Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik

Ony Christy oleh Ony Christy
16 Mei 2019
0
A A
Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Saya sering pusing ketika Lebaran. Yang terjadi justru jadi ajang pamer dan kompetisi nggak asik soal kesuksesan, prestasi keluarga, hingga tumbuh kembang anak.

Sebagai seorang ibu, sejujurnya, momen hari raya entah Lebaran maupun Natal selalu sukses bikin aku mumet. Selain harga tiket mudik Lebaran yang persentase naiknya bikin gumoh, ajang silaturahmi dengan sanak-saudara, handai-taulan dan sahabat serta kawan lama juga bikin perutku mulas, kepalaku pusing.

Pasalnya, ajang silahturahmi ketika Lebaran, yang mestinya menjadi ajang mempererat tali persaudaraan justru dijadikan ajang oncor-oncoran alias pamer. Masalahnya, yang dipamerin nggak cuma harta benda duniawi tapi juga kesuksesan keluarga, prestasi keluarga, hingga tumbuh kembang anak.

Mending ya kalau misalnya cuma pamer doang, kita masih bisa melengos, pura-pura bego, atau pura-pura mendengarkan tapi aslinya lagi menghitung total jumlah kalori yang masuk setelah menandaskan seporsi gulai ayam dan 15 tusuk sate ayam, ditambah dua gelas kolak yang kemanisan itu.

Masalahnya, udahlah mereka pamer ketika Lebaran, eh masih ditambah nyinyirin kondisi keluarga kita atau sok-sok ngasih nasihat yang nggak bijak-bijak amat tapi cenderung nyebai. Sebenernya aku masih nggak mudeng sih, mereka itu niat ngasih solusi apa cuma sekadar ngomong supaya kelihatan lebih baik?

Sebenernya, sekarang itu, pamer udah jadi hal biasa bisa, nggak harus di acara kumpul pas Lebaran. Cuma, kalau di media sosial kita masih bisa mute, unfollow, atau block semisal nggak suka dan males melihat mereka. Lha kalau di dunia nyata?

Baca Juga:

spektrum autisme mojok.co

Saatnya Hapus Stigma! Kenali Jenis-jenis Spektrum dalam Autisme

22 Januari 2023
bocah jadi korban ciki ngebul atau cikbul

Dua Bocah di Sleman Jadi Korban, BBPOM DIY Larang Penjualan Ciki Ngebul 

15 Januari 2023

Susah beb mau nge-block, apalagi kalau yang komen dan pamer adalah sahabat, teman lama, saudara, Budhe, Pakdhe, om tante, nenek-kakek. Yang ada kamu nanti dicap anak durhaka. Lagian piye sih ngeblocke nek di dunia nyata? Haruskah kita menciptakan remote khusus untuk nge-block tipe orang nyebai?

Bagi para ibu, momok kumpul Lebaran adalah komentar soal anak. Aku yakin, mulai dari sekarang para ibu udah mulai khawatir kalau anaknya keliatan kurus, kalau nilainya jelek, kalau nggak bisa ngaji, kalau kulitnya baret-baret penuh luka, panik kalau anaknya belum bisa apa-apa, nggak jago di sekolah, susah makan, dan sebagainya.

Ibu-ibu mulai bingung mikirin baju apa yang nanti kelihatan bagus untuk anaknya, selain dia sendiri juga bingung mikirin baju yang bagus di badannya. Sungguh pelik masalah ibu-ibu ini!

Masalahe ngene lho. Ketika Lebaran dan pulang kampung, ibu-ibu akan bergerombol sendiri ngomongin hal-hal yang berhubungan dengan masalah wanita seperti kosmetik, anak, fashion, gosip artis dan banyak lagi.

Beberapa ibu yang punya anak seumuran biasanya akan memulai basa-basi dengan pertanyaan, “Anaknya sudah bisa ngapain, Bu? Kalau anak saya udah bisa jungkir balik, kayang, terbang, mecahin genteng pakai kepala.” Ketika anak yang ibunya ditanya ternyata belum sejago anaknya akan muncul nasihat lanjutan seperti, “Makanya Bu, dilesin aja di Bimbel X atau Perguruan Silat Mawar Hitam. Di sana biayanya cuma sekian puluh juta kok. Nanti jadi pinter kayak anak saya.”

Aku menyebut itu komentar Lebaran yang alusan. Kadang ada juga yang langsung body shaming, “Waah…kok anaknya kurus banget, Bu? Makannya susah, ya? Coba dikasih vitamin Z kayak anak saya, cuma sekian juta kok harganya. Nih lihat anak saya gemuk, pahanya aja kayak roti sobek.”

Lalu ketika si ibu menjawab kalau anaknya doyan makan dan sebenarnya beratnya ideal menurut buku KMS (Kartu Menuju Sehat), komentarnya berubah menjadi: “Mungkin dia nggak bisa gemuk karena maunya ditungguin mamanya. Kan mamanya sibuk kerja. Udah Bu, resign aja biar bisa ngurus anak di rumah.” Lak nyebai banget to beb, komen ngono kui.

Mungkin bagi ibu-ibu itu, komen sambil lalu yang intinya membanggakan anaknya ini nggak bikin sakit hati orang lain. Padahal kadang luorone rek ning ati.

Bayangkan kalau kamu seorang ibu yang bangun subuh tiap hari supaya bisa nyiapin sarapan untuk anaknya sebelum berangkat kerja, susah-susah ngatur menu dan belanja sayur organik, menghabiskan hari libur di rumah demi quality time bersama buah hati, lalu tiba-tiba kamu suruh resign aja biar bisa ngurus anak. Padahal walau anakmu nggak lemu ginuk kayak roti sobek, tapi perkembangannya masih normal berdasar buku KMS.

Bayangkan juga misalnya kamu punya anak yang ceria, yang pinter banget menyanyi dan melukis tapi masih belum tertarik menghafal angka dan huruf karena usianya baru empat tahun, lalu anakmu langsung di cap bodoh, dianggap perlu sekolah supaya pintar menulis dan berhitung.

Atau misalnya kamu dan suamimu sepakat untuk mengajari anakmu Bahasa Jawa dahulu alih-alih Bahasa Inggris. Tiba-tiba anakmu dianggap nggak keren, nggak kekinian, nggak hebat dan dianjurkan belajar Bahasa Inggris supaya bisa masuk sekolah internasional. Apa nggak sakit hatimu sebagai ibu? Sakit lho, lebih sakit dibandingkan ketika kamu ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Sayangnya, banyak ibu-ibu yang karena tak ingin diremehkan, direndahkan, maupun dicap gagal mendidik anak ketika kumpul Lebaran lantas “menghalalkan segala cara” supaya anaknya menjadi paling baik. Sebenarnya ya sah-sah saja sih ingin anaknya jadi yang terbaik. Namun, jangan sampai caranya salah dan mengorbankan kebahagiaan si anak.

Kadang, demi obsesi terlihat keren pas Lebaran, anaknya dileskan sana-sini sampai anaknya kelelahan dan nggak punya waktu untuk bermain. Ada anak yang ketika berusia dua tahun sudah mulai disekolahkan dengan harapan anaknya langsung pandai berhitung, membaca dan cas cis cus ngomong Inggris. Kita mulai lupa kalau sejatinya anak kita juga perlu bermain dan tertawa, perlu bercengkerama dan bersenda-gurau dengan kita nggak melulu baca buku.

Ketika si anak tak sesuai ekspektasi, kita mudah marah dan kecewa lalu menghukum mereka. Padahal bukan salah anak kalau mereka lebih pandai melukis dibanding berhitung? Ingat, ikan yang pandai berenang pun akan terlihat bodoh jika kita menilainya dari caranya memanjat pohon.

Bagiku, anakku bukan untuk dikompetisikan ketika Lebaran. Aku sudah wareg dengan segala nyinyiran soal tubuh anakku yang kurus, atau soal mengapa dia belum juga masuk PAUD di usianya yang sudah masuk tiga tahun ini.

Nggak apa-apa anakku kurus, yang penting di buku KMS masih hijau dan grafiknya sesuai tumbuh kembang anak seusia dia. Nggak apa-apa anakku belum masuk PAUD dan belum bisa kayang atau terbang kayak anak ibu-ibu yang lain, toh di rumah juga sudah belajar mewarnai, ngorek-orek tembok, nyanyi lagu anak-anak dan main. Kadang-kadang main ke museum kalau ibunya sempat.

Nggak apa-apa anakku nggak seanteng dan seimut Gempi anak Papa Gading, nggak apa-apa anakku nggak seindah dan seapik penampakan anak-anak selebgram, karena bagiku yang terpenting adalah anakku bahagia dan bisa menjadi apa yang dia impikan tanpa perlu terpengaruh kompetisi dan obsesi orang lain.

Semangat menyambut Lebaran ya Ibu-ibu, kalian kuat!

Terakhir diperbarui pada 17 Mei 2019 oleh

Tags: anakLebaranpamer anakPAUD
Ony Christy

Ony Christy

Artikel Terkait

spektrum autisme mojok.co
Kilas

Saatnya Hapus Stigma! Kenali Jenis-jenis Spektrum dalam Autisme

22 Januari 2023
bocah jadi korban ciki ngebul atau cikbul
Kesehatan

Dua Bocah di Sleman Jadi Korban, BBPOM DIY Larang Penjualan Ciki Ngebul 

15 Januari 2023
Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito menyampaikan hasil pemeriksaan di RS setempat, Rabu (19:10:2022). (Yvesta Ayu:Mojok.co)
Kesehatan

Anak yang Meninggal karena Gagal Ginjal Akut di DIY Bertambah, Kemenkes Imbau Hindari Obat Sirup

19 Oktober 2022
Psikolog Jelaskan Empat Strategi Digital Parenting
Kesehatan

Psikolog Jelaskan Empat Strategi Digital Parenting

16 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
People Power, Dimulai dan Diakhiri Amien Rais, Tak Diacuhkan Sandiaga Uno

People Power, Dimulai dan Diakhiri Amien Rais, Tak Diacuhkan Sandiaga Uno

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik

Pamer Anak Bikin Suasana Lebaran Jadi Nggak Asik

16 Mei 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023

Terbaru

massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023
Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu. MOJOK.CO

Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu

22 Maret 2023
RUU PPRT jadi inisiatif DPR

Sah Jadi Inisiatif DPR, RUU PPRT Harusnya Kelar Sebelum Lebaran, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

22 Maret 2023
pelaku mutilasi mojok.co

Terjerat Pinjol, Pelaku Mutilasi di Pakem Sudah Rencanakan Pembunuhan

22 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Jenazah korban mutilasi di rumah duka. MOJOK.CO

Psikolog UGM: Ada Dua Tujuan Orang Melakukan Mutilasi

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In