Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Dua Prosedur Meredam ‘Ayam Galak’ untuk Jokowi

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
22 Mei 2015
A A
Dua Prosedur Meredam Ayam Galak untuk Jokowi

Dua Prosedur Meredam Ayam Galak untuk Jokowi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya sangat khawatir ayam-ayam saya menggelar pemberontakan jika terus-menerus hidup dalam kurungan besi yang kukuh, rapat, dan sempit di sisi kiri rumah saya di Bantul. Saya ngeri sendiri membayangkan pemberontakan mereka sebagaimana serangkaian percobaan pembangkangan ayam-ayam dalam film Chicken Run. (2000, Sutradara: Peter Lord dan Nick Park).

Tapi saya bukan Tuan Tweedy yang berprinsip: yang tak bertelur harus mati! Betul, saya kerap dilamun godaan untuk berubah menjadi jagal. Beberapa kali malah sudah saya lakukan. Tapi bukan demi telur, tapi untuk mengurangi kapasitas kandang yang terbatas dan demi peruntukan daging yang tak seberapa. Maklum, ayam-ayam saya itu jenis pesolek. Dagingnya sedikit, bulunya yang banyak. Dan saya bukan peternak bulu. Apalagi musang berbulu tangkis seperti karya instalasi Bambang Toko.

Sebagai peternak samping rumah, saya merasa was-was kala ayam-ayam ini bertemu dengan Bilven Sandalista (nama sebenarnya), pencetak buku terjemahan “Kapital” karya Karl Marx dari Bandung. Jika sampai timbul watak pembangkangan berencana dari seisi kandang, bisa gawat. Ayam-ayam yang mulanya pesolek ini, setelah membaca buku “Manifesto Komunis” yang disebar dari tangan ke tangan oleh Bilven, khawatir saya makin bergulung-gulung, mereka menjadi marxis dengan satu kepal: jegal atau terjagal.

Apalagi, ayam-ayam yang kini sudah tumbuh menjadi jantan-jantan muda berdarah panas itu menetas pada 1 Oktober ke kehidupan duniawi yang ganas-suram ini. Itulah sebabnya saya sebut mereka Generasi Gestok. Dan frase Gestok dalam sejarah NKRI semacam terompet darah dalam kultur berbangsa(t) kita.

DNA sejarah kehadiran yang muram itu, dan ditambah dengan tekanan dan pilihan yang hanya sejumput, memang membuat semesta bisa sangat absurd.

Saya sadar bahwa saya paranoid melihat gelagat ayam-ayam pesolek dengan paruh makin mengeras dan tajam. Dan salah dua cara meredam watak bombastis ayam-ayam jantan yang galak itu adalah: (1) jangan bikin kantong makanan di dadanya kosong. Penuhi terus dan terus. Memang menambah volume pakan yang membuat saya selalu bekerja keras menulis di KUD Mojokdotco demi tersedianya ransum. Dengan tembolok si jantan yang terus-menerus terisi, watak radikalnya perlahan-lahan dilahap lemak yang terus menggelambir.

Cara ke (2), ah Haji Lulung selalu mahabenar, jangan jauhkan jantan-jantan itu dari betina. Makin genit dan ngartis si betina, makin baik. Suara si jantan yang sok jago itu terus-menerus bikin gaduh jika si betina Anda jauhkan dari sisinya. Si jantan akan melakukan tindakan brutal apa pun jika terpisah dari si betina. Kecuali memang jantan yang bawaan wataknya pengecut/penakut saat melihat ada yang lebih kuat yang menjaga dan mendampingi si betina secara terus-menerus.

Sebagai majikan paranoid, saya tidak pernah anggap enteng ayam-ayam pecundang ini. Karena kerap pembangkangan berdarah tidak pernah dinyana-nyana datangnya. Kita mengira datang dari si jago yang sok, eh tahu-tahunya justru muncul dari para pecundang-cinta yang secara kuantitatif jumlahnya na’udzubillah. Jumlah sebesar itu jika berkomplot bisa menghancurkan si jantan sombong yang rakus dan sok jago. Bahkan merembet bisa melumpuhkan sang majikan.

Yang saya takutkan juga adalah, pejantan yang terlihat loyo, pecundang-cinta, pendiam, pasifis, dan entah apa lagi sinonim sebutannya, sesungguhnya mereka sedang menjalani asketisisme revolusioner macam Hatta (saya pinjam istilah jurnalis keren dan pintar, Farid Gaban, 2000). Hatta, prototipe asketisme revolusioner ini, demikian Mas Gaban menulis, hampir steril—tak minum alkohol, tak tertarik pada dansa-dansi, dan bahkan bersumpah takkan kawin sebelum Indonesia merdeka; sumpah yang benar-benar ditunaikannya.

Sadar dengan rupa-rupa kemungkinan itu saya mesti mengambil langkah antisipasi. Jantan berjumlah lebih dari sepuluh, jika yang masih kanak-kanak turut dihitung. Ini jumlah cukup banyak jika dibandingkan dengan betina yang hanya dua. Ini sungguh perbandingan yang timpang. Maka langkah yang saya ambil adalah menggilir si betina buat pejantan-pejantan dengan stok kecebong albino yang sedang banyak-banyaknya itu, baik jantan yang sok jago maupun jantan pecundang. Sebab semua berhak mendapat kebahagiaan dan kesenangan.

Jika tiba saatnya bertelur, si betina biasanya saya karantina supaya telurnya tidak dimangsa si jantan yang selalu punya insting untuk mematikan pesaingnya sejak dari telur. Jika waktu karantina sudah tiba—tiga hari sekali—seisi kandang yang dihuni mayoritas pejantan itu ributnya luar biasa. Suara-suara brengsek yang masuk lewat celah jendela itu sangat merusak instrumen lagu-lagu klasik mp3 donlotan yang saya putar dari laptop tua.

Tapi saya sudah ingat sebaik-baiknya prosedur yang mesti dilakukan: penuhi terus-menerus temboloknya dan jangan lama-lama pisahkan dari si betina.

Sebab lapar dan kesepian bisa melahirkan murka! Dan murka adalah pelumas terbaik yang membuat api bisa mempercepat datangnya Hari-H  keramaian!

Pak Jokowi tahu betul dua resep si majikan ini untuk meredam agresivitas ayam-ayam galak di kandangnya. Selain nonton bareng film Tjokro di Istana Negara, saya mengajak Pak Jokowi sudilah meluangkan sedikit saja waktu sibuknya untuk menonton film Chicken Run via Youtube. Hitung-hitung menjaga kewaskitaan dan siasat baru untuk membahagiakan aktivis-aktivis k*r* yang galak.

Iklan

Dari kandang sisi kiri rumah, saya ucapkan salam jinak-jinak komisaris, Kamerad!

Terakhir diperbarui pada 6 November 2018 oleh

Tags: AktivisAktivis KiriAyam Galakjokowi
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.