Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Terbuka untuk Dosen yang Jarang Mengajar

Melihat kondisi ini, keikhlasan yang telah datang, saya tunda sementara sembari berspekulasi bahwa jangan-jangan dosen menyebalkan ini adalah orang yang dimatikan hatinya oleh Tuhan.

Mohammad Rafi Azzamy oleh Mohammad Rafi Azzamy
25 November 2022
A A
Surat Terbuka untuk Dosen yang Jarang (atau Bahkan Tidak Pernah) Mengajar MOJOK.CO

Ilustrasi Surat Terbuka untuk Dosen yang Jarang (atau Bahkan Tidak Pernah) Mengajar. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Perlahan mengamati fenomena ini, sebenarnya saya masih ingin memilih tuk sabar dulu. Sebab, biasanya, saya langsung koar-koar kalau ada fenomena nggemesin seperti ini. Namun, saat teman saya yang rajin mengunggah status WhatsApp tak lama saat ada tiga dosen dalam satu hari yang menyatakan tidak masuk kelas, sehingga menyebabkan hari itu tidak ada perkuliahan sama sekali, yang berisi curhatan tentang pertanyaan orang tuanya terkait mengapa kok sering tidak ada jam kuliah di kampus, padahal orang tuanya sudah banyak berkorban agar dia dapat menempuh perkuliahan. 

Saat melihat status teman saya tersebut, entah kenapa timbul sesak di dada. Tebesit langsung gambaran tentang semangat seorang mahasiswa dalam berkuliah, yang di baliknya ada keringat orang tua dalam mencari nafkah. 

Rasa sesak di dada yang kemudian membuat saya tak dapat diam saja melihat penelantaran ini. Hal ini juga membuat saya menolak mentah-mentah ucapan senior pada teman saya terkait aturan “selalu benar”.

Anggapan yang sejak lama sudah keliru

Saya menduga banyak dosen yang beranggapan bahwa mahasiswanya lebih senang kalau mereka tak masuk kelas. Yah, anggapan ini tak sepenuhnya salah sebab memang tidak sedikit mahasiswa yang justru senang apabila dosennya tidak mengajar. 

Ada pula anggapan bahwa mahasiswa justru senang jika dosennya tak mengajar. Anggapan ini secara tak sadar datang dari suatu persepsi bahwa kuliah bukan suatu aktivitas yang menyenangkan. Jadi, dia tak merasa ada gairah tulus tuk datang. Keberadaan persepsi ini jelas menandakan adanya problem dalam pola dan metode pembelajaran. Beberapa orang yang penalarannya tidak terlalu dalam mungkin mengatakan bahwa belajar itu memang tidak menyenangkan dan harus penuh kesabaran. Hal ini senada dengan ungkapan “Aku mengajarkanmu kesabaran, supaya kamu memaklumi penindasan yang aku lakukan.”

Belum lagi kalau ada dosen ada yang mengatasnamakan kurikulum merdeka belajar sebagai alasan dia tidak mengajar. Setelah itu dia bilang bahwa mahasiswa harus merdeka dalam belajar. Mahasiswa harus belajar sendiri dan tak boleh menuntut. 

Di sini, dosen hanya sebagai motivator. Saat “merdeka belajar” ditafsirkan secara neoliberal, sehingga membuat seorang dosen/guru melepaskan tanggung jawabnya dalam mengajar, saat itulah pikiran mereka remuk dan kurang ajar. Nah, di sini kita perlu memahami bahwa spesies homo sapiens ini tidak tiba-tiba menjadi makhluk yang aneh, jelas ada penyebab-penyebab yang melatarbelakanginya.

Wahai dosen dan mahasiswa, bersatulah!

Salah satu dosen yang sering berdiskusi dengan saya pernah bercerita terkait betapa banyaknya urusan administrasi, tugas-tugas dari kampus, garapan proposal, dan laporan-laporan yang menghantuinya. Dia berkata pada saya “Wah gila, jadi dosen itu padatnya minta ampun, ditekan administrasi sana-sini, belum lagi proposal, kepanitiaan, laporan, dan hal-hal administratif yang membuat kami sulit tuk riset secara serius apalagi berinteraksi intens dengan para mahasiswa. Bahkan tidak sedikit loh dosen yang dibuat mirip sekrup pabrik oleh kampus.” Belum lagi jika mereka punya masalah di rumah dan berimbas ke performa ketika mengajar.

Kita jelas harus memahami pula problem-problem pengganggu mental health para dosen yang melatarbelakangi timbulnya sifat aneh. Tapi tetap saja, sepelik apa pun problemnya, tanggung jawab dalam memberi pengajaran dan pendidikan pada mahasiswanya tidak akan hilang! 

Jika kita renungkan, kita menjadi paham bahwa baik dosen maupun mahasiswa sama-sama dijebak problem yang pelik oleh kampusnya. Mahasiswa ingin belajar namun dosennya tidak ngajar, dosennya pengin ngajar tapi kampus menyibukkannya dengan administrasi, ngurus proposal, kepanitiaan, dan seminar. 

Menanggapi kepelikan ini, kiranya kita perlu menyatakan seruan lantang wahai mahasiswa dan dosen, bersatulah!!!

Lawan kampus yang “aneh”

Lalu, kita perlu memindahkan predikat “aneh” pada kampus, karena ialah sejatinya dalang di balik hal menyebalkan ini. Kita perlu solid dalam menghadapi problem ini. Bisa dimulai dengan dosen yang jujur akan masalah yang ada (sebab mendidik itu ialah melawan praktik-praktik penindasan), lalu mahasiswa membantu mengadvokasinya. Sebab, bila dosen langsung yang protes pada kampus, mereka rentan tuk disingkirkan dari peradaban karena tak memiliki kekuasaan.

Sementara itu, mahasiswa memiliki posisi unik (sebagai sumber daya kampus) untuk melawan. Kampus adalah “dalang” di balik fenomena menjengkelkan ini. Akankah kita diam melihat tempat belajar kita yang remuk hingga pengetahuan ambruk? Atau kita bersuara lantang dan tidak hanya mengangguk tentu tetap santuy dan diiringi kelangopan. 

Tapi, jika ternyata ditemukan bahwa memang dosen itulah yang tidak mau mengajar langsung, maka ialah seremuk-remuknya makhluk, semoga hidayah datang padanya.

Iklan

BACA JUGA Dosen Abuse of Power Bukan Cuma Masalah buat Mahasiswa dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Mohammad Rafi Azzamy

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 26 November 2022 oleh

Tags: Dosenhari guruKampuskelas kosongMahasiswa
Mohammad Rafi Azzamy

Mohammad Rafi Azzamy

Manusia biasa yang terbang bebas memahami dunia. Penulis "Buku Panduan Melawan Sekolah".

Artikel Terkait

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
guru honorer, pns.MOJOK.CO
Aktual

Kualitas Tenaga Pendidik Rendah: Jangan Salahkan Guru, tapi Benahi Sistemnya

25 November 2025
Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita. MOJOK.CO
Mendalam

Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita, Sibuk Mengejar Akreditasi tapi Kesejahteraan Dosen Jauh Panggang dari Api

21 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.