Ideologi Didi Kempot di Demo Mahasiswa: Bersedih, Tertawa, dan Melawan Bersama - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Ideologi Didi Kempot di Demo Mahasiswa: Bersedih, Tertawa, dan Melawan Bersama

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
25 September 2019
0
A A
Kemarahan Greta Thunberg dan Ideologi Didi Kempot di Demo Mahasiswa MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kemarahan Greta Thunberg dan demo mahasiswa merupakan wujud kemarahan “orang dewasa” yang nggak peduli. Caranya berbeda, tetapi tujuannya sama, yaitu demi masa depan.

“How dare you!”

Dada saya berdesir ketika mendengarkan pidato Greta Thunberg. “How dare you!” Kemarahannya ditransformasikan secara paripurna kepada semua pendengar yang peduli. “My message is that we will watching you,” kata Greta membuka pidatonya yang sungguh kuat menghantam itu.

Krisis iklim memang bukan isu yang seksi. Bagi banyak orang, terutama media, isu krisis iklim tidak lebih menjual ketimbang Brexit, kegoblokan Donald Trump, atau rambut konyol Boris Johnson yang tertiup angin. Bahkan isu ini dianggap sebagai propaganda saja yang mengancam eksistensi perusahaan-perusahaan besar.

Greta tidak tersenyum ketika pilihan kalimatnya dihujani tepuk tangan oleh peserta UN Climate Action Summit. “This is all wrong. I shouldn’t be up here. I should be back in school on the other side of the ocean.” Kalimat pertama dari rentetan kemarahan itu menghentak.

Baca Juga:

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.

2 Maret 2023
Alasan Google Doodle Tampilkan Didi Kempot 26 Februari MOJOK.CO

Alasan Google Doodle Tampilkan Didi Kempot 26 Februari

26 Februari 2023

Bagian “This is all wrong” menggambarkan betul perubahan iklim yang belum menjadi atensi dunia. Greta sudah bergerak sejak Agustus 2018. Setiap Jumat, dari pagi sampai sore, berbekal papan tuntutan bertuliskan “Skolstrejk för klimatet” (bolos sekolah demi perubahan iklim), Greta mengungkapkan kemarahannya.

“I shouldn’t be up here.” Greta berusia 16 tahun, seorang remaja yang seharusnya sedang semangat sekolah. Masalah iklim harusnya menjadi masalah orang dewasa. Namun, justru “orang dewasa” yang dihantam oleh Greta yang tidak menganggap perubahan iklim sebagai kejadian serius. Para “orang dewasa” itu masih ngomongin soal profit di depan potensi “mass extinction” karena perubahan iklim.

Yang dilakukan Greta seperti “mengoyak sarang lebah”. Banyak orang yang tidak jenak ketika zona mereka diganggu oleh seorang remaja berusia 16 tahun. Mereka berdengung, seperti lebah yang marah dan menyerang Greta ramai-ramai.

Pertama, keberadaan Greta dianggap sebagai hasil dari proses cuci otak orang-orang Kiri. Para bebal ini menganggap tidak mungkin seorang “anak” punya pikiran secemerlang itu. Betul, narasi “masih anak-anak” dipakai untuk menyerang. Dia sudah berusia 16 tahun, usia yang sudah sepantasnya bisa berpikir sendiri.

Banyak orang yang memandang sepak terjang Greta “ditunggangi” oleh environmentalist extremist. Mirip seperti tuduhan yang dilancarkan kepada gerakan Gejayan Memanggil dan demo mahasiswa selama beberapa hari ini. Gerakan Greta dan demo mahasiswa memang punya kesamaan. Sama-sama marah melihat kenyataan. Sama-sama marah kepada “orang-orang dewasa” yang justru gagal ketika mereka punya kekuatan.

Terlepas dari benar tidaknya Greta dan demo mahasiswa sudah ditunggangi atau misinya tidak murni, gerakan mereka menginspirasi. Sambat yang mereka lakukan adalah gerakan penting demi masa depan banyak orang. Krisis iklim dan UU yang nggak masuk nalar akan menghantam anak dan cucumu.

Yang berbeda hanya caranya….

Greta turun ke jalan secara langsung mengusung narasi bolos sekolah demi perubahan iklim. Sementara itu, demo mahasiswa menggunakan banyak poster aksi yang lebih berwarna. Jika kamu cermati, poster aksi demo mahasiswa, mulai dari Gejayan Memanggil hingga demo besar di depan gedung DPR mengusung “ideologi Didi Kempot”.

Waspada dengan hate speech dan dianggap provokasi, demo mahasiswa memodifikasi poster aksi menggunakan ungkapan sambat yang dipopulerkan Didi Kempot. Cara kreatif yang justru mampu menyalurkan isi hati secara akurat.

Ungkapan-ungkapan “ojo mblenjani janji” (jangan ingkar janji), “rezim cidro”, patah hati, rasa rindu, ambyar, mewarnai poster-poster aksi demo mahasiswa.

tadi #GejayanMemanggil dan #MojokHadir~ pic.twitter.com/9Dw9Zm02zm

— MOJOK.co (@mojokdotco) September 23, 2019

pic.twitter.com/2GmfIINVNk

— Ismail Al Anshori (@thedufresne) September 23, 2019

https://t.co/pfFkbT3wUA

— Ismail Al Anshori (@thedufresne) September 23, 2019

Patah hati tetap aksi, rezim cidro, dan negara tidak memfasilitasi rindu #GejayanMemanggil pic.twitter.com/MDIr8rzfsp

— Penjol (@lazysvnday) September 23, 2019

Rezim cidro ~ #GejayanMemanggil pic.twitter.com/h4UlrXQ25a

— Akubaca (@akubacadotcom) September 23, 2019

Kenapa harus foto2 demo yg lucu? Krn mereka yg mau menunggangi kalian adalah jagonya Firehose of Falsehood. FoF muncul memanfaatkan ketakutan..

Lawannya Fear adalah Fun.

Tetaplah jadi dedek bandel, tetaplah lucu..#HidupMahasiswa @budimandjatmiko pic.twitter.com/damvOsqQ6Y

— hariadhi (@hariadhi01) September 24, 2019

Selain untuk menghindari hate speech, poster-poster aksi yang lucu ini juga wujud sisi “fun” sebagai lawan dari “fear”. Demo mahasiswa adalah hal yang biasa di negara demokrasi, bahkan dijamin oleh UU. Maka seyogianya, demo mahasiswa menjadi ajang penyaluran aspirasi yang menyenangkan, bukan semata unjuk kekuatan.

Idenya adalah untuk menginspirasi dan mengajak lebih banyak mahasiswa untuk turun ke jalan secara menyenangkan. Dan berhasil. Aksi yang diawali oleh Greta menulari banyak anak muda untuk berani bersuara.

Chloe Kim, snowboarder paling muda yang berhasil menjuarai olimpiade, menegaskan kalau masih ada waktu untuk berjuang menyelamatkan bumi.

‘I’m so terrified that one day, when I have a family, my kids are gonna be like, ‘Mom what’s snow?’’ — Olympic snowboarder Chloe Kim explained the importance of addressing the climate crisis and why there’s still hope in the fight to save the planet pic.twitter.com/9wZegjnPl4

— NowThis (@nowthisnews) September 24, 2019

Ribuan anak muda di New York, Amerika Serikat, turun ke jalan untuk memperjuangkan masa depan yang “lebih hijau”.

‘There’s no point of going to school unless we make a change, because there won’t be a future if we don’t do something now’ — Thousands of students took to the streets to fight for a greener future pic.twitter.com/7uFbkLjatV

— NowThis (@nowthisnews) September 24, 2019

Dilansir BBC, pertengahan Maret lalu, ada 1,6 juta siswa dari 125 negara turun ke jalan. Reuters menyebutkan, ada empat juta anak yang turut berpartisipasi berjuang demi masa depan bumi di seluruh dunia. Mereka bukan anak-anak, tetapi manusia yang peduli dengan masa depan bumi. Dan mereka bisa berpikir secara mandiri. Sebuah sengatan bagi “orang dewasa” yang hanya memikirkan profit.

“How dare you! You have stolen my dreams and my childhood with your empty words. And yet, I’m one of the lucky ones. People are suffering. People are dying. Entire ecosystems are collapsing. We are in the beginning of a mass extinction, and all you can talk about is money and fairy tales of eternal economic growth. How dare you!”

Demo mahasiswa akan selalu dianggap sebagai gerakan yang menyusahkan, bikin macet. Mahasiswa disarankan tetap di dalam kampus dan belajar dengan benar. Bayar kuliah itu mahal dan masih ditanggung orang tua. Bahkan ada yang menganggap usaha melawan UU nggak masuk nalar ini sebagai bentuk makar.

Padahal, agenda demo mahasiswa bukan menjatuhkan Jokowi, tetapi melawan UU yang bakal bikin sengsara. Termasuk bikin sengsara kamu semua yang kini mencibir dan menganggap ini gerakan makar. Makar itu sebuah kata yang mengandung beban sangat berat. Bukan sembarangan tujuan yang ingin dikejar oleh demo mahasiswa.

Demo mahasiswa akan selalu dipandang tidak murni, seperti keresahan Greta. Demo mahasiswa akan selalu dianggap menganggu, seperti kemarahan Greta. Hanya mereka yang terancam periuknya, yang merasa ini gerakan mengganggu. Mereka yang melek dengan masa depan akan memahami tujuan dari demo mahasiswa dan Greta Thunberg.

BACA JUGA Halo Buzzer Jokowi, Sori Ya, Aksi ‘Gejayan Memanggil’ Tak Sesuai Harapan Kalian atau artikel Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 September 2019 oleh

Tags: ambyarcidrodemo mahasiswaDidi KempotGretagreta thunbergiklimposter aksiUU KPKUU KUHPUU PK-S
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.
Movi

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.

2 Maret 2023
Alasan Google Doodle Tampilkan Didi Kempot 26 Februari MOJOK.CO
Hiburan

Alasan Google Doodle Tampilkan Didi Kempot 26 Februari

26 Februari 2023
Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari MOJOK.CO
Esai

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari

26 Februari 2023
Didi Kempot, Agus Mulyadi, dan Asal Mula Julukan The Godfather of Broken Heart
Bertamu Seru

Didi Kempot, Agus Mulyadi, dan Asal Mula Julukan ‘The Godfather of Broken Heart’

26 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Sindrom Kota Paris Bisa Bikin Wisatawan Delusional Bahkan Lupa Ingatan

Jadi Kpoper Itu Berat, Apalagi kalau RKUHP Disahkan

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Kemarahan Greta Thunberg dan Ideologi Didi Kempot di Demo Mahasiswa MOJOK.CO

Ideologi Didi Kempot di Demo Mahasiswa: Bersedih, Tertawa, dan Melawan Bersama

25 September 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023

Terbaru

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
rohana kudus pahlawan perempuan

Rohana Kudus: Bermula dari ‘Homeschooling’, Jadi Gemar Bikin Sekolah, Lanjut Jadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

23 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
surat pelaku mutilasi mojok.co

Isi Lengkap Surat Pelaku Mutilasi di Sleman Sebelum Tertangkap

23 Maret 2023
massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In