Kucing Saya Gay dan Dia Tidak Merusak Moral Bangsa

Kucing Saya Gay dan Dia Tidak Merusak Moral Bangsa

Dia adalah anak kucing telantar yang ngeongnya terdengar dari dalam rumah. Dan pada hari itu, Mamah keluar untuk mencari. Dari pintu ia lihat kucing kecil, kurus dan dekil, mengeong memanggil-manggil.

Lalu, mata mereka beradu pandang. Kucing kucel itu masih mengeong keras ketika ia mulai berjalan cepat menuju Mamah.

Saya baru saja keluar dari kamar mandi saat Mamah memamerkan kucing jelek itu, dan kami memutuskan untuk memeliharanya. Saya menamainya Nimo, karena kucing dapet ‘nimu’ dan warnanya mirip Nemo.

Entah karena kelaparan atau belum terbiasa menjadi kucing piaraan, ia memakan hewan apapun yang ia temukan. Cicak, capung, tikus, bahkan kecoa. Untunglah, Nimo kemudian tidak lagi makan kecoa setelah ia besar, juga tikus, ia hanya membunuh tikus untuk main-main.

Nimo tumbuh menjadi kucing yang agresif. Semua kucing yang ia temui ia ajak kelahi. Bahkan jika kucing itu jauh lebih besar. Korban yang paling sering ia serang adalah kucing tetangga, Junot namanya.

Junot adalah anak dari kucing saya sebelumnya, Revolusi. Jangan tanya kenapa saya pernah khilaf menamai kucing dengan kata sakti itu, tapi Revo memang revolusioner untuk tingkat kucing: dia senang makan jagung. Mungkin di kehidupan sebelumnya dia adalah seekor burung. Junot sendiri seperti bapaknya, dia jenis kucing yang tertib. Bisa buang air di toilet, tidak begitu suka kelahi, dan mau makanan non-daging.

Suatu hari, Nimo jatuh sakit. Junot datang ke rumah dan saat melihat Nimo sakit, ia ‘merawatnya’ dengan menjilati Nimo. Setelah sembuh, mungkin terharu karena Junot merawatnya, Nimo mulai menunjukkan tanda ia naksir Junot. Bertahun-tahun punya kucing saya tahu kalau kucing mau kawin. Tapi baru kali ini saya lihat kucing jantan mau kawin sama jantan lagi.

Mamah, yang besar dalam didikan yang, ya, normatif, dan menganggap LGBT sebagai penyimpangan, mau tak mau melihat peristiwa ini sebagai pencerahan. Jika kucing saja ada yang homo, ya apalagi manusia. Jika ada contoh dari alam maka itu tak bisa lagi disebut penyimpangan, begitu simpulnya.

Tentu, saya bisa berdebat dengannya bahwa tidak semua yang ditemukan di alam dapat menjelaskan manusia, bahwa itu adalah gejala lain dari didikan normatif yang mengutamakan ilmu alam di atas ilmu sosial. Apalagi sebelumnya saya telah menjelaskan padanya bahwa LGBT tidak tergolong ke dalam penyimpangan seksual, homoseksual setidaknya, tahun 1973 telah ditetapkan “keluar” dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa).

Tapi mungkin Mamah perlu melihat sendiri dari tingkah laku hewan untuk percaya. Bagaimanapun, untuk kasus ini, saya cukup lega atas simpulannya, lagipula, apalah manusia ini, hanya satu spesies dalam Kingdom Animalia.

Nimo memang kemudian kawin dengan beberapa betina. Tapi setiap kali hendak kawin, ia selalu mencari kesempatan untuk kawin dengan Junot dulu. Bagaimana kucing-kucing lain menghadapi situasi antara Nimo dan Junot? Dari amatan saya, kucing-kucing lain biasa saja. Mereka tidak gempar ketika melihat Nimo mengejar Junot dan kebelet kawin dengannya.

Oh, iya, dari Nimo juga saya tahu bahwa kucing bisa mimpi basah. Waktu dia tidur, saya mau mencari kutu di perutnya. Setelah ditelentangkan, saya lihat penisnya membesar dan karena aneh, saya liatin aja. Eh, gak lama penisnya basah. Eww.

Terlintas dalam pikiran saya, apakah dia sedang memimpikan Junot?

Exit mobile version