MOJOK.CO – Mencari teman ngobrol yang asyik itu susah-susah gampang. Apalagi hari ini dunia terbagi dua: maya dan nyata.
Interaksi sosial layaknya pisau bermata dua: bisa menjadi benda berguna sekaligus senjata. Oke, analoginya memang agak menakutkan. Ya pokoknya gitu deh, mencari teman ngobrol yang asyik itu susah-susah gampang. Apalagi hari ini dunia terbagi dua: maya dan nyata. Meski kerap susah membedakan keduanya, tapi kadang kemampuan seseorang berkomunikasi secara lisan dengan tulisan tidak selalu sama.
Ada orang yang asyik ngobrol di medsos tapi pas ketemu malah menyebalkan, sebaliknya ada orang yang ngajak perang di medsos eh pas ketemu malah sayang-able. Ada yang di medsos galaknya seperti Cerberus, pas di dunia nyata malah seimut kucing anggora. Ada yang… oke cut, akan semakin panjang nanti bahasannya.
Sebetulnya, kemampuan komunikasi seseorang bisa dicacah ke dalam dua bagian: di ruang publik dan ruang pribadi. Tapi membahasnya akan memakan seratus kali scroll down, jadi sebaiknya jangan.
Berikut tipe orang yang irritated banget ketika diajak ngobrol:
1. Si Autobiografi
Menceritakan kisah hidupnya dengan detail. Mulai dari kisah percintaan sampai harta warisan. Kalau dibuat buku, barangkali akan tembus 300 halaman. Mula-mula memang tidak menjadi masalah, tapi kalau terus-menerus diceritakan, berulang, dan semakin panjang, rasanya lebih baik ngobrol sama Farhat Abbas.
2. Mr/Mrs. Encyclopedia wannabe
Kalau kita membicarakan topik A, dia akan nyamber seolah-olah paling ahli di topik A. Kalau kita membicarakan topik Q, dia akan melakukan hal yang sama. Kadang kasihan sama manusia jenis ini, sebegitu kerasnya berusaha untuk menyamakan frekuensi pengetahuan. Padahal kalau menutup mulutnya sebentar saja, banyak wawasan yang bisa dia dapat. Toh yang maha tahu cuma Tuhan.
3. Tokoh “Oh Mama Oh Papa”.
Hidup tuh kayaknya syuraaam banget. Semua isi obrolannya tentang keluhan. Saya sering heran, apa ya mereka nggak capek ya mengeluh. Ya memang, sesekali boleh istirahat dan mengutuk dunia. Namun, kalau nggak ada aksi, beratnya kehidupan nggak akan berubah, bukan?
4. Narsis stadium kronis.
Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Tapi orang yang benar-benar hebat tidak perlu sering-sering ngobrol soal prestasi-prestasi yang diraih. Seperti teori ketika menulis: show, don’t tell. Di atas langit ada langit. Kamu tidak sehebat seperti yang kamu pikirkan.
5. Si muka dua.
Orang tipe ini adalah teman ngobrol paling berbahaya. Di depan mulutnya manis seperti bibir Vino G. Bastian, di belakang paitnya udah kayak soal-soal SPMB.
6. Badan Intelijen Apalah-apalah.
Biasa memakai modus “eh kata si anu kamu begini-begitu” padahal dianya yang kepo. Sok-sok menjaga rahasia sumber demi menjaga kode etik pertemanan, padahal tidak semua teman suka main rahasia-rahasiaan. Kalau memang tidak ingin main “katanya-katanya”, lebih baik tidak usah minta klarifikasi.
Sebaliknya, ada juga orang yang lebih suka menanyakan sesuatu tentang urusan si A ke si F. Padahal dia kenal dengan si A, padahal punya kontaknya. Sok-sokan jadi detektif swasta gitu deh. Gibah dan tabayyun memang tipis bedanya.
7. Apatis
Tipe orang yang akan mendegradasi ketahanan mental dalam menghadapi carut-marut kehidupan. Tidak ada orang lain dalam kepalanya, yang ada hanya dia dan urusannya sendiri. Ketika ngobrol, si apatis bisa cukup menyenangkan, tapi kalau kita sedang membutuhkan teman berbagi lebih baik hindari orang tipe ini.
8. Sindrom psikolog
Menggelontorkan kesimpulan dan saran-saran bahkan tanpa diminta. “Kamu harus begini dan harus begitu” adalah mantra pamungkasnya. Manusia dewasa yang sedang curhat biasanya tahu apa yang harus mereka lakukan, yang dibutuhkan hanyalah tempat berbagi, tidak selalu minta solusi.
Nah, si psikolog gadungan ini selalu merasa dia lebih tahu diri kita dengan lebih baik. Padahal sifat seseorang adalah labirin yang setiap kelokannya selalu memuai dan lebih rumit. Tidak usah sok-sokan jadi Ikarus.
9. Mr/Mrs. Everything I’ve Done
Ketika kamu sedang ngobrol pernah kerja di kantor anu, lalu lawan bicara mengaku pernah bekerja di tempat yang sama? Atau ketika kita menunjukkan satu keahlian, si lawan bicara mengaku memiliki keahlian yang sama?
Sinkronisasi itu nggak harus maksa, Bung dan Nona. Setiap manusia memiliki pengalaman dan keahlian yang tidak serupa. Kenapa sih harus bangga menjadi tipikal? Cara untuk mencari kecocokan atau memperpanjang durasi percakapan tidak harus sebegitu menyedihkan.
10. Saya kenal semua orang.
Saya curiga kalau tipe orang seperti ini diam-diam punya keinginan terpendam untuk menjadi pegawai badan sensus. Merasa mengenal baik setiap orang yang sedang kita ceritakan lalu koar-koar bahwa dia begitu dekat dengan objek pembicaraan. Iya kalau betul, kalau ngarang? Dunia ini tidak sesempit celana Miley Cyrus, asal kamu tahu.
11. Cassanova Ala-ala.
Selalu menceritakan bahwa dia memiliki hubungan istimewa dengan banyak orang dengan modus membuat clue-clue yang entah kenapa terasa kampungan. Man, punya kekasih satu lebih terhormat daripada nge-random punya banyak tapi hanya khayalan. Jomblo ya jomblo aja, nggak usah pasang label taken tapi kesepian. #eh
BACA JUGA Komunikasi Itu Penting, Tak Terkecuali Ngobrol dengan Kucing dan artikel lainnya di rubrik ESAI.