Pengumuman akan ditutupnya Mojok tempo hari membuat saya kaget, lebih kaget daripada melihat kemiripan antara Mamang Bruno Mars dengan Mas Didi Kempot. Saking kagetnya, pengumuman itu saya baca dengan tatapan kosong, mulut menganga, bahu melorot, dan tangan kanan yang bergeming dari tetikus.
Setelah berlama-lama-lama-lama kemudian, barulah rasa kaget itu berganti menjadi sedih dan nyesek yang teramat sangat.
Pertama, saya sedih karena menyadari bahwa nantinya akan kehilangan sumber bacaan yang mewakili perasaan, bacaan yang menghibur sekaligus mengingatkan, bacaan yang menggemaskan seperti menggemaskannya Claire Ryann, bacaan yang “berbeda” di tengah jenis bacaan yang itu-itu saja juga begitu-begitu saja, bacaan yang penuh hikmah (ini bacaan atau cobaan hidup?), dan lain sebagainya.
Kedua, saya juga sedih karena nantinya akan kehilangan salah satu kebiasaan pagi yang terbentuk begitu saja dari 1,5 tahun belakangan: nyalakan PC, buka Google chrome, buka email (cek sejenak), kemudian klik new tab di pinggir halaman email tersebut, ketik Mojok.co, klik artikel terbaru, dan… tinggalkan dulu ke toilet, kemudian mulai membacanya.
Namun, dari semua itu, yang paling membuat sedih adalah saya harus menerima kenyataan bahwa saya akan kehilangan salah satu sumber uang jajan (hellooow, bukan hanya tuan Krabs dan Dewan Kehormatan saja yang doyan duit).
Padahal, ya, kalau dipikir-pikir, uang jajan dari Mojok itu tidak seberapa. Paling hanya cukup untuk membeli beberapa kodi tahu bulat beserta penggorengannya, atau beberapa kresek garam beryodium. Tapi, entah kenapa dapat uang jajan dari situs web ini rasanya begitu membahagiakan, terutama kalau dapatnya di akhir bulan. Saking bahagianya, ingin rasanya saya teriakan pada si Mamang penjual tahu bulat: “Punteun mang beli tahu bulat lima rebu-eun belinya pake honor dari tulisan saya yang naik tayang di Mojok pada tanggal bla bla bla dibayar tunai!” dalam satu tarikan napas.
Kalau dapat uang jajan dari Mojok yang segitu saja sudah bahagia, tidak terbayangkan rasanya jika saya kecipratan uang bancakan e-KTP yang jumlahnya triliunan itu. Hmmm…
Ah, sudahlah… kembali pada obrolan seputar kesedihan.
Karena Mojok sudah dipastikan akan benar-benar tutup, maka bagaimana pun sedihnya, saya harus bisa menerima kenyataan dan mulai move on dari situs ini. Pojokan jiwa saya yang getas itu harus tetap diisi dengan sesuatu yang menghibur, sesuatu yang tidak itu-itu saja, sesuatu yang walaupun geje tapi bisa membuat bahagia. Pokoknya, saya bertekad apapun harus dilakukan untuk melupakan Mojok. Termasuk kembali aktif menonton ceramah mamah Dedeh hingga menonton serial Robocar Poli.
Bagi jamaah Mojokiyah yang juga merasa sedih karena akan kehilangan tongkrongannya, mending rajin-rajinlah menghibur diri. Toh, di Endonesa ini kita tidak akan sulit mencari hiburan. Ya, meskipun hiburan cerdas ala Mojok yang senang me-Mojok-kan umat akan sulit kita dapatkan gantinya.
Misalnya, tak ada salahnya kita tingkatkan intensitas kunjungan ke laman-laman atau fan page meme. Lumayan, di sana kita bisa tertawa ringan. Selain itu, kita juga bisa tahu kejadian apa yang sedang hangat dibincangkan, karena berita macam itu umumnya akan berakhir menjadi sebuah meme. Bahkan, saya kerap tahu suatu berita setelah meme-nya viral duluan (efek maleus baca berita).
Atau, sering-seringlah menghibur diri dengan menonton video-video dari laman yang memuat konten masakan, semacam Tasty, Cooking Panda, Delish, Bring Me, Goodful, dan sejenisnya. Irisan daging panggang, tarikan keju mozzarella, atau lelehan cokelat dan karamel dalam video-video di laman tersebut insya Allah akan mampu menghibur Anda, minimal bagian perut.
Namun, jika setelah menontonnya Anda malah jadi ingin makan prime rib with garlic butter, cheesy pull-apart bread, cheesy meatball bake, cheesy potato casserole, chocolate mousse cheesecake, atau jadi kepingin makan lotek pakai keju mozzarella, jangan coba-coba salahkan saya.
Kalau pun bosan internetan, Anda juga bisa menghibur diri dengan menonton Doraemon the Movie atau film-film produksi Pixar dan Disney – yang subhanallah entah sudah berapa puluh kali diulang – seperti Toy Story, Cars, Up, Finding Nemo, Tangled, Brave, dan lain sebagainya.
Duh, saya kok jadi lupa kalau jamaah Mojokiyah, eh jamaah #GoodbyeMojokiyah ini kan sudah pada “berumur”, ya. Tidak mungkin tontonannya kartun unyu macam begitu. Anak-anak saja tontonannya sudah sinetron, apalagi Anda.
Ah, yasudahlah. Pokoknya, mari kita menghibur diri, katakan #GoodbyeMojok, dan perlahan move on dari situs web pikasebeleun ini. Saya sudah bertanya sama kerang ajaib, apakah Mojok memang harus ditutup, dan jawabannya tetap saja sama: Ya, harus ditutup.
Ah, Puja kerang ajaib. Ululululululu!