Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Angeline adalah Kita

Arman Dhani oleh Arman Dhani
12 Juni 2015
A A
Angeline adalah Kita

Angeline adalah Kita

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa hari lalu seorang gadis cilik bernama Angeline ditemukan membusuk di halaman rumahnya. Sebulan terakhir ia dikabarkan menghilang.

Ini tragedi, sebuah wajah muram yang semestinya tidak terjadi. Angeline menjadi korban kekerasan orang tua angkatnya sendiri. Kematian Angeline melahirkan duka. Kita mendoakannya, berharap hal serupa tidak pernah terjadi. Tapi benarkah demikian?

Jauh sebelum kematian Angeline, kita berduka hebat ketika RI, seorang bocah perempuan berusia 11 tahun, koma karena menjadi korban perkosaan secara brutal. Setelah beberapa hari berusaha memperjuangkan hidup, RI meregang nyawa. Kasusnya diusut, lantas kita tahu pembunuh dan pemerkosa bocah malang itu adalah ayahnya sendiri. Pernahkah kita belajar dari kasus RI? Nyatanya tidak, kasus RI terlupakan, korban baru berjatuhan dan kini kita menemukan tragedi baru.

Satu hal yang mengerikan dalam kasus kematian Angeline adalah bagaimana media dan masyarakat kita melabeli tragedi ini. “Aduh padahal cantik gitu,” “Angeline manis begitu kok dibunuh,” label-label cantik dan manis seolah bisa mencegah seseorang untuk melakukan kekerasan. lalu bagaimana jika Angeline adalah anak jalanan yang buruk rupa? Apakah kepedulian kita akan berkurang?

Anak-anak masih menjadi kelompok paling rentan mengalami kekerasan dan kejahatan seksual di negeri ini. Komnas Anak pada 2013 mencatat ada 3.023 pengaduan kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat 60 persen dibandingkan tahun 2012, yang hanya 1.383 kasus. Dari jumlah tersebut, 58 persennya atau 1.620 merupakan kasus kejahatan seksual terhadap anak. Jadi, jika dikalkulasi, setiap hari Komnas menerima pengaduan sekitar 275 kasus. Sudahkah kita belajar? Belum, tentu saja.

Kematian Angeline membuka borok yang demikian bacin. Kebebalan manusia satu dan yang lainnya. Kita menyalahkan ibu angkat Angeline, setelah itu menyalahkan ibu kandungnya. Ibu kandungnya dihujat, dihina, seolah ia sama bertanggung jawabnya dengan si pembunuh. Adakah ibu waras yang menyerahkan anaknya dirawat orang lain jika tidak sedang dalam keterpaksaan? Kapan kita bisa menyalahkan diri sendiri yang tidak melakukan apapun ketika gejala kekerasan itu tengah dan sedang terjadi?

Ketika kekerasan domestik terjadi, banyak orang cenderung diam. Bukan urusan kita, itu urusan rumah tangga orang lain. Lantas ketika korban telah jatuh, seseorang telah meninggal, maka kita menyesal, lantas berkata “Ah sudah kuduga!”. Dugaan tidak menyelamatkan seseorang dari kematian. Tindakan yang bisa melakukan itu.

Kita lantas mulai berduka, menyatakan solidaritas, berdoa, peduli tapi kemudian berhenti. Tragedi selalu menemukan tragedi lain sehingga ia berhenti menjadi penting.

Anda punya pilihan melaporkan kekerasan dalam rumah tangga orang lain, ini bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi kadang pilihan ini terlalu berat, bukan? Kita akan dianggap rempong, kepo, sok peduli urusan orang, hingga segalanya terlambat—seseorang meninggal dan kita hanya bisa mengutuk.

Siklus ini berulang dan berulang dan berulang sampai kita kemudian percaya bahwa kekerasan itu adalah hal yang wajar, bukan sesuatu yang perlu dicegah dan dilawan.

Pada 2014, Komnas Anak menyatakan bahwa tahun itu adalah tahun darurat kekerasan Anak. Dari tahun 2014, laporan soal kekerasan anak yang masuk dari Januari-September mencapai 2.726 kasus. Tapi apakah ini penting? Maksud saya, ini hanya statistik, sama dengan jumlah 2.856 anak pengungsi korban bencana Alam Sinabung, atau 69 anak pengungsi Syiah Sampang. Yang pertama adalah bagian dari statistik besar bernama bencana, kedua sisanya adalah korban kekerasan terhadap keyakinan.

Kita bersedih Angeline terbunuh karena kekerasan, tapi bisakah kita peduli kepada anak-anak yang lain?

Oh saya tidak sedang mengajak Anda untuk memperbandingkan tragedi. Masing-masing tragedi punya lukanya sendiri. Saya hanya ingin Anda mengerti bahwa, apa yang dialami Angeline bisa terjadi pula pada banyak anak lainnya. Ini tentu tidak adil, tidak apple to apple, tapi saya tidak sedang ingin adil. Saya sedang tidak ingin jadi dewasa. Dewasa terlalu melelahkan, kita diminta kompromi pada banyak hal yang lantas membuat kepedulian kita terbatasi pada hal-hal yang pragmatis.

Saya ingin peduli pada Angeline seperti saya peduli kepada anak-anak di Sinabung dan anak pengungsi Syiah Sampang.

Iklan

Kekerasan tentu saja memiliki banyak rupa, tapi pernahkah Anda mengalami teror mental dan verbal? Dikatakan anak seorang kafir, dilempari batu, diludahi, diancam dibunuh karena darahnya halal?  Segala teror ini barangkali pernah dirasakan pada usia yang demikian muda oleh anak-anak pengungsi Syiah Sampang atau bahkan pengungsi Ahmadiyah Lombok. Anda boleh tidak percaya saya dan untuk itu saya menyarankan Anda untuk turun langsung menemui anak-anak itu.

Angeline telah berpulang, saya hanya bisa berdoa dan berharap akan ada keadilan baginya. Tapi anak-anak yang lain masih hidup. Semoga kita punya tenaga untuk melindungi mereka. Semoga kematian Angeline tidak sekadar tragedi di atas statistik.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: AngelineKekerasanRIP Angeline
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
KDRT di aceh.MOJOK.CO
Ragam

Beratnya Perempuan Muda Aceh Jadi Saksi KDRT di Rumahnya Sendiri

20 Agustus 2024
kdrt mojok.co
Hukum

Jogja Darurat KDRT, Ironisnya Hanya Sedikit yang Diproses Hukum

7 Oktober 2022
penusukan mahasiswa di seturan jogja mojok.co
Kilas

Pembunuh Dua Mahasiswa di Seturan Ditangkap, Polisi: Tak Ada Unsur Kesukuan

10 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.