Pahitnya Menjadi Feminis Nanggung yang Tidak Diakui Sister Feminis dan Ukhti Fillah - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Pahitnya Menjadi Feminis Nanggung yang Tidak Diakui Sister Feminis dan Ukhti Fillah

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
9 Juli 2019
0
A A
Menjadi Feminis Nanggung MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Menurut admin akun Instagram Indonesia Feminis, yang mengaku feminis tapi nggak mau mendukung LGBT adalah feminis nanggung. Apa pun alasannya.

Belakangan ini unggahan di akun Instagram Indonesia Feminis (IF) kerap dibubuhi kalimat, “tidak menerima komentar ‘aku feminis, tapi aku nggak pro LGBT’ dan sejenisnya.”

Bagi kelompok yang mengklaim sebagai komunitas feminis nomer satu di Indonesia itu, tidak ada gunanya mengaku diri feminis kalau tidak mau mendukung perjuangan LGBT because feminism is intersectional. Perjuangannya menyeluruh, termasuk mengadvokasi eksistensi LGBT berikut tuntutan haknya.

Menurutnya, mereka yang mengaku feminis tapi nggak mau mendukung LGBT adalah feminis nanggung. Tidak peduli apa alasan penolakan tersebut, pun jika itu syariat agama sebagaimana para feminis muslimah. Bagi IF, feminis macam itu nggak diperlukan dalam perjuangan, bahkan akan di-autoblock kalau berani komen, “Aku feminis tapi nggak pro LGBT”, di lapak mereka.

Sebagai so called the biggest feminist community in Indonesia, pernyataan mereka tentu saja melukai teman-teman yang selama ini mendukung feminisme tetapi nggak begitu saja menelan dan menyetujui semua sekte perjuangannya. Sebab, seperti kita sudah sering dengar: aliran feminisme tuh banyak banget.

Sedikit review nih barangkali teman-teman lupa. Dari awal munculnya setidaknya ada delapan jenis pendekatan pemikiran feminisme yang disarikan Rosemarie Putnam Tong (2008): liberal; radical (libertarian dan cultural); marxist dan socialist; psychoanalytic; care-focused; multicultural, global, postcolonial, ecofeminism, dan postmodern.

Baca Juga:

Lightyear

Ada Unsur LGBT, Indonesia dan 13 Negara Tolak Tayangkan Lightyear

14 Juni 2022
Pelaku Zina Tak Dipenjara karena Tak Semua Dosa Bisa Dipidana

Pelaku Zina Tak Dipenjara karena Tak Semua Dosa Bisa Dipidana

5 November 2021

Nah kedelapan (aliran) pemikiran itu bukan tidak pernah saling serang. Bahkan bisa dibilang pemikiran mereka kerap kontradiktif meskipun jarak kemunculannya tidak terlalu berjauhan.

Misalnya, feminis posmo yang menolak segala pemikiran dengan pendekatan “single explanation” sehingga semua suara perempuan wajib diberi ruang. Bagi mereka, it’s okay bagi perempuan untuk menjadi feminis apa pun yang mereka inginkan. Tidak ada one single definition of being a good girl alias “pembebasan perempuan” itu relatif.

Kalau di Indonesia, kelompok ini bisa dilihat pada teman-teman yang disebut geng Indonesia Feminis sebagai “feminis nanggung”. Alih-alih melakukan perjuangan intersectional yang inklusif, mereka justru mengkampanyekan kalau menjadi feminis nggak berarti harus mendukung LGBT atas nama hak. Menjadi feminis nggak berarti harus menyetujui seks bebas dan prostitusi atas nama otoritas tubuh, dll. Semacam menjadi “feminis yang baik” dengan nggak melanggar keyakinan keagamaannya.

Sedihnya, bagi beberapa kelompok keagamaan sendiri, feminis muslim/ah juga ditolak sebab keberadaannya dirasa tidak perlu dalam Islam. Karena kelahirannya berangkat dari kondisi yang sebenarnya nggak relatable dengan Islam serta beberapa (akar) pemikirannya yang bertentangan dengan hukum syariat.

Sementara itu, konsep “feminis yang baik” ini sebenarnya juga dinilai politically incorrect alias nggak pas bagi ideologi feminisme secara umum. Sebab kalau ada feminis yang baik (dengan tetap berpegang pada prinsip keagamaan), berarti ada feminis yang tidak baik? Padahal dalam sejarahnya feminis gelombang ketiga lahir dengan tujuan penghapusan narasi “good feminist” seperti itu.

Sedihnya lagi, meskipun dianggap politically incorrect dan perjuangannya nggak intersectional, teman-teman feminis nanggung ini lah yang justru dengan rajinnya memperkenalkan feminisme pada mereka yang sering kali sudah terlanjur benci terhadap feminisme. Melalui program pemberdayaan ekonomi perempuan, advokasi hak pendidikan perempuan, kesehatan reproduksi perempuan, dan hak-hak perempuan lain yang sering dipinggirkan sistem.

Meskipun tidak menyinggung hak-hak minoritas gender seperti kaum LGBTQ, perjuangan sohibul feminis nanggung ini bukannya gampang, lho. Eh, tapi udah capek-capek begitu, malah nggak diakui sama sesepuh feminis sendiri. Gimana tuh rasanya berjuang tapi nggak dianggap? Perih gais, perihhh… Apalagi kalau berjuangnya sendirian. Hiks.

Tentu saja ada beberapa orang yang masih berusaha lobi alus dengan feminis sejati macam admin Indonesia Feminis dkk kalau semestinya mereka yang menolak LGBT tapi mengaku diri feminis tetap dihargai, apa pun pilihan mereka. Ada juga yang menasihati Admin and Friends biar nggak terlalu galak dan membuat orang membenci feminisme, utamanya mereka yang memang awam terhadap ideologi intersectional ini.

Tapi bukan Admin and Friends namanya kalau nggak ngegas hehe. Sampai saat ini pun mereka masih keukeuh kalau “feminis nanggung” begitu justru menjadi kerikil perjuangan. Bahkan ketika diingatkan untuk “lebih lembut”, menurut mereka akun IF yang sudah berjalan lama itu memang sudah saatnya bergerak tegas. Kalau nggak galak begitu, kapan majunya? Kata mereka.

Apakah kegalakan ini menunjukkan admin IF (and friends) nggak ngerti feminisme? Duh, nggak sopan, ngatain senior ini mah.

Apakah admin IF (and friends) kurang baca? Seperti judgement terhadap admin ITF, sehingga nggak bisa membedakan memperjuangkan kesetaraan gender dan mendukung LGBT? Wah, bisa dilempar setumpuk buku tuh sama admin.

Lalu kenapa geng IF seolah bersikeras memastikan seluruh feminis (Indonesia) mendukung pergerakan LGBT? Menurutku ya karena memang sudah saatnya sebagai komunitas feminis mereka menunjukkan posisi.

Bagi para pejuang LGBTQ, tahun-tahun belakangan momentum sekali untuk pergerakan mereka. Ya legalisasi pernikahan sesama jenis lah, ya gay parade yang makin heboh lah, ya produk-produk pop culture yang tambah semangat mengangkat mereka lah.

Apa yang terjadi kalau ada (banyak) momentum tapi ngga dimanfaatkan? Ya, doi keburu direbut orang, Bro! Hehehe.

Admin IF bukannya lupa kalau feminisme itu nggak boleh memaksakan satu definisi “feminis baik”. Sebaliknya mereka ingin agar kawan-kawan yang menurutnya nanggung itu berhijrah pada feminisme yang kaffah, intersectional, dan inklusif. Dan bukankah memang tujuan feminisme seperti itu? Hehe.

Sementara buat saya dan teman-teman (yang merasa) feminis nanggung lainnya, peristiwa ini justru menjadi momentum buat menyatakaan perasaan, eh keberpihakan. Bahwa pada titik tertentu kita memang harus memilih mau menetap di hati mana, eh di sisi mana. Bahwa ternyata menjadi too liberal to be conservative yet too conservative to be liberal itu, meski sekilas keren sebenarnya nggak membawa kita ke mana-mana.

Sebab berjalan di dua hati, eh ideologi, selain merepotkan juga melelahkan hati dan pikiran kita. Eh, kita? Saya aja sih. Kan, kamu nggak mau berjalan bersama saya. Hiks.

Terakhir diperbarui pada 9 Juli 2019 oleh

Tags: feminisfeminis nanggungindonesia feminisLGBT
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

Lightyear
Hiburan

Ada Unsur LGBT, Indonesia dan 13 Negara Tolak Tayangkan Lightyear

14 Juni 2022
Pelaku Zina Tak Dipenjara karena Tak Semua Dosa Bisa Dipidana
Esai

Pelaku Zina Tak Dipenjara karena Tak Semua Dosa Bisa Dipidana

5 November 2021
Esai

Seandainya Semua Anak Perempuan Tahu Seberapa Besar Cinta Seorang Ayah

31 Oktober 2021
Arsenal, Mesut Ozil, dan Kita Semua Selalu Punya Sisi Munafik MOJOK.CO
Balbalan

Arsenal, Mesut Ozil, dan Kita Semua Selalu Punya Sisi Munafik

29 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
karaoke

Karaoke Bareng Teman adalah Cara Menguak Kepribadian yang Sesungguhnya

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Menjadi Feminis Nanggung MOJOK.CO

Pahitnya Menjadi Feminis Nanggung yang Tidak Diakui Sister Feminis dan Ukhti Fillah

9 Juli 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023
5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari. MOJOK.CO

5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari

24 Maret 2023
kritik feminis muslimah tentang perempuan sumber dosa utama

Muhasabah Muslimah Feminis: Kok Bisa, Perempuan Jadi Sumber Dosa Utama Laki-Laki?

24 Maret 2023
5 kendala coklit

5 Kendala Proses Coklit, Belum Selesai hingga TPS Tidak Berpenghuni

23 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In