggapan bahwa sampah merupakan hal yang menjadi penyebab banjir. Hal ini didasarkan dari pengamatan Anies Baswedan bahwa di kawasan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, banjir menggenang tapi daerah tersebut sebetulnya tidak banyak sampah.
“Halim itu setahu saya tidak banyak sampah, tapi bandaranya kemarin tidak bisa berfungsi. Apakah ada sampah di bandara? Rasanya tidak. Tapi Bandara Halim kemarin tidak bisa digunakan,” kata Anies Baswedan membantah pernyataan Jokowi.
Menurut Anies, curah hujan yang sangat tinggi menjadi salah satu biang kerok paling besar.
“Ada yang daerah kontribusinya karena masalah curah hujan saja. Ada yang kontribusinya karena ukuran saluran. Ada yang kontribusinya karena faktor-faktor yang lain. Jadi ini bukan single variable problem. Ini multiple variable,” kata Anies Baswedan.
Sebelumnya, Anies juga sempat saling berbeda pendapat dengan Menteru PUPR, Basuki Hadimuljono. Saat itu, Basuki melihat lambatnya proses normalisasi sungai Ciliwung menjadi sebab banjir menjadi semakin parah.
Saat itu, Anies yakin bahwa bukan di sana masalahnya. Menurut Anies masalah yang perlu diselesaikan adalah mengendalikan debet air yang mengalir dari arah Selatan Jakarta.
“Jadi, selama air dibiarkan dari Selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari Selatan, maka apapun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya,” kata Anies Baswedan.
Untungnya, beda pendapat soal banjir ini tetap membuat warga Jakarta saling bahu-membantu saudara-saudara yang terkena bencana dengan melupakan persoalan politik di masa lalu.
Barangkali benar, banjir Jakarta sebenarnya bukanlah masalah yang harus diselesaikan, tapi harus diatasi. Diatasi dengan jadi presiden misalnya. Eh. (daf)
BACA JUGA Beda Cara Anies dan Ahok Menangani Banjir Jakarta atau kabar terbaru lainnya di KILAS.