Ilmu Parenting Misae dan Hiroshi dalam Mendidik Shinchan

MOJOK.COShinchan dikenal cabul, brutal, amoral. Tapi, dia tetep masih suka bantu orang tuanya. Pakai ilmu parenting manalagi ini si Misae dan Hiroshi?

Generasi saya, khususnya generasi milenial, sangat akrab dengan kartun Crayon Shinchan. Sudah jadi kayak foklor yang suka diceritakan berulang-ulang gitu. Generasi yang lebih muda dari itu, setahu saya sih, tidak begitu mengenalnya.

Nah, buat kamu yang tak tahu, Shinchan ini punya nama lengkap Nohara Shinnosuke. Orang-orang terdekat biasa memanggilnya dengan panggilan Shinchan. Ia adalah anak laki-laki berumur lima tahun yang masih duduk di taman kanak-kanak.

Ketika dulu kalau nonton kartun ini yang diambil cuma hiburannya dan tingkah konyolnya, untuk kali ini saya rasa saya ada peningkatan dikit dalam menangkap pesan-pesan terselubung dari Shinchan. Saya perhatikan lagi ini kartun, ternyata saya menemukan sesuatu. Ada setitik ilmu parenting yang bisa kita ambil dari orang tua Shinchan, yakni Misae dan Hiroshi.

Saya suka interaksi antara Shinchan dan kedua orangtuanya, Hiroshi dan Misae, serta adik perempuannya, Himawari, yang masih balita. Dalam beberapa kasus, tidak jauh beda sebenarnya tipe didikan orang tua di cerita Shinchan dengan tipe didikan orang tua di Indonesia.

Gambaran keluarga Shinchan adalah gambaran standar keluarga yang bahagia terdiri dari ayah, ibu, kakak laki-laki, dan adik perempuan. Mereka bekerja sama dan berbagi tugas layaknya kehidupan nyata di mana Hiroshi bekerja di kantor dan Misae mengurus segala tetek bengek pekerjaan rumah tangga.

Di rumah, Misae selalu mengajarkan kepada Shinchan tentang arti tanggung jawab. Kayak misalnya merapikan mainannya usai bermain dan memberikan makanan untuk anjingnya, Shiro.

Misae juga mengajari Shinchan bagaimana menjadi kakak yang baik untuk adiknya seperti mengajak Himawari bermain dan mengasuhnya ketika Misae sibuk. Adegan kecil semacam ini bagus juga sih.

Di lain kesempatan, Misae pernah menyuruh Shinchan untuk belanja ke pasar dengan dibekali catatan belanja dan uang di dompet.

Kadang, Shinchan berhasil belanja sesuai dengan catatan belanja yang ditulis Misae meski lebih seringnya pulang dengan tangan hampa bahkan membeli sesuatu yang tidak ada di catatan.

Episode ini mengingatkan saya ketika kecil dulu, Mama nyuruh beli apa, eh saya pulang malah bawa jajanan. Hehe.

Ada juga episode yang menceritakan bagaimana Misae sering menyuruh Shinchan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring dan mengangkat jemuran.

Kalau ngangkat jemuran masih oke lah, tapi mencuci piring? Hmmm.

Sepertinya, adegan itu menunjukkan kalau Misae tidak begitu peduli dengan stereotipe bahwa urusan dapur selalu jadi domain perempuan. Untuk film kartun yang sering dikategorikan sebagai kartun vulgar yang pernah diprotes, adegan ini malah jadi terasa sangat progresif sekali.

Apa jangan-jangan, Misae ini adalah aktivis feminis waktu kuliah dulu? Dan kemudian memulai langkah revolusi itu diawali dari anak laki-lakinya sendiri dengan ilmu parenting bikinannya sendiri?

Lah iya, Shinchan sebagai anak laki-laki disuruh mencuci piring dalam adegan kartun kan luar biasa? Revolusioner sekali ini. Sekarang coba saya tanya, emang pernah Nobita disuruh nyuci piring sama ibunya? Kan nggak.

Ini menandakan bahwa ibu Nobita bukan aktivis feminis kayak Misae.

Selain ibunya Nobita, di banyak tempat seperti di Indonesia juga misalnya, beberapa orang tua kadang tidak melibatkan anak laki-lakinya sama sekali untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Apalagi untuk urusan mencuci piring begitu.

Meski begitu, melibatkan Shinchan dalam pekerjaan rumah tangga juga menunjukkan taktik Misae sebagai ibu yang kreatif plus nyebelin. Sebab, pekerjaannya sepanjang hari ingin diselesaikan lebih cepat hanya karena alasan sepele saja.

Dengan pekerjaan rumah yang selesai lebih cepat dari biasanya, Misae kadang jadi punya me time. Ketika pekerjaan sudah selesai semua, Misae bakal tiduran sambil nonton sinetron atau membaca majalah-majalah lama. Gambaran ibu-ibu Jepang era 1990-an kali ya.

Terlepas dari karakter Shinchan yang kerap dikenal sebagai anak yang cabul dan rese, tapi ternyata Misae tetap mampu membentuk karakter Shinchan agar tetap gemar membantu pekerjaan-pekerjaan orang tua. Benar-benar ibu yang luar biasa.

Selain Misae, ada juga karakter Hiroshi yang merupakan ayah Shinchan yang bisa kita pelajari ilmu parenting-nya. Hiroshi, setiap hari bekerja di kantor. Berangkat pagi, pulang malam hari, dan libur di akhir pekan.

Kadang-kadang karena seminggu lelah dengan segala pekerjaan kantor, Hiroshi ingin akhir pekannya diisi dengan tiduran, malas-malasan, bersantai, dan sesekali main golf di luar bersama teman-teman.

Itulah kenapa, Misae sering mengomel kalau hari Minggu suaminya diisi dengan tiduran saja.

Meski terkesan malas-malasan di rumah, Hiroshi sebenarnya tidak secuek itu, terutama dengan Shinchan. Gambaran hubungan bapak anak di kartun ini pun unik sekali dan ngasih gambaran kalau meski sepekan sibuk kerja Hiroshi tak lupa untuk bermain dengan anaknya.

Bahkan Shinchan sering digambarkan jauh lebih bersemangat saat ikut membantu ayahnya ketimbang ibunya. Seperti ketika mencuci mobil, membuat egrang, atau menggoda lawan jenis. Sesekali, Hiroshi juga kerap mengajak Shinchan bermain berdua saja dan berbagi rahasia berdua.

Meski Shinchan digambarkan sebagai karakter yang bandel, cabul, nakal, urakan, namun ternyata ia tetaplah seorang anak yang lumayan birrul walidain, tetep mau dikit-dikit nurut sama ortunya, mau ngebantu orang tuanya. Hebat ya.

Dan itu semua jelas merupakan hasil bertahun-tahun membentuk karakter seorang anak, sesuatu yang layak diapresiasi, terutama dari kerja keras orang tua Shinchan Yoshito Usui. Yang ngarang komik Shinchan. Ya iyalaaaah.

Sebab, tanpa Yoshito Usui, ilmu parenting Misae dan Hiroshi nggak bakal ada karena komik Shinchannya juga nggak pernah ada. Kosong. Kayak hidupmu yang hampa dan bau itu.


BACA JUGA Label Nakal Crayon Shinchan, Bukti Orangtua Asia Tak Pernah Salah dan ketentuan mengirim ESAI di MOJOK.

Exit mobile version