Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Puasa Kok Nunggu Ikhlas

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
17 Mei 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mau puasa, salat, zakat kok nunggu hati seorang hamba bisa ikhlas dulu ya nggak mashoook. Jalanin dulu aja, belajar sambil jalan. Jangan dibalik.

“Waduh, Gus, tadi saya nggak sengaja ikut jamaah majelis ghibah bareng sama Pak Seno dan Pak Maula di serambi masjid bakda duhur nih. Lama banget lagi tadi nggosipinnya. Sampai berjam-jam. Batal nggak ya puasa saya, Gus?” tanya Mas Is ke Gus Mut yang sedang santai di teras rumah.

Gus Mut terkekeh mendengarnya.

“Batal sih nggak, Mas Is,” kata Gus Mut.

“Waduh,” jawab Mas Is lagi.

“Lah kok ‘waduh’? Kan udah dibilang nggak batal. Alhamdulillah dong harusnya,” kata Gus Mut bingung.

“Itu dia masalahnya, Gus. Tadi karena Pak Seno dan Pak Maula bilang kita udah batal karena menggunjing orang, ya udah sekalian makan aja, orang nggak diterima ini juga ibadah puasanya. Ketimbang puasa cuma dapat lapar sama hausnya aja to, Gus?” kata Mas Is sambil tersenyum tapi juga merasa takut-takut.

“Ealah, Mas Is. Sampeyan itu gimana. Jangan menggabungkan dua hal yang berbeda gitu dong ya. Dicampuradukkan jadi seolah-olah keduanya sama-sama batas sah dan tidak sahnya,” kata Gus Mut.

Mas Is cuma cengengesan.

“Lah gimana, Gus. Udah kadung ini,” kata Mas Is.

“Menggunjing itu nggak jadi hal yang membatalkan puasa, jadi nggak hubungannya kalau gara-gara itu Mas Is terus merasa berhak makan siang dengan bebas kayak gitu. Ini kayak orang salat harus khusyuk, tapi bukan berarti kalau nggak khusyuk itu batal salatnya. Nggak gitu juga cara mikirnya,” kata Gus Mut.

“Tapi kan lebih baik kita mempersiapkan diri untuk bisa salat dengan khusyuk dulu, Gus. Ketimbang salat berkali-kali tapi malah nggak diterima kan ya sama aja,” kata Mas Is coba berdalih.

“Ya nggak sama dong Mas Is. Itu beda,” kata Gus Mut.

“Beda? Beda di mananya emang, Gus?” tanya Mas Is penasaran.

Iklan

“Ya beda dong, yang satu itu syarat sah sedangkan yang satu itu tujuan. Baiknya kalau orang salat itu khusyuk, baiknya kalau orang puasa itu juga menjaga lisan, menjaga hati. Tapi kalau belum bisa ya bukan berarti puasanya batal,” kata Gus Mut.

“Oalah, gitu to, Gus,” kata Mas Is semakin cengengesan

“Sepanjang orang puasa nggak makan, nggak minum, nggak berhadas besar, ya nggak batal mau dia menggunjing ribuan orang. Cuma ya kan nggak bagus. Orang lagi dalam keadaan ibadah kok kayak gitu,” kata Gus Mut.

“Lalu gunanya orang puasa apa dong, Gus, kalau orang kayak saya masih kuatnya cuma nggak makan nggak minum doang?” tanya Mas Is lagi.

“Namanya ibadah itu nggak mungkin sempurna Mas Is,” kata Gus Mut.

“Maksudnya, Gus?” tanya Mas Is.

“Ya kita sebagai manusia ini sangat sulit untuk bisa sempurna dalam menjalankan ibadah. Secara syariat mungkin sempurna, tapi secara hakikat kan belum tentu. Misalnya, saat salat itu kita harusnya cuma ingat Allah saja, tapi kenyataannya malah nggak kan?” kata Gus Mut.

“Hehe, iya juga sih, Gus. Saya malah kadang jadi ingat hal-hal lain. Jadi kalau salat pikiran malah mblayang ke mana-mana nggak jelas,” kata Mas Is.

Gus Mut terkekeh.

“Makanya itu, Mas Is, dulu itu ada cerita kalau ada orang lupa sesuatu, lupa naruh barang misalnya, maka disarankan salat saja,” kata Gus Mut.

Mas Is bingung. “Maksudnya dengan salat barangnya akan otomatis ketemu gitu, Gus?”

“Ya nggak juga. Tapi dengan salat, orang itu jadi konsen. Harusnya dia ingat Allah, malah jadi ingat sama hal-hal yang tadinya nggak keingat. Barang yang tadinya hilang karena lupa naruh, jadi ingat, ketemu deh usai salat,” kata Gus Mut yang disambut tawa oleh Mas Is.

“Tapi memang harusnya kita juga diajarkan nggak cuma syariat aja, Gus. Biar ikut bisa menjalankan ibadah dengan—yah paling tidak mendekati sempurna. Ya kan percuma kalau kita puasa seharian, ternyata pahala kita nggak diterima Allah,” kata Mas Is.

Gus Mut bergeming sejenak. “Maksudnya, Mas Is?”

“Ya kan sayang, Gus. Udah ibadah puasa capek-capek, eh nggak diterima sama Allah,” kata Mas Is.

“Duh, kok sampeyan mikirnya gitu, Mas Is. Kita ini puasa emang udah kewajiban. Perkara diterima atau tidak itu bukan urusan saya, bukan urusan sampeyan. Lah kita ini siapa, nggak diajak pertimbangan sama Gusti Allah bikin peraturan puasa kok mengkhawatirkan keputusan Gusti Allah. Mau kita ibadah dengan sempurna menurut kita pun, belum tentu juga Gusti Allah menerima kita kok. Yang penting ya jalanin aja perintah-Nya dulu. Penyempurnaannya sambil jalan,” kata Gus Mut.

“Ya tapi kan bakal lebih afdol kalau kita udah punya ketetapan hati dulu, Gus, baru menjalankan syariatnya,” kata Mas Is.

“Kalau kayak gitu, ya manusia di Bumi ini nggak bakal ada yang salat, nggak bakal ada yang puasa, nggak bakal ada yang zakat dong,” kata Gus Mut.

“Lho kok bisa, Gus?” tanya Mas Is.

“Lha iya dong, masa orang mau puasa harus menunggu hatinya nyambung langsung dengan Allah dulu, ya nggak bakal puasa-puasa dong dia. Orang mau salat nunggu dapat panggilan hati, ya nggak bakal salat-salat dia. Orang mau zakat nunggu bisa ikhlas, ya nggak bakal bayar zakat dia,” kata Gus Mut.

Mas Is garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sambil kembali cengengesan.

“Lagian, mau ibadah, mau puasa kok nunggu ikhlas. Ya belum sempat kita ngapa-ngapain ya kita udah ketemu dulu sama Malaikat Izrail, Mas Is. Bisa ikhlas itu baik, tapi itu bukan jadi patokan seorang umat menjadi lebih baik ketimbang umat yang lain,” kata Gus Mut mengakhiri.

“Lho kok gitu, Gus?”

“Ya iya dong. Soalnya ikhlas beribadah itu bukan urusannya manusia, itu urusan Yang Bikin Manusia. Jadi nggak usah deh ngurusin hal yang bukan urusan kita. Sama urusan sendiri aja belum beres kok mau sok-sokan ngurusi hati orang lain.”

Terakhir diperbarui pada 23 Mei 2019 oleh

Tags: Gus MutIkhlasKhotbahPuasasalat
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

3 Alasan Orang Sleman Malas Bukber ke Bantul, Selain Karena Egois dan Jogja Selatan Isinya Gondes.mojok.co
Ragam

Bagi Warga Bantul Ajakan Bukber di Sleman Adalah Bentuk Diskriminasi dan Ketidakadilan, Apa Orang Jogja Utara Memang Egois?

15 Maret 2024
Penambang Kawah Ijen Tak Puasa Demi Baju Lebaran Anak MOJOK.CO
Catatan

Perjuangan Penambang Belerang Kawah Ijen Banyuwangi Demi Baju Lebaran Anak Istri, Puasa-puasa Tetap Naik Turun Gunung Memikul Ratusan Kg Hasil Tambang

11 Maret 2024
Menelusuri Sejarah Takjil Pertama Berkah Gulai Kambing di Kauman Jogja. MOJOK.CO
Geliat Warga

Menelusuri Sejarah Takjil Pertama, Berkah Gulai Kambing di Kauman Jogja

19 April 2023
Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis. MOJOK.CO
Geliat Warga

Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis

18 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.