Pernikahan Belia Anak Ustad Arifin Ilham: Sebuah Pleidoi untuk Para Jomblo

pernikahan belia

pernikahan belia

Bagi yang jomblo, saya kira sebaiknya jangan dekat-dekat media sosial dulu selama minggu-minggu ini kalau masih ingin menjaga kesehatan dan perasaan. Pasalnya, kuat diduga berita pernikahan Muhammad Alvin Faiz, anak Ustad Arifin Ilham, dapat menyebabkan sakit jantung, gagal ginjal, gangguan pernapasan, pencernaan, usus buntu, kadas, kurap, panu, kutu aer ….

Saya bertanya-tanya: Kok bisa ya bujang umur 17 tahun ketemu jodoh secepat itu?

Saya kenal beberapa jomblo yang udah karatan bolak-balik menyatakan perasaan ke banyak perempuan, tapi gagal terus. Di antara mereka ada yang berwajah sebelas dua belas sama Nicholas Saputra. Lekuk bodi mirip-mirip Iko Uwais. Punya senyum lebih maut dari Reza Rahardian, dan otaknya, bisalah dibilang tengah mendekati Pak Habibie. Tapi ya gitu, dompetnya sekarat…

Oke, balik ke soal utama. Saya menyaksikan, tak sedikit orang yang melontarkan puja-puji sembari membagikan berita pernikahan fenomenal Muhammad Alvin Faiz tersebut. Kata mereka:

“Nikah muda itu keren!”

“Bayangkan, semuda itu udah berani mengambil tanggung jawab membangun sebuah keluarga? Dahsyat banget!”

“Udahlah ganteng, berani berkomitmen pula!”

You name it.

Saya jadi iba dengan para pengais asmara yang sering pamer foto-foto travelling-nya di Facebook. Huh, cuma berani pamer foto pantai, gunung, dan cokelat. Kaya gitu kok mau dibilang keren. Kuno! Nikah muda dong. Insyaallah barokah.

Saya pribadi sih setuju-setuju aja dengan nikah muda. Malah bukan cuma itu, nikah di usia matang, atau nikah di usia terlalu matang, atau nikah saat mata udah rabun pun saya setuju-setuju aja. Nggak mau menikah pun oke juga. Jalan hidup kita tidak ditulis berdasar hasil copas hidup orang lain, toh?

Namun, kalau anak Ustad Arifin Ilham berani menikah di usia 17 tahun, sementara ada pesakitan cinta yang masih juga belum berani menikah di usia yang ke-37, bukan berarti kamu kemudian punya hak untuk bilang si jones ini lemah iman, nggak berani berkomitmen, zina, dan lain sebagainya. Sembarangan nuduh bisa kualat nanti. Kamu mau kena kutuk jomblo uzur?

Kalau nggak mampu mencari solusi untuk hidupnya, ya doakan saja dia. Bukankah seseorang yang mendoakan saudaranya, tanpa diketahui si saudara itu, pahala doanya berlipat ganda? Malaikat pun akan menyayanginya. Jadi, nggak ada salahnya kalau mulai sekarang kamu mendoakan setiap pengepul cinta kasih yang kamu temui. Lumayan buat tabungan pahala di akhirat.

Nikah di usia 17 tahun itu keren, tapi mereka yang menikah di usia 25 tahun juga keren. Mereka yang berani nikah di usia 17 tahun bisa jadi karena memang jiwanya sudah matang, bisa juga karena memang tuntutan tradisi.

Muhammad Iqbal, penyair besar Pakistan itu saja menikah pada usia 15 tahun kok. Memang tradisi masyarakat tempat ia hidup begitu. Sama kayak mertua saya, umur 15 tahun udah menikah. Umur 16 sudah beranak. Dan sampai sekarang, mertua saya tidak pernah merasa keren karena menikah di usia muda.

Pas ditanya: “Kenapa mau nikah, Mak?”

Jawabnya sederhana saja: “Ya karena dijodohkan.”

Pada zaman Indonesia masih belum merdeka, menikahkan anak yang belum mencapai usia 20 memang biasa. Bahkan sampai sekarang, kebiasaan ini berlaku di kampung saya. Anak beberapa teman SMA saya saja sekarang sudah banyak yang kuliah. Kalau mau dibilang keren, ya mereka itu keren. Tamat SMA langsung merit.

Tapi, menganggap orang yang berani menikah muda sebagai lebih matang, berkomitmen, atau lebih baik dari lainnya, tentu patut dikritisi. Apa kamu berani bilang jiwa Nabi Muhammad tidak matang karena ia baru menikah pada usia 25?

Banyak alasan kenapa orang masih menjomblo hingga kepala tiga, bahkan seumur hidup dan hal tersebut tidak mesti berkaitan dengan kondisi kejiwaan. Bung Hatta, misalnya. Tebak beliau baru menikah di usia berapa? 43 tahun.

43 TAHUN, SODARA-SODARA!

Beliau ini salah satu proklamator republik Indonesia loh. Bolak-balik masuk penjara. Diinjak-injak Belanda tapi tetap melawan. Dilunaki pun juga nggak mempan. Kurang matang apa jiwanya coba? Lalu kenapa nggak menikah muda?

Karena ia udah bersumpah nggak akan mau menikah sebelum negara ini merdeka. Apa nggak gemetar dengkulmu mendengar sumpahnya itu? Bung Hatta rela mengesampingkan syahwat duniawinya demi melihat negara ini berdiri di atas kakinya sendiri.

Lah kamu yang derajat kejiwaan dan kemampuan memangkas hasrat keduniaan nggak setinggi blio saja kok ya berani-beraninya menghakimi para jones…

Terus, apa kamu mau bilang juga kalau Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, Imam Ibnu Jarir Ath Thabari, atau Imam Az Zamakhsyari yang menjomblo sampai dipanggil Allah sebagai deretan orang yang jiwanya nggak matang?

Mereka memilih jalan ilmu, mengabdikan hidup sepenuhnya untuk memperdalam ilmu, dan mengajarkannya ke sebanyak mungkin orang. Keteguhan mereka memegang komitmen itulah tanda kematangan jiwa mereka yang luar biasa. Bukan terus menikah dan ho’oh saban malem aja.

Orang yang jiwanya matang, bagi saya, adalah orang yang memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, tak peduli dia sudah menikah atau jomblo karatan. Itu artinya, dia punya prinsip dan berani berkomitmen terhadap perjuangannya.

Ada orang-orang yang, meski sudah mapan, tetap menunda menikah karena ingin menafkahi ibu dan adik-adiknya. Ada orang-orang yang mantap pergi ke pedalaman Indonesia karena ingin memperjuangkan pendidikan di sana. Ada orang yang berlayar dari pulau ke pulau sambil membawa berbundel-bundel buku untuk masyarakat di pulau-pulau nun jauh dari akses informasi.

Kamu nggak bisa bilang jiwa si A lebih matang dari yang lainnya hanya karena ia belum siap menikah. Semua ini perkara abstrak di mana tiap orang punya persepsi dan definisinya masing-masing. Kamu tidak sedang jualan mangga. Paham?

Saya sendiri, meski kagum dengan keberanian anak Ustad Arifin Ilham, nggak akan menyuruh para pesakitan asmara di seluruh Indonesia untuk segera ke KUA besok pagi–persetan jika caranya harus menyeret cewek atau cowok mana saja yang mereka temui di jalan. Kita tak pernah tahu skenario macam apa yang ditulis Tuhan buat para mahluknya.

Bukan tak mungkin jomblo yang selama ini kamu kucilkan dan kamu tuduh nggak matang jiwanya, suatu saat akan menyatakan perasaannya kepadamu. Lalu ketika ia mengajakmu menikah, dadamu berdegup tak karuan, keringatmu deras bercucuran. Namun, jawabanmu adalah:

“Aku belum siap ….”

Exit mobile version