MOJOK.CO – Juliari Batubara, Menteri Sosial, mungkin bakal mengenakan rompi oranye paling bikin rakyat emosi dalam sejarah KPK.
Nggak nyangka sama sekali, baru dini hari tadi (Minggu 6/12) KPK menetapkan Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara, bersama empat orang lainnya sebagai tersangka dugaan kasus suap terkait bansos COVID-19.
Juliari Batubara pada akhirnya menyerahkan diri pada dini hari, waktu yang pastinya bakalan bikin blio kemecer.
Bayangpun sodara, sodara: Menteri sosial. Tersangka KPK. Suap bansos Covid-19.
Buseeet, menteri sosial yang asosial. Distorsi, ironi, ngewri, and krezi.
Padahal, karier Juliari Batubara sedang moncer-moncernya. Politisi PDI Perjuangan ini sempat duduk di tampuk megah bernama DPR RI selama dua periode melalui Dapil Jateng I. Lahan suara paling basah bagi kader PDIP kalau mau nyalon anggota legislatif.
Di partai pun blio nggak main-main. Menduduki jabatan Wakil Bendahara Umum periode 2019-2024, menandakan Juliari Batubara amat dipercaya dalam partai. Apalagi mendapat potongan kue berupa sebagai Menteri Sosial, tentu hadirnya amat diperhitungkan.
Namanya juga manusia, melakukan blunder adalah jalan ninja yang sulit terhindarkan bagi seseorang yang berkekuatan seperti Julian Batubara. Kata anak TikTok, sih, harta, tahta, terjaring KPK.
Ketika saya menulis ini, saya tinggal menunggu blio melambaikan tangan ke kamera, senyum terkembang, dan pakai rompi oranye khas tahanan KPK.
Menteri sosial kok tersangka korupsi urusan sosial. Hadeh.
Benar-benar nggak belajar dari mensos sebelumnya nih Pak Juliari Batubara. Itu lho lihat Mbak Puan Maharani. Setidaknya beliau selama satu periode jabatan nggak korupsi sama sekali.
Karena apa? Ya karena nggak ngerjain apa-apa, jadi apanya yang bisa dikorupsi, Bambaaang?
Ibarat korupsi itu tingkatannya sudah setara neraka jahanam, saya jadi nggak bisa bayangin kalau perihal korupsi atau suapnya terkait bansos COVID-19 begini.
Mungkin malaikat yang menimbang-nimbang dosa kejahatan model begini bakalan pusing bukan main. Kok ya ada manusia versi beta seperti ini. Hadeh.
Ketika beberapa orang nggak dapat bantuan sosial perihal COVID-19, pun saling tuding antar-ketua desa mewarnai prahara, jebul muaranya sudah sejak dari hulu.
Alias dari sang pemangku jabatan yang harusnya bijak bestari, bukan malah malu-maluin ibu pertiwi dan Ibu Megawati.
Beberapa orang di kampung saya meradang, mereka nggak dapat bantuan dari pemerintah. Beberapa kepala rumah tangga bahkan terang-terangan bilang kepala desa korup.
Di bawah saling sikut-menyikut, yang di atas justru menyeruput uang kami sampai semaput. Mungkin nurani Jualiari Batubara itu sekecil dan selambat siput.
Kasus korupsi ini ditengarai dari pengadaan sembako untuk bansos penanganan Covid-19 dengan nilai Rp5,9 triliun.
Nah, karena yang dipasrahi adalah Kemensos, ada dugaan Juliari Batubara minta Joko Santoso dan Adi Wahyono untuk langsung menunjuk perusahaan sembako penyedia bantuan itu.
Masalahnya adalah… KPK mengendus bahwa penunjukkan itu terindikasi ada mainan suap, karena diduga ada aliran dana dari perusahaan yang ditunjuk ke kantong Juliari Batubara.
Melalui konferensi pers secara virtual, Firli Bahuri mengatakan, “Pada pelaksanaan paket Bansos sembako periode pertama diduga diterima fee kurang lebih sebesar Rp12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada JPB (Mensos) melalui AW dengan nilai Rp8,2 miliar.”
Dari OTT ini, KPK menemukan uang dengan sejumlah pecahan mata uang asing. Masing-masing yaitu sekitar Rp 11,9 miliar, sekitar USD 171,085 dan sekitar SGD 23.000.
Sungguh terlalu Anda semua. Memberi hati saat kontestasi, hati-hati saat main sembunyi, dan makan hati saat tertangkap.
Apakah ini akan menjadi sebuah tambang lama yang syahdu sekali. Tembang, “kepala, pundak, Luhut lagi, Luhut lagi,” yang makin hari makin nyata dan terbukti?
Saya malah perihatin kepada Lord Opung Luhut Binsar. Tugasnya sebagai menteri pengganti atau ad-interim dalam jabatan Menteri Sosial bisa saja terlaksana dengan pasti.
Lho ini kan hanya perkiraan, jika melihat pola yang biasanya dilakukan Jokowi, bisa saja Opung memangku tugas berat ini.
Duh, malang sekali nasib Opung Luhut. Hidupnya seutuhnya mengimplementasikan kinerja bosnya, yakni kerja, kerja, dan kerja. Maklum, sebagai bawahan yang baik, mengikuti keinginan atasan itu harga mati.
Eh, sejujurnya sampai saat ini saya nggak tahu, mana atasan dan mana bawahan. Tapi, sementara, anggap saja begitu.
Saking serba-bisanya, kayaknya jika diberi kesempatan, saya nggak bakal heran kalau misalnya ada proyek menyatukan pulau-pulau di Indonesia, saya yakin cuma Opung Luhut yang bakalan mampu mengerjakannya. Apa aja ada semua, kayak IKEA.
Sebelum kasus ini, Opung Luhut sudah menggantikan peran Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo yang digelandang KPK. Walau akhirnya blio menyerahkan kursi menteri ad-interim untuk Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, setidaknya Opung Luhut adalah rujukan pertama kalau ada kursi menteri yang kosong.
Dengan sifat ksatria (dan ogah direpotin terus-terusan sih), blio rela “memberikan” tampuk jabatan sementara itu. Ini membuktikan, Opung Luhut pun menghargai makrokosmos. Blio sadar, jabatan di bumi hanyalah sementara.
Sekaligus ini merupakan tamparan keras kepada Jokowi. Maksud saya, ayolah, Pakde, Opung Luhut ini sudah lelah. Entah berapa jabatan yang sudah dia emban. Yo saya tahu walau penunjukan itu menjadi hak prerogatif presiden, tapi kesehatan Opung Luhut ini lho bikin saya cemas juga lama-lama.
Apalagi Jokowi juga menunjuk Opung Luhut untuk turun menangani kenaikan kasus delapan provinsi dengan angka kasus COVID-19 terbesar di Indonesia. Iya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang dipilih, bukan Menteri Kesehatan Terawan yang sangat transparan itu.
Oleh karena itu, ketika mendengar Mensos Juliari Batubara ditangkap KPK karena melakukan kejahatan yang keji, saya jadi bertanya-tanya apakah Lord Opung Luhut akan naik kasta lagi?
Jika memang iya dan Opung Luhut mau, sungguh saya luar kagum dengan performa ngosak-ngasik khas blio. Ibarat sepak bola, pergerakan blio bagai Lionel Messi yang mengobrak-abrik pertahanan lawan, tapi staminanya seperti Hariono yang mampu angkut-angkut galon.
Toh Menteri Sosial itu jabatan yang amat krusial. Pun persona rakyat bagi Pakde Jokowi juga bagus. Blio tentu nggak mau kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Apalagi yang diduga dicatut adalah dana bantuan COVID-19. Sebuah wahana wisata keresahan masyarakat di akar rumput.
Pakde Jokowi pasti nggak tahu kalau pembagian dana bantuan untuk COVID-19 ini banyak yang salah sasaran. Kayak tetangga saya, misalnya, yang punya mobil kinyis-kinyis justru malah dapat ki karepe kepiye je.
Saya juga maklum, yang bisa ngurusin urusan maha sakral ini adalah Opung Luhut seorang, bukan kayak Juliari Batubara yang suka mainan ironi dengan jabatannya sendiri.
BACA JUGA Kenapa Koruptor di Indonesia Masih Bisa Senyam-senyum di Pengadilan? dan tulisan Gusti Aditya lainnya.