Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jokowi Perlu Kabinet 100 Menteri Agar PKB dan Nasdem Nggak Rebutan Jatah

Gunarso TS oleh Gunarso TS
11 Juli 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – PKB minta 10 kursi menteri. Nasdem minta 11 kursi. Padahal kursi kabinet cuma 34. Hm, apa Jokowi perlu bentuk Kabinet 100 Menteri biar semua senang?

Hajatan Pilpres 2019 telah selesai, KPU telah menetapkan secara resmi Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wapres untuk periode 2019-2024. Tanggal 20 Oktober mendatang mereka akan dilantik. Tentunya, tak lama kemudian diumumkan Kabinet Kerja jilid II.

Lalu siapa saja yang ketiban sampur menjadi menteri? Lebih banyak menteri parpol, atau menteri profesional demi zaken kabinet?

Jauh sebelum hari pelantikan Presiden dan Wapres, Ketum PKB, Muhaimin Iskandar sudah menyentil, semoga partainya dapat 10 kursi menteri di kabinet. Kepada ibu-ibu minta didoakan, agar keinginan partainya “orang NU” ini terkabul. Artinya, Presiden Jokowi mau kasih 10 jatah kursi menterinya untuk PKB. Yah, syukur-syukur kalau lebih.

Cak Imin merasa punya alasan untuk itu. Pertama, perolehan kursi DPR di Pileg 2019 kemarin lumayan banyak, sampai 58 kursi. Dan kedua, kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin sampai 55,50 persen (85.607.362 suara) diklaim kebanyakan dari suara kaum Nadliyin.

Ini belum menimbang soal suksesnya KH. Ma’ruf Amin menjadi Cawapres Jokowi kan berkat manuver Ketum PKB, Muhaimin Iskandar pula.

Andaikan tanpa manuver Cak Imin, sehingga Mahfud MD tetap dipertahankan sebagai Cawapres—menurut Cak Imin tentunya—Jokowi akan kalah di Pilpres 2019 kemarin.

Bahkan paling jumawa, blio dulu pernah bikin pernyataan, “Jika Cawapresnya bukan saya, Jokowi akan kalah!”

Hm, rupa-rupanya mantan Menaker-nya SBY itu yakin betul kalau kaum nadliyin semua berada di gerbong PKB.

Toh faktanya sekarang, Jokowi-Ma’ruf Amin menang, maka Cak Imin pun merasa layak dan pantes saja minta jatah 10 kursi di kabinet. Blio kan perlu memberi reward pada kawan-kawannya di PKB, agar mereka bisa “nempil kamukten”.

Soalnya mereka telah keluar banyak keringat di Tim TKN demi memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin. Siapa tahu, iya siapa tahu, caleg-caleg PKB yang tak lolos ke Senayan bisa tetep masuk sebagai menteri.

Partai Nasdem tertawa mendengar maunya Cak Imin. Jika mengikuti jalan pikiran Ketum PKB, anggota Dewan Pakar Nasdem, Taufikul Hadi, juga ingin partainya dapat 11 kursi menteri.

Sebab perolehan kursinya sampai 59, lebih banyak dari PKB. Jika yang 58 kursi saja dapat 10 kursi, maka wajar saja Nasdem yang dapat 59 kursi DPR juga dapat “bonus” 11 kursi kabinet.

Meski begitu, benar kata Taufikul Hadi, minta jatah kursi menteri sebetulnya tak perlu diumbar ke publik. Kesannya jadi seperti orang kenduri, selesai dibacakan doa oleh Mbah Modin, langsung berebut banyak-banyakan dapat besekan. “Saru,” kata orang Jombang—kampung halamannya Cak Imin.

Iklan

Bila PKB dan Nasdem minta jatah kursi menteri berdasarkan “kurs” perolehan kursi DPR, bisa saja nanti PDIP peraih kursi terbanyak di Senayan (128) minta 20 kursi, Golkar yang dapat 85 kursi DPR minta 14 kursi menteri.

Belum lagi Partai Demokrat dan PAN yang kabarnya juga akan memperkuat KIK (Koalisi Indonesia Kerja), tentunya minta jatah kursi menteri berdasarkan “kurs”-nya PKB juga.

Rebutan kursi menteri ini bisa saja bikin pusing Presiden Jokowi. Betul memang, penunjukan menteri merupakan hak prerogratif presiden. Tapi realitasnya apakah benar-benar demikian?

Sebagai orang Jawa, jika sudah kadung berutang budi, masak tega menolaknya? Padahal dibagi untuk anggota KIK lama saja, sudah ketemu 55 kursi, sedangkan porsi kursi menteri hanya 34.

Apa mungkin ditomboki dengan beli kursi baru di Klender, Jakarta Timur? Nanti tinggal pilih, yang berkayu jati atau kamper Samarinda? Joknya yang kulit sintetis atau asli kulit lembu?

Bila permintaan PKB dan Nasdem benar-benar serius, ada baiknya atau seyogyanya, Presiden Jokowi membentuk Kabinet 100 Menteri seperti Kabinet Dwikora-nya Bung Karno  di tahun 1966 dulu.

Lho, itu kan melanggar UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara? Ah, kan tinggal minta tolong sama Yusril Ihza Mahendra untuk gugat atau uji materi UU ini ke MK. Siapa tahu dikabulkan. Yusril ini, kan jago dia. Menang, menang.

Di sinilah Presiden Jokowi baru bisa bernapas. Bisa mengakomodasi dengan baik seluruh aspirasi parpol anggota KIK lama maupun baru. Selain bisa memasukkan menteri-menteri profesional untuk zaken kabinet, juga bisa menampung menteri-menteri titipan.

Sudah bukan rahasia lagi, komposisi menteri bukan saja disusun oleh Presiden dan Wapres, tapi Megawati Ketum PDIP juga bakal ikut menentukan. Sebab di mata PDIP, presiden yang sekarang kan hanya petugas partai.

Sebagai pengemban amanat Trisakti Bung Karno, maka Presiden Jokowi bisa membentuk kementerian-kementerian pada era Orde Lama. Misalnya: Kementerian Penurunan Harga, Kementerian Iuran Negara sebagai pengganti Ditjen Pajak.

Lalu Ditjen Haji ditingkatkan menjadi Kementerian Haji dan Umroh, Kementerian Urusan Narkotika sebagai pengganti BNN (Badan Narkotika Nasional), Kementerian Penertiban Preman, Kementerian Mudik & Arus Balik, dan bla-bla-bla.

Tuh kan, masih banyak lagi kementerian baru yang bisa dibentuk. Pokoknya bikin aja sampai mencapai target 100 Kementerian. Dengan kabinet 100 menteri, niscaya Presiden Jokowi bakal lebih mudah mengeksekusi segenap program kerjanya lima tahun ke depan. Plus tanpa perlu resofal-resafel melulu.

Cuma resikonya—tentu saja—di kala sidang kabinet terbatas, sesama menteri anggota kabinet tidak saling kenal satu sama lain. Persis kayak jaman Kabinet 100 Menteri Bung Karno dulu.

Lalu di setiap rapat, akan terdengar bisik-bisik kalimat ini, “Maaf, Anda dari partai apa ya? Anu, Menteri apa kalau boleh tahu?”

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2019 oleh

Tags: Cak Iminjokowikabinetnasdempkb
Gunarso TS

Gunarso TS

Penulis tetap di majalah "Jaya Baya". Tinggal di Jakarta Timur.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.