Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Saat Negara Turut Campur Aura Farming Pacu Jalur, Semua Jadi Terasa Cringe dan Nggak Seru Lagi

Paksi Raras Alit oleh Paksi Raras Alit
14 Juli 2025
A A
Pacu Jalur Direcoki Pemerintah Jadi Cringe dan Nggak Seru Lagi MOJOK.CO

Ilustrasi Pacu Jalur Direcoki Pemerintah Jadi Cringe dan Nggak Seru Lagi. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kekhawatiran saya setelah tarian Pacu Jalur viral

Tapi, kita perlu tetap eling lan waspada serta tetap harus mempunyai pikiran kritis terhadap suatu gejala kebudayaan. Saya mengkhawatirkan beberapa hal ketika kita terlalu mengeksploitasi koreo Rayyan Dhika. 

Pertama, kita harus belajar dari sejarah dunia digital beberapa waktu belakangan ini. Bahwa sesuatu yang meledak viral dengan sangat cepat di medsos, punya kecenderungan untuk lekas pudar dan ditinggalkan warganet. 

Dengan membludaknya informasi-informasi di sekitar kita melalui internet, terdapat fenomena warganet yang FOMO untuk ikutan bereaksi terhadap sesuatu yang baru di media sosial. 

Saat sebuah kebaruan muncul, warganet cenderung eksploitatif mereproduksi, mendistribusi, dan mengkonsumsinya. Tapi, perlu kita cermati bahwa ada fenomena warganet yang cepat jenuh, bosan, merasa cringe, sehingga konten tersebut dengan segera akan menjadi tidak lagi up to date dan segera digantikan oleh konten viral lainya. 

Begitulah hukum viralitas digital hari ini. Ya mudah meledak dan mudah pula ditinggalkan.

Berdasarkan gejala itu, saya khawatir kita akan segera melupakan Rayyan Dhika dan tradisi budaya Pacu Jalur. Ya seperti kita telah mengabaikan hal-hal yang sempat viral lainnya (1000 hari Tragedi Kanjuruhan, polisi menembak Gamma, korupsi Pertamina, koreografi velocity, fenomena film Jumbo, dan seterusnya). 

Jika kelak hal itu terjadi, Pacu Jalur hanya meledak sesaat. Setelah itu akan kembali lagi berada di tempat mulanya, di tepian sungai Kuantan.

Terlalu fokus pada aura farming, bukan Pacu Jalur

Kekhawatiran kedua saya adalah kita terlalu fokus pada tarian aura farming daripada peristiwa tradisi Pacu Jalur. Secara visual, kemunculan konten aura farming Rayyan Dhika memang menarik. 

Dia berdiri dan menari di ujung perahu yang sedang kencang melaju, menggunakan baju adat tradisional plus aksesoris kacamata hitam gemerlapan. Gerakannya yang lucu sekaligus lincah dengan keahlian tinggi untuk tetap stabil di atas perahu menjadikannya pusat perhatian dari acara Pacu Jalur. 

Tapi, dalam berbagai pembahasan tentang viralnya aura farming ini, sedikit sekali saya temukan tulisan yang justru membahas tentang Pacu Jalur serta rencana-rencana pemerintah dalam mengangkat tradisi ini. 

Padahal, jika pemerintah jeli memanfaatkan kondisi ini, akan ada peluang membawa salah satu tradisi budaya anak bangsa ke tempat yang lebih tinggi. Misalnya menjadikannya perlombaan perahu kelas dunia. 

Kita juga belum menemukan kiat negara untuk menyejahterakan para pelaku budaya atlet dayung Pacu Jalur. Popularitas ini juga bisa dijadikan media ungkit untuk  merancang strategi promosi wisata strategis di daerah Riau. Saya terus terang khawatir nasib atlet olahraga dayung tradisional itu justru terabaikan ketika kelak vitalitasnya telah sirna. 

Semoga tidak asal viral

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa nasib para atlet Indonesia acap terkatung-katung digantung pemerintah. Kita juga harus mengakui bahwa pemerintah sering menganakemaskan atlet cabang olahraga tertentu. 

Ingat tentang fenomena atlet sepak bola mendapat hadiah jam tangan mewah? Sementara itu, banyak atlet cabang lain yang mendulang emas justru diperlakukan dengan senjang? 

Iklan

Lindswell Kwok, salah satu atlet wushu berprestasi di negeri ini, sempat mengunggah protes tentang ironi kesenjangan bonus atlet ini. Sebenarnya hari ini juga ada berita gemerlap di bidang olahraga lain, yaitu Veda Ega Pratama, pembalap dari Gunungkidul Yogyakarta, yang usianya masih 16 tahun tapi telah membuat Indonesia Raya berkumandang di 3 podium MotoGp dalam 2 bulan terakhir ini. 

Tapi, kecemerlangan Veda Ega tak diperbincangkan banyak orang. Kalah dengan viralitas aura farming.

Dalam konteks perlombaan Pacu Jalur, semestinya kita semua bisa berlaku adil terhadap para pegiat tradisi tersebut. Jangan sampai kita justru hanya fokus pada koreografi aura farming. Tapi, setelah itu, berlaku biasa saja terhadap makna peristiwa yang lebih inti, yaitu olahraga tradisionalnya.

Tugas pemerintah

Semoga saja pesimisme tentang pengabaian budaya itu tidaklah terjadi. Semoga pemerintah dengan menteri kebudayaannya yang baru ini tidak terkena gejala “yang penting ikutan viral”. 

Mengingat ada dasar hukum tentang mengenai kewajiban pemerintah untuk memajukan kebudayaan seperti termaktub dalam UU (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Di dalamnya terdapat 10 Objek Kebudayaan yang harus dimajukan. Yaitu: tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional. 

Saya belum tahu apakah aktivitas budaya tradisi Pacu Jalur ini dikategorikan sebagai permainan rakyat atau olahraga tradisional. Meski begitu, pemajuannya tetap harus menjadi tugas pemerintah.

Aset dan potensi kebudayaan ini ke depan harus menjadi perhatian pak Menteri Kebudayaan beserta jajarannya. Tidak cuma berhenti di tataran viral media sosial saja, tapi ada langkah serius dan berkelanjutan. 

Semoga saja pak Menteri Kebudayaan masih bisa membagi waktunya untuk tetap memikirkan tradisi Pacu Jalur, mengingat beliau ini tokoh bangsa yang kerjanya sangat padat. Setelah kemarin baru saja sibuk mencanangkan Hari Kebudayaan Nasional yang akan diperingati setiap 17 Oktober yang kebetulan bersamaan dengan hari lahir Bapak Presiden. 

Beliau ini juga sedang dikejar deadline merampungkan proyek untuk menulis ulang  sejarah Indonesia. Sibuk banget.

Yah, intinya, majulah olahraga tradisional Indonesia! Amin.

Penulis: Paksi Raras Alit

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2025 oleh

Tags: aura farming Rayyan DhikaFadli ZonKuantan Singingipacu jalurperahu panjang Pacu JalurRayyan Dhikariau
Paksi Raras Alit

Paksi Raras Alit

Seniman dan pegiat aksara Jawa.

Artikel Terkait

Tinggalkan ibunya demi kuliah di PTIQ Jakarta untuk merantau. MOJOK.CO
Ragam

Kerap Bersalah di Perantauan karena Alasan Sibuk, Tangis Ibu Pecah Saat Saya Akhirnya Pulang dari Jakarta

27 November 2025
Anggota pencak silat PSHT iri dengan aura farming pacu jalur MOJOK.CO
Ragam

Aura Farming Pacu Jalur bikin Iri Orang PSHT: Sama-sama Mendunia tapi PSHT bikin Malu, Diajak Perbaiki Diri Nggak Mau

18 Juli 2025
Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi
Video

Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

12 Juli 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO
Mendalam

Muslihat Penulisan Ulang Sejarah Mei 1998: Memberikan Penghargaan kepada Soeharto dan Menyangkal Bukti Pemerkosaan

17 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.