Untuk Apa Kita Belajar Agama? - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai Khotbah

Untuk Apa Kita Belajar Agama?

Mbah Nyutz oleh Mbah Nyutz
25 Agustus 2017
0
A A
170804 khotbah belajar agama mojok

170804 khotbah belajar agama mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Orang zaman kiwari punya kreativitas tersendiri dalam mempelajari agama. Setidaknya ada tiga modus yang rada gimanaaa gitu ketika mereka bersemangat dalam belajar.

Pertama, ada orang-orang mendatangi guru-guru agama, ustadz atau kyai untuk mendapatkan pelajaran. Tetapi tak banyak yang tekun, atau bahkan enggan, untuk mendapatkan bimbingan. Mereka cukup puas mendapatkan informasi tentang agama–misalnya, penjelasan atau teori-teori tentang apa itu tawadhu, jujur, zuhud, sabar, qana’ah, wara’, dan seterusnya. Namun, tidak semua mau dibimbing untuk mengerti bagaimana caranya sekaligus mau dan mampu melaksanakannya dalam keseharian.

Seorang kyai pernah mengatakan: saat ini memang masih banyak orang menghormati ulama, tetapi hanya sedikit yang manut.

Memang ada perbedaan antara “mengetahui” dengan “mengamalkan” dan “mengalami”. Orang tahu apa itu definisi Islam. Orang tahu apa arti dari Tauhid dan takwa. Tetapi bagaimana menjalani kehidupan yang penuh masalah dengan pasrah sembari tetap tegak keimanannya adalah perkara lain.

Misalnya begini. Orang biasanya mengatakan bahwa hidup sudah diatur oleh Tuhan, bahwa apa-apa sudah digariskan. Tetapi tidak mudah menyatukan antara kepasrahan dengan ikhtiar untuk mengubah nasib tanpa lepas dari kerangka Tauhid.

Baca Juga:

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

Secreto Site: Cara Gaul Berkirim Surat Kaleng 

Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain?

Orang terkadang terlalu ngotot “menulis” rencana hidup sendiri tanpa memasrahkan diri kepada-Nya. Pasrah menjadi problematik jika akal, pikiran, dan hati tidak bisa mengembalikan apa-apa yang terlintas, dipandang dan dirasakan ke dalam tenda “wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir.” Di sinilah informasi tidak cukup. Karenanya, tidak banyak orang yang bisa mengalami rasa seperti yang dikatakan oleh penyair Rendra, “ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.”

Dengan cara yang sama, di zaman orang doyan unggah foto medsos, tampaknya ada sensasi tersendiri ketika bisa tampil di foto duduk bersama dengan seorang kyai atau ulama. Tentu hal itu boleh-boleh saja dan tidak ada salahnya, sebab menunjukkan kecintaan kepada ulama adalah hal baik adanya. Namun, sekadar menemui kyai, lalu foto-foto dengan niat untuk berbangga-bangga saja, tanpa ada kemauan berkorban untuk dibimbing dalam mengamalkan agama agar mendapatkan inti sarinya, serta enggan membantu dan berkhidmat tulus, adalah seperti menelan air laut untuk menghilangkan dahaga. Orang mungkin akan memandang kita dekat kyai, tampak alim, sehingga kalau kita memberi kata-kata bijak akan terasa lebih mantap, tetapi pada hakikatnya diri dan akhlak kita begitu-begitu saja.

Seorang kyai pernah bercanda kepada saya, dengan mengatakan bahwa sekarang tugas kyai itu nambah: menjadi background foto orang-orang untuk diunggah di medsos.


Kedua, orang mendatangi guru-guru agama untuk menyerap ilmunya namun bukan dengan tujuan untuk memperbaiki diri. Ada sebagian yang belajar ilmu agama dengan tujuan yang sebenarnya bagus, memberi petunjuk ajaran yang benar kepada orang lain. Namun, tentu saja tak semua pemahaman seseorang akan diamini begitu saja oleh pembacanya. Tidak jarang yang terjadi malah perdebatan tiada berujung pangkal.

Orang lantas berlomba-lomba buka kitab atau mencari referensi untuk tujuan bantah-bantahan. Debat seru jelas akan menarik perhatian dan menambah ketenaran. Ini tidak menjadi persoalan sesungguhnya apabila pihak yang terlibat dalam perdebatan bertujuan meluaskan perspektif atau pengetahuan sekaligus mengoreksi diri atau mengubah diri agar menjadi lebih baik akhlaknya – sebab bukankah tujuan utama agama sebenarnya adalah memperbaiki akhlak?

Sayangnya, yang kerap terjadi adalah muncul keinginan untuk memenangkan perdebatan, berusaha menunjukkan kesalahan lawan, dengan bahasa yang berbelit-belit jika terdesak, atau kalau perlu menggunakan argumen ad hominem jika sudah tak mampu lagi berargumen yang sehat. Penghinaan dan kata-kata yang jauh dari cerminan akhlak menjadi hal biasa kita baca. Kebenaran menjadi tak penting lagi, sebab tujuannya adalah untuk mencari benar sendiri.

Ketiga, orang belajar dengan tujuan yang juga bagus, memberi tausiyah atau nasihat yang baik. Namun, setiap hari kita membaca nasihat atau tausiyah dibalut dengan kata-kata umpatan, hinaan atau merendahkan kemanusiaan. Kebaikan dan kebatilan bercampur aduk dalam kalimat-kalimat nasihat. Kita seakan disuguhi hidangan lezat yang bercampur telethong kebo, sehingga ketika diminta menyantapknya kita ora kolu, kata orang Jawa.

Pemberi nasihat itu mungkin lupa bertanya pada diri sendiri: apakah Tuhan pasti merestui model bertausiyah dengan gaya semacam itu?

Di sisi lain, kadang kita menyaksikan tausiyah menjadi komoditas, entah untuk menaikkan brand diri, atau karena gaya ceramahnya yang menarik dilihat dan didengar pemirsa sehingga penampilannya bisa menaikkan rating media tayang. Mereka pandai bicara dan fasih memberi tausiyah tetapi kata-kata bagus itu seakan bagai angin lalu, tanpa memberi bekas pada jiwa.

Bahkan ada penceramah yang sampai berani tampil sebagai ahli segala persoalan. Akibatnya, nasihat atau tausiyah lalu seperti iklan tabib tradisional yang mampu mengatasi hampir segala macam penyakit fisik maupun gaib, mulai dari pengobatan santet dan pelet sampai ke pengobatan panu kadas kurap hingga gagal ginjal dan stroke.

Satu penceramah agama menjadi sumber rujukan segala informasi, mulai dari informasi kesehatan seperti pembalut sebagai penyebab kemandulan hingga informasi ilmu alam untuk menjawab pertanyaan seperti apakah bumi itu bulat, datar, atau montok.

Wa Allahu a’lam bi muradihi.

Tags: Belajar Agamakyaimedia sosialSelfieTauhidTawaduZuhud
Mbah Nyutz

Mbah Nyutz

Artikel Terkait

rektor uii mojok.co

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

31 Mei 2022
Ilustrasi media sosial (Mojok.co/Ega Fanshuri)

Secreto Site: Cara Gaul Berkirim Surat Kaleng 

23 Desember 2021
ilustrasi Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain? mojok.co

Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain?

10 Desember 2021
ilustrasi Tutorial Klarifikasi untuk Influencer Blunder mojok.co

Tutorial Klarifikasi untuk Influencer Blunder

8 Desember 2021
ilustrasiKetika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak mojok.co

Ketika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak

6 Desember 2021
Challenge Instagram Nama Panggilan, Rekayasa Sosial yang Menyamar Jadi Hal Asyik social engineering mojok.co

Challenge Instagram Nama Panggilan, Rekayasa Sosial yang Menyamar Jadi Hal Asyik

23 November 2021
Pos Selanjutnya
ilustrasi Mitsubishi Xpander yang Ganteng Konon Bikin Orang Rela Pindah ke Lain Pabrikan

Review Mitsubishi Xpander, Penggilas Toyota Avanza di GIIAS 2017

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
170804 khotbah belajar agama mojok

Untuk Apa Kita Belajar Agama?

25 Agustus 2017
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Aplikasi Pinjol Menguasai PlayStore dan Media Sosial, Bom Waktu atau Berkah? MOJOK.CO

Ancaman Aplikasi Pinjol yang Menguasai PlayStore dan Media Sosial, Bom Waktu atau Berkah?

12 Agustus 2022
world water forum mojok.co

Persiapan Dua Tahun, Indonesia Dipercaya Gelar Forum Air Dunia 

11 Agustus 2022
Teror Hantu Penghuni Patung Loro Blonyo MOJOK.CO

Teror Hantu Penghuni Patung Loro Blonyo

11 Agustus 2022
Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong

Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong

11 Agustus 2022
Ketua LPSK mengatakan perlindangan istri Ferdy Sambo bisa dibatalkan

Kurang Kooperatif, LPSK Sebut Permohonan Perlindungan Istri Ferdy Sambo Bisa Dibatalkan

11 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In