Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Urgensi Naik Gunung di Hari Kemerdekaan RI

Gita Wiryawan oleh Gita Wiryawan
27 Agustus 2014
A A
kemerdekaan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus dirayakan dengan berbagai cara, mulai dari upacara formal di kantor hingga prosesi dramatis mengibarkan bendera di puncak gunung. Apa sebenarnya urgensi naik gunung di hari kemerdekaan?

Banyak cara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh di bulan Agustus ini. Kantor-kantor, baik pemerintah maupun swasta, sibuk bersolek. Upacara dipersiapkan dengan matang. Parade baris-berbaris pun dilaksanakan dengan meriah. Begitu juga dengan aktivitas naik gunung.

Selain peringatan birokratis, banyak pula yang memilih prosesi yang lebih hebat—mengibarkan bendera Merah Putih di dasar laut maupun di puncak gunung, misalnya. Dibilang “banyak” karena sejak beberapa tahun terakhir, peringatan hari kemerdekaan dengan cara demikian seolah menjadi hal yang biasa. Terutama dengan bantuan teknologi yang semakin mempermudah manusia hari-hari ini.

Mendaki gunung memang menyenangkan. Ada kebanggaan tersendiri ketika kita bisa berada di tempat yang jauh lebih tinggi daripada tanah yang biasanya kita injak. Sebuah novel (yang kemudian difilmkan) mengenai lima sekawan yang akhirnya berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di Jawa dan merayakan sakralitas upacara bendera di sana semakin menguatkan hal tersebut. Lantas orang pun ramai-ramai mengikuti jalan tersebut.

Mereka lupa setidaknya dua hal. Yang pertama, lima sekawan di dalam novel tadi, meskipun dibilang terinspirasi dari kisah nyata, tetaplah manusia-manusia fiksi. Banyak hal terpaksa dipoles agar cerita terlihat lebih menarik. Dan yang kedua, meskipun tampak mudah, alam selalu memiliki bahayanya sendiri.

Saya teringat pada cerita seorang guru Geografi sewaktu di kelas X SMA. Beliau sering memberi “ancaman” kepada siswa agar lebih memperhatikan penjelasan beliau, terutama bagi orang-orang yang gemar mendaki gunung. Katanya, para pendaki yang meninggal di gunung adalah mereka yang memilih tertidur pada waktu pelajaran berlangsung. Tentu saja hal itu hanya candaan karena seringkali anomali menampakkan wujudnya di alam bebas. Kecelakaan bisa saja terjadi meski para pendaki mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tapi bahwa beliau menyelipkan nasihat di balik ancamannya tak bisa dikesampingkan begitu saja. Beliau kemudian berkata bahwa para pendaki gunung tak perlu terlalu khawatir karena menurutnya melakukan prediksi iklim di gunung lebih mudah daripada menebak kapan petasan yang baru saja dibakar akan meletus. Tuhan toh takkan menciptakan sebuah ilmu tanpa ada manfaatnya.

Masalahnya, tidak semua orang waspada mengenai hal itu. Banyak yang masuk kategori seperti yang guru Geografi saya sebutkan: lebih memilih tertidur daripada mempelajari hal-hal yang justru sangat berguna. Saya pernah satu kelompok pendakian dengan orang demikian. Rasanya, aduh mak, menyusahkan saja. Jangankan dimintai tolong membawa perlengkapan kelompok, membawa barang pribadinya yang hanya sebuah tas daypack saja dia kesulitan. Malah tasnya yang terpaksa harus dibawa oleh beberapa anggota kelompok bergantian.

Sampai sekarang saya heran mengapa orang-orang macam ini memaksakan diri naik gunung yang notabene bukan spesialisasinya? Apakah keindahan gunung demikian menarik hatinya sehingga dia rela bertebal muka merepotkan kawan-kawannya—yang sebetulnya sudah repot sendiri? Apakah hasrat eksibisionismenya sebegitu besarnya, sehingga dia ingin sekali terlihat keren dengan berfoto-foto di atas gunung lalu mengunggahnya di media sosial?

Ini bukanlah larangan bagi orang-orang yang ingin mendaki gunung. Apalagi ikut meramaikan pro dan kontra yang telah menahun tentang ramainya para pendaki di hari kemerdekaan sehingga menyebabkan gunung jadi kotor dan ekosistemnya terganggu. Apalah arti kemerdekaan dan kebebasan jika di antara kita masih ribut saling melarang.

Yang perlu diingat barangkali adalah ujaran lawas bahwa di atas gunung semua sifatmu akan diperlihatkan. Apakah kau adalah seorang yang egois ataukah mudah diajak bekerja sama. Apakah kau pekerja keras ataukah pemalas yang hanya ingin terlihat rajin. Kawan-kawan kelompok akan mengenalmu dengan jelas ketika kau mendaki bersama. Jika kau tak memiliki rasa malu seperti para politisi yang gemar ngomong berbusa-busa di depan televisi, tak apa. Teruskan saja.

Namun, jika kau cukup sadar diri dengan kekuatanmu sendiri yang tak seberapa, kau pun masih bisa memperingati hari kemerdekaan dengan cara lain. Kau bisa mencontoh saya, misalnya. Buat saya, merdeka berarti bebas bangun siang, cuci muka sekadarnya, lalu meneruskan membaca buku yang belum selesai semalam sembari menikmati secangkir teh hangat. Bagaimana?

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2025 oleh

Tags: Hari KemerdekaanNaik Gunung
Gita Wiryawan

Gita Wiryawan

Artikel Terkait

Cover film animasi Merah Putih: One for All dihujat animator. Lebih "bagus" dari Demon Slayer. MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Pertama Menonton Merah Putih: One for All, Dibuat “Kagum” Sekaligus Ketagihan

20 Agustus 2025
Bendera One Piece dan Kekhawatiran Negara yang Kebablasan
Video

Bendera One Piece dan Kekhawatiran Negara yang Kebablasan

17 Agustus 2025
Antara Hidup dan Mati di Bibir Jurang: Seri ke Gunung Salak yang Mistis . MOJOK.CO
Malam Jumat

Antara Hidup dan Mati di Bibir Jurang: Seri ke Gunung Salak yang Mistis (Bagian 2)

6 April 2023
mahasiswa uin hilang mojok.co
Kilas

Tim SAR Ungkap Penyebab di Balik Mahasiswa UIN yang Hilang Dua Hari di Lereng Merapi

14 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Perantau Sidoarjo nekat jadi wasit futsal demi bertahan hidup di Jogja hingga akhirnya menyerah MOJOK.CO

Perantau Sidoarjo Nekat Jadi Wasit Futsal demi Hidup di Jogja, Berujung Menyerah Kejar Mimpi di Kota Pelajar karena Realita

28 November 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.