Linggajati Plaza Jombang Itu Tidak Lagi Layak Disebut Mall, Ia Hanya Sebatas Bangunan Superindo Berlantai Dua

Linggajati Plaza Jombang Bukan Mall, tapi Superindo Berlantai 2 MOJOK.CO

Ilustrasi Linggajati Plaza Jombang Bukan Mall, tapi Superindo Berlantai 2. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COLinggajati Plaza Jombang tidak lagi pantas mendapat sebutan “mall”. Ia sebatas Superindo berlantai 2 yang kebetulan punya bioskop.

Sudah. Mari mengakui saja. Bahwa Linggajati Plaza Jombang itu tidak lagi pantas mendapat sebutan “mall”. Iya, saya tahu, saat pertama buka, bangunan ini langsung membuat warga menjadi girang nan riang. Namun, saat ini, ia hanya layak mendapat sebutan “Superindo berlantai 2”.

Mari melompat ke 2014, ketika Jombang meresmikan berdirinya Linggajati Plaza. Saya masih ingat betul bagaimana pembukaan “mini mall” itu begitu semarak. Dan, tidak butuh waktu lama, Linggajati Plaza menjadi primadona baru. Mall baru ini menawarkan tempat hiburan keluarga hingga tempat nongkrong bagi remaja di gerai KFC.

Dulu, sebelum ada Linggajati Plaza, kalau mau menikmati mall, saya harus keluar, meninggalkan kota Jombang. Itu dia. Kalau mau menonton film di bioskop, saya harus menempuh jarak kurang lebih 51 kilometer menuju Kediri Town Square. Begitulah kondisi daerah yang melahirkan saya. Mengenaskan.

Senjakala Linggajati Plaza Jombang yang perlahan ditinggalkan

Memang benar, mempertahankan lebih susah daripada mendapatkan. Ungkapan itu rupanya cocok untuk Linggajati Plaza Jombang. Warga seperti kehilangan minat untuk berkunjung. Bangunan yang dulu jadi “pusat peradaban” perlahan mulai sepi.

Kini, saya tidak lagi menemui antrean yang mengular seperti dulu. Kalau ada antrean, malah terjadi di kasir Superindo.

Begitulah. Sekarang, malah lebih cocok untuk menyebut Linggajati Plaza Jombang sebagai Superindo berlantai dua. Ya gimana, Superindo di sana malah lebih megah dan punya bioskop pula.

Tidak lagi menjadi pilihan utama 

Linggajati Plaza Jombang kini sepi, yang ramai hanya di ingatan anak muda seumuran saya. Ingatan tentang betapa lucunya anak muda yang ingin nongkrong dan kencan di mall serupa anak muda metropolitan.

Sebagai salah satu pemuda fomo, sependek ingatan, hanya 2 kali saya pergi ke Linggajati Plaza. Keduanya terjadi saat mall di jantung Kota Jombang itu sedang berjaya. 

Pertama, kisaran 2015, saya pernah kencan di Linggajati Plaza. Bermain game zone, menghabiskan waktu berdua di tempat karaoke, dan menyantap kudapan di gerai-gerai kuliner di lantai dua. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA. Itulah pertama kali saya kencan di mall.

Dulu, Linggajati saat itu menjadi tujuan paling keren untuk berkencan. Di tahun itu, belum banyak tempat untuk kencan yang menarik. Kedai kopi kekinian belum menjamur seperti sekarang.

Pengalaman kedua, tepat saat film Dilan 1990 rilis. Saya berniat untuk menonton bioskop, namun gagal. Saya tidak menyangka tiket sudah terjual ludes. Iya, habis. Tidak perlu kaget, memang banyak pemuda yang nonton bioskop namun baru terfasilitasi.

Pada masa keemasannya, kamu harus rela antre panjang supaya tidak kehabisan tiket nonton. Jika tidak, kamu akan bernasib sama seperti saya. Hanya bisa memutari mall, membeli minuman, dan duduk di lantai 2 sambil menikmati Ringin Contong dari jendela mall.

Baca halaman selanjutnya: Linggajati Plaza kehilangan pesona. Sekarat diterjang zaman.

Linggajati Plaza Jombang tidak lagi menjadi pilihan anak muda

Anak muda sekarang tidak lagi tertarik dengan Linggajati Plaza Jombang. Mereka lebih suka nongkrong di kedai kopi kekinian minimalis nan industrial. Anak muda lebih memilih antre Mie Gacoan, meski antrinya berderet panjang naudzubillah. Mereka lebih rela keluar kota untuk menikmati mall yang “sebenarnya”.

“Kalau ngemal mending ke luar kota. Pilihan barang dan gerainya banyak. Mau nonton  bioskop atau kencan juga lebih proper di Mojokerto atau Surabaya,” kata Donny, seorang barista cum remaja 19 tahun. Pekerjaan Donny sebagai barista membuatnya beberapa kali datang ke Linggajati Plaza Jombang. Tapi bukan untuk main atau kencan, hanya sekadar berbalanja di Superindo. 

Donny adalah representasi anak muda yang tak lagi menjadikan Linggajati sebagai tempat main yang asyik. Ya selayaknya mall di kota-kota urban. Anak muda seumurannya lebih rela menghabiskan beberapa jam perjalanan keluar kota untuk menikmati “mall”. 

Lucunya, Donny tidak menganggap Linggajati Plaza sebagai mall. “Menurutku Linggajati bukan mall.” Ia menambahkan kalau bangununan yang berdiri sejak 2014 ini hanya Superindo yang punya bioskop dan dilengkapi kios-kios kecil.

“Aku nggak tahu sebutan apa yang cocok buat Linggajati Plaza. Menurutku, Jombang nggak punya mall.” Tandas Donny berseloroh. Entah kalimat itu hanya satire dan guruan. Tapi bagi saya, berbeda. Selorohnya seperti pukulan Codeblu ke muka Chef Arnold. Telak!

Di penglihatan anak muda seperti Donny, Linggajati memang tidak pantas lagi disebut mall. Saya rasa tidak sedikit anak muda yang sepakat dengannya. Sependek penglihatan saya, jarang sekali bertemu dengan sepasang anak muda yang berkencan di sana.

Sebuah ide yang nggak bagus-bagus banget tapi layak dicoba

Saya ingin menutup tulisan ini dengan ide yang nggak bagus-bagus banget tapi layak dicoba oleh manajemen Linggajati Plaza Jombang. Ide ini bisa digunakan tanpa izin dulu, saya berikan secara cuma-cuma. Gratis, sebagai sumbangsih saya yang pernah kencan di sana.

Pertama, menyulap parkiran basement menjadi arena gigs. Manajemen layak mencoba ide ini untuk menarik simpati anak muda. Apalagi anak muda Jombang kesusahan mendapatkan izin untuk buat acara gigs di kotanya sendiri. Tentu ini bisa mengambil hati mereka. Bukan tanpa sebab ide ini muncul. Beberapa kali gigs yang dihelat di coffee shop itu cukup digemari. Jadi, tidak ada salahnya untuk dicoba, bukan?

Ide kedua, menarik anak-anak muda untuk kencan di Superindo. Entah caranya gimana. Silakan dipikirkan. Saya membayangkan Linggajati serupa Ikea Date, lah kurang lebih. Mirip-mirip adegan Tom dan Summer di film 500 Days of Summer. Bayangkan, setelah moviedate di bioskop, kemudian Superindo Date. Ya, meskipun belinya sirup atau kentang mentah, yang penting cocok buat kencan anak muda, kan.

Penulis: Deby Hermawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pasar Barongan Jombang, Pasar Paling Kalcer yang Wajib Dikunjungi Muda-Mudi Masa Kini dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version