MOJOK.CO – Bandara Internasional Dhoho Kediri akan mulai beroperasi paling lambat pada awal 2024. Bandara ini akan menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang dibangun oleh swasta, yaitu Gudang Garam.
Indonesia akan memiliki bandara baru. Apabila berjalan sesuai rencana, Bandara Dhoho di Kediri akan beroperasi di awal 2024. Pembangunan bandara milik perusahaan rokok Gudang Garam itu kini sudah mencapai 90 persen.
Bandara yang berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Kediri itu akan menjadi bandara pengumpan di jalur Selatan Jawa yang melayani penerbangan domestik. Karenanya, kehadirannya akan memudahkan mobilitas warga di Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten dan Kota Blitar, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung.
Mereka tidak perlu lagi jauh-jauh ke Bandara Juanda di Surabaya atau Bandara Abdul Rahman Saleh di Malang untuk berpergian menggunakan pesawat terbang. Asal tahu saja, dua bandara itu berjarak lebih dari 100 km dari Kota Kediri.
Di bawah ini beberapa fakta Bandara Dhoho yang segera beroperasi itu:
Dibangun Gudang Garam, biaya triliunan rupiah
Pembangunan bandara yang sudah dimulai sejak 2020 itu menelan biaya hingga Rp10,8 triliun. Biaya itu ditanggung oleh perusahaan rokok PT Gudang Garam melalui anak usahanya PT Surya Dhoho Investama.
Pembangunan Bandara Dhoho menggunakan skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Bandara Dhoho masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN) seperti yang tertulis dalam Permenko 21/2022.
Kapasitas 10 juta penumpang per tahun
Bukan kaleng-kaleng, bandara Dhoho merupakan bandara internasional yang rencananya bisa menampung hingga 10 juta penumpang per tahun. Jumlah itu mirip dengan Bandara Kualanamu Deli Serdang, Sumatera Utara yang berkapasitas 8 juta penumpang.
Akan tetapi, untuk tahap I yang beroperasi pada 2023 ini, Bandara Dhoho baru akan memiliki terminal penumpang seluas 18.000 meter persegi dengan kapasitas 1,5 juta penumpang. Setelahnya kapasitas akan naik menjadi 4,5 juta penumpang di tahap II, dan mencapai 10 juta penumpang di tahap III.
Bandara Dhoho memiliki runway atau landas pacu berukuran 3.300 x 60 meter, apron komersial berukuran 548 x 141 meter, apron VIP berukuran 221 x 97 meter, 4 taxiway, dan tempat parkir dengan luas 37.108 meter persegi.
Baca halaman selanjutnya…
Angkasa Pura I akan kelola Bandara Dhoho
Angkasa Pura I akan kelola Bandara Dhoho
PT Angkasa Pura I akan mengelola bandara ini. Kesepakatan pengelolaan itu sudah termaktub dalam nota kesepahaman dengan PT Gudang Garam pada 10 Maret 2020. Durasi kerja sama itu disepakati selama 50 tahun sejak bandara mulai beroperasi.
Kehadiran Bandara Dhoho akan menambah daftar bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I. Melansir dari laman resminya, saat ini PT Angkasa Pura I mengelola 15 bandara yang beberapa tersebar di Jawa, Kalimantan dan sisi Timur Indonesia. Adapun PT Angkasa Pura I merupakan Badan Usaha milik Negara (BUMN) yang 100 persen sahamnya milik pemerintah Indonesia.
Bandara di Kediri akan layani Haji
Bandara Dhoho rencananya akan melayani penerbangan Haji. Panjang landasan bandara ini rencananya hingga 3.300 meter sehingga bisa melayani pendaratan pesawat berbadan besar. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada pertengahan Juli yang lalu menjelaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan General Authority of Civil Aviation Arab Saudi untuk mengantongi izin untuk melayani penerbangan haji.
Asal tahu saja, selain landasan yang mumpuni, bandara yang melayani penerbangan haji harus memiliki fasilitas penunjang seperti penginapan dan rumah sakit di sekitar bandara. Dua fasilitas ini perlahan akan ada di bandara ini.
Bandara di Kediri yang artinya “Kota Api”
Nama Dhoho berasal dari kata “Daha” atau “Dahanaputra” yang merupakan salah satu kota kuno di Jawa Timur. Kota tersebut sempat menjadi pusat pemerintahan dari Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Majapahit. Di masa sekarang, kota tersebut merupakan bagian dari Kota Kediri.
Sumber lain menyebut Dhoho berarti “Kota Api“. Harapannya, Kehadiran bandara ini bisa menghidupkan roda perekonomian masyarakat dari berbagai sektor, baik industri, kuliner, dan pariwisata.
Penulis: Kenia Intan N
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Alasan Sinar Jaya Gunakan Karoseri Laksana dengan Interior Mewah yang Manjakan Penumpang