Memahami Sikap Gatot Nurmantyo yang Tidak Datang Dalam Acara Penganugerahan Bintang Mahaputera - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Memahami Sikap Gatot Nurmantyo yang Tidak Datang Dalam Acara Penganugerahan Bintang Mahaputera

Yesaya Sihombing oleh Yesaya Sihombing
11 November 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Tak ada yang salah dengan sikap Gatot Nurmantyo, ia memang begitu dan sudah seharusnya begitu. 

Mantan Panglima TNI Pak Gatot Nurmantyo mendadak batal hadir dalam acara penganugerahan Bintang Mahaputera yang digelar pagi ini, 11 November 2020, di Istana Negara. Ketidakhadirannya tersebut tentu saja cukup mengagetkan banyak pihak, mengingat sehari sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menyatakan bahwa Pak Gatot Nurmantyo sudah mengambil undangan dan pernyataan kesediaan tanda kehormatan.

Pak Gatot pun diketahui sudah mengirimkan surat kepada Jokowi perihal ketidakhadirannya tersebut.

“Ya mungkin isinya ada beberapa yang beliau tidak setuju, mungkin kondisi Covid, harus banyak memberikan perhatian kepada TNI. Di suratnya seperti itu dan juga kepada bapak presiden,” terang Heru kepada para wartawan.

Walau Pak Gatot tidak menghadiri acara penganugerahan Bintang Mahaputera, namun pihak Istana menyatakan bahwa penghargaan Bintang Mahaputera untuk Pak Gatot Nurmantyo tetap bakal diberikan dengan dikirim melalui sekretaris militer.

Baca Juga:

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama

Rayakan Lebaran, Jokowi Ajak Prabowo Makan Opor Sambil Ngobrol Santai

Bagi saya, dan mungkin bagi banyak orang lainnya, ketidakhadiran Pak Gatot Nurmantyo bukanlah ketidakhadiran biasa. Dalam penangkapan saya, ketidakhadiran Pak Gatot merupakan sebuah bentuk “penolakan” kultural.

Banyak yang mengartikan keputusan Pak Gatot untuk tidak hadir dalam acara penganugerahan Bintang Mahaputera sebagai sikap tak tahu diri dari sang mantan panglima. Walau sering mengkritik dan bersuara keras pada pemerintah, Presiden Jokowi tetap berbaik sangka dan bermurah hati untuk memberi Bintang Mahaputera kepada Pak Gatot. Sudah selayaknya Pak Gatot Nurmantyo untuk tidak menerima niat baik tersebut.

Alasan Pak Gatot batal hadir yang melibatkan faktor Covid-19 juga dianggap sebagai alasan semu belaka.

Lha gimana, Pak Gatot menolak hadir salah satunya dengan alasan Covid-19, namun di sisi yang lain, ia bersama beberapa kawan sealiran dan sepemahaman, beberapa waktu lalu ikut dalam acara pendeklarasian KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia). Deklarasi yang menuai berbagai komentar negatif, karena dilaksanakan di tengah pandemi, dan mengabaikan protokol kesehatan.

Mau tak mau, sentimen masyarakat pun kian meninggi. Banyak yang kemudian membahas hal-hal negatif tentang Pak Gatot. Ia dianggap tak punya cukup prestasi yang mentereng saat menjabat sebagai Panglima TNI. Selama menjabat, Sang Jenderal dianggap lebih dikenal dengan berbagai kontroversinya. Mulai dari memerintahkan jajaran bawahannya untuk mengadakan acara nonton bareng film G-30S/PKI, sampai aktif mewacanakan isu-isu kebangkitan komunis.

Itu masih belum termasuk ejekan-ejekan tidak relevan semisal menyangkut-pautkan namanya yang ‘Gatot’ itu sebagai akronim dari ‘gagal total’.

Lengkap sudah.

Nah, sebagai pribadi yang berhati putih, sejujurnya, saya cukup berempati pada Bapak Pak Gatot. Apa salah beliau sehingga harus menerima berbagai hujatan dari netizen tiada akhlak? Sosok seperti Pak Gatot tak seharusnya menerima nyinyiran-nyinyiran netizen yang memang pedih dan berkaret dua itu.

Saya sendiri mencoba untuk memahami sikap Pak Gatot ini sebagai sebuah kewajaran belaka. Kalau kita mau melihat lebih dalam pribadi Pak Gatot Nurmantyo melalui weton dan shio, niscaya para penyinyir Pak Gatot Nurmantyo itu pasti tak akan tega untuk menyinyiri Pak Gatot Nurmantyo.

Begini, menurut data yang tersebar di internet, Pak Gatot Nurmantyo lahir pada 13 Maret 1960 Masehi, atau 15 Poso 1891, menurut penanggalan Jawa. Dari situ, bisa diketahui bahwa weton Pak Gatot adalah Minggu pon.

Nah, dilansir dari situs sutresna Jawa ki-demang.com, orang yang lahir di hari Minggu memiliki sifat tekun, mandiri dan berwibawa. Lalu, weton pon menandakan orang tersebut bicaranya banyak diterima orang, suka tinggal di rumah, tidak mau memakan yang bukan kepunyaannya sendiri, suka marah kepada keluarganya, jalan pikirannya sering berbeda dengan pandangan umum, suka berbantahan, berani kepada atasan, serta rezekinya cukup.

Nah, dari sasmita-sasmita tersebut saja sudah kelihatan bagaimana sikap seorang Pak Gatot Nurmantyo. Kita patut menggarisbawahi bagian jalan pikirannya sering berbeda dengan pandangan umum, suka berbantahan, dan berani kepada atasan. Cocok dengan Pak Gatot, bukan?

Saat menjadi Panglima TNI, ia tak ragu untuk berseberangan dengan atasannya. Sampai-sampai (entah ada hubungannya atau tidak), ia diberhentikan sebelum masa jabatannya usai.

Hingga sekarang, ia masih tetap tak ragu untuk mengkritisi kebijakan pemerintah. Mungkin bukan kebetulan juga, para pentolan KAMI, seperti Din Syamsudin, Said Didu, dan Syahganda Nainggolan, sama-sama berweton pon.

Ia juga memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan pikiran umum. Bila orang pada umumnya akan menerima dengan senang hati bila diberi penghargaan, apalagi sekelas Bintang Mahaputera, maka tidak demikian dengan Pak Gatot. Ia tetap keukeuh pada pendiriannya. Ia tak ingin integritasnya terganggu, karena diberi penghargaan.

Lalu, tentang shio, dari tahun kelahirannya, diketahui bahwa Pak Gatot ber-shio tikus. Orang dengan shio tikus merupakan orang-orang cerdas, mempesona, cepat tanggap, praktis, ambisius, dan pandai berhemat, serta sering aktif dalam kegiatan sosial.

Kita patut menyorot sifat ambisius dan sering aktif dalam kegiatan sosial. Dua hal yang juga dimiliki Pak Gatot.

Siapa yang tak ingat dengan keinginan Pak Gatot untuk menjadi capres di pilpres 2019, yang lalu? Sayangnya belum ada partai yang mau meminangnya. Dalam hubungannya dengan penganugerahan Bintang Mahaputera, saya yakin, keinginan Pak Gatot bukanlah untuk berperan sebagai penerima, namun sebagai sang pemberi anugerah tersebut.

Tentu saja ini adalah ambisi mulia yang tak bisa dipahami netizen. Menerima bintang itu sudah biasa. Memberi bintang, itu yang luar biasa. Dan itulah yang sedang ingin dicapai oleh Pak Gatot. Itulah sebabnya, Pak Gatot akan menanti hingga suatu saat nanti menjadi presiden, dan dapat menjadi sang pemberi penghargaan. Menantinya sampai kapan? Entah, hanya semesta yang paham.

Adapun terkait dengan poin sering aktif dalam kegiatan sosial, hal tersebut bisa tampak jelas pada sosok Pak Gatot saat ia tergabung dalam KAMI. Ini tentu saja adalah manuver yang berkaitan erat dengan poin pertama tadi. Siapa tahu, dengan aktif dalam kegiatan sosial bersama KAMI, hal tersebut bisa menjadi jalan yang dapat mengantarkannya pada misi mulia beliau.

Kalaupun tidak ada ada parpol yang mendukungnya, KAMI juga tak haram untuk bertransformasi menjadi parpol, kok. Kalau Nasdem saja bisa, kenapa KAMI tidak?

Nah, dari peninjauan weton dan shio Pak Gatot Nurmantyo di atas, maka sudah selayaknya bagi kita untuk mulai mengubah perspektif dalam memandang seorang Pak Gatot Nurmantyo.

Kita sudah seyogianya memandang Pak Gatot sebagaimana Pak Gatot apa adanya. Dia, mau bagaimanapun, ya memang begitu itu orangnya.

Berempatilah sedikit padanya. Ingat, sudah banyak kekecewaan yang menghantam dirinya. Endapan-endapan kekecewaan itu bisa terbaca jelas pada gurat-gurat sendu di wajahnya yang sampai-sampai membuat bibirnya susah betul untuk tersenyum.

Kalau bukan kita yang membuat Pak Gatot Nurmantyo tersenyum kembali melalui energi-energi empati, lantas siapa lagi?

BACA JUGA Kegiatan yang Seharusnya Dilakukan Gatot Nurmantyo Ketimbang Bikin Pernyataan Sembrono tentang Corona dan tulisan Yesaya Sihombing lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 11 November 2020 oleh

Tags: bintang mahaputeragatot nurmantyojokowi
Yesaya Sihombing

Yesaya Sihombing

Tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah.

Artikel Terkait

Ganjar Pranowo

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

23 Mei 2022
Jokowi minta relawan Projo untuk tidak kesusu

Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama

21 Mei 2022
Jokowi Widodo Prabowo Subianto

Rayakan Lebaran, Jokowi Ajak Prabowo Makan Opor Sambil Ngobrol Santai

2 Mei 2022
pengumpul koran bekas di salat Id

Berkah Salat Id, Surip Bisa Kumpulkan Kembali Koran Bekas di Alun-alun Kidul

2 Mei 2022
Jokowi

Srinatun yang Bertemu Jokowi dan Mugiyem yang Mendapatkan Sembako

1 Mei 2022
Mengungkap Latar Belakang Kemunculan Wacana Tiga Periode Presiden Jokowi MOJOK.CO

Mengungkap Latar Belakang Kemunculan Wacana Tiga Periode Presiden Jokowi

11 April 2022
Pos Selanjutnya
Seperti Yuri, MasterChef Indonesia Bisa Jadi Solusi Member JKT48 di Masa Pandemi

Seperti Yuri, MasterChef Indonesia Bisa Jadi Solusi Member JKT48 di Masa Pandemi

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Manchester United Memang Goblok, Sudah Tahu Medioker kok Sombong: Gini Doang nih Grup Neraka?

Memahami Sikap Gatot Nurmantyo yang Tidak Datang Dalam Acara Penganugerahan Bintang Mahaputera

11 November 2020
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022

Terbaru

rowo bayu mojok.co

Menelusuri Sejarah Rowo Bayu yang Diduga Jadi Lokasi Asli KKN Desa Penari

24 Mei 2022
Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik MOJOK.CO

Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik

24 Mei 2022
Ganjar Pranowo

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

23 Mei 2022
Affandi dalam Pusaran bulan Mei dan PKI

Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI

23 Mei 2022
budi karya sumadi mojok.co

Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM

23 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In