Jangan-jangan Pak Amien Rais Sebetulnya Adalah Pendukung Pak Jokowi

laut

Bagi saya, suka atau tidak, Pak Amien Rais merupakan tokoh yang bukan hanya cerdas secara intelektual namun juga organisator andal. Karena itu, dia kaya imajinasi, paham strategi, pintar bersiasat.

Sejarah hidupnya menyatakan semua itu dengan benderang. Sebagai seorang intelektual, gelar akademis tertinggi dicapainya di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Dia juga pernah memegang pucuk pimpinan tertinggi organisasi keagamaan Muhammadiyah. Jelas itu hanya bisa dicapai oleh orang yang punya capaian intelektual plus kematangan berorganisasi. PAN, salah satu parpol di Indonesia yang dibesutnya, tak pernah jadi partai bawah. Jelas itu bukan perkara gampang.

Sementara kepiawaiannya dalam bermanuver dan melakukan siasat terbukti mumpuni. Suka atau tidak, dialah salah satu pencetus ‘poros tengah’ yang menaikkan Gus Dur sekaligus memupus mimpi Bu Megawati menjadi Presiden. Dan Pak Amien Rais pula yang ikut menjatuhkan Gus Dur lalu menaikkan Bu Mega.

Berdasarkan itu semua, plus sederet hal lain yang tak mungkin dipaparkan semua di tulisan ini, bagi saya semua langkah politik Pak Amien bukanlah langkah menjegal Pak Jokowi. Pasalnya sederhana.

Pertama, hampir semua manuver Pak Amien akhir-akhir ini, justru merugikan Pak Prabowo. Semua bisa dilihat dari respons di medsos. Begitu Pak Amien bikin pernyataan politik, langsung mendulang dukungan untuk Pak Jokowi. Sementara dukungan untuk Pak Prabowo atau yang membela Pak Amien, sangat minim.

Akan berbeda misalnya jika kritikan itu datang dari Rocky Gerung, Mardani Ali Sera, atau bahkan dari Fahri Hamzah. Komentar netizen nyaris imbang.

Itu artinya, setiap kali Pak Amien membuat pernyataan politik, aliran dukungan ke Pak Prabowo terhenti, atau setidaknya langsung tersumbat.

Dengan mempertimbangkan sejarah dan kapasitas Pak Amien, rasanya hal itu tidak wajar. Maka bolehlah saya menduga, jangan-jangan Pak Amien Rais ini sebetulnya pendukung Pak Jokowi.

Selain argumen di atas, tentu saja ada argumen yang lain. Misalnya, Pak Amien dan Pak Jokowi sama-sama dari UGM. Sentimen satu kampus ini bisa jadi membuat jembatan kasih sayang antara Pak Amien kepada Pak Jokowi. Mungkin bagi Pak Amien, dia tidak menjadi Presiden tak mengapa, yang penting yang menjadi Presiden adalah salah satu alumnus UGM.

Selanjutnya, Pak Amien dan Pak Jokowi sama-sama dari Solo. Ini fakta yang tidak bisa dibantah. Mungkin karena satu kampung halaman inilah yang menyebabkan Pak Amien menempuh siasat seakan memukul padahal merangkul. Seakan menjegal padahal menguatkan.

Berikutnya, mulai muncul wacana berkembang bahwa Pak Amien bisa dimajukan sebagai Capres dari PAN. Tentu saja itu berat. Tapi dalam politik biasa seperti itu. Nah, bisa saja itu sinyal bahwa Pak Amien berkeinginan diduetkan dengan Pak Jokowi. Pak JK sudah tidak mungkin lagi mendampingi Pak Jokowi. Tapi Pak Amien yang kena efek kemenangan Mahathir Mohamad, tentu punya peluang mendampingi Pak Jokowi. Dengan dia berbelok ke Pak Jokowi, kekacauan diharap terjadi di kubu Pak Prabowo.

Nah, jangan dibilang tidak mungkin dulu. Sebab katanya, politik adalah seni mengubah ketidakmungkinan. Mungkin sebentar lagi akan muncul posko Join di berbagai tempat tapi bukan ‘Jokowi-Cak Imin’ melainkan: Jokowi-Amien.

Itu sudah.

Exit mobile version