Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

12 Hari Tinggal di Perkebunan Kalijompo Jember, Belajar Menjadi Manusia yang Selalu Bersyukur dan Merasa Cukup meski Keterbatasan Ada di Depan Mata

Khoirul Atfifudin oleh Khoirul Atfifudin
29 September 2025
A A
12 Hari Belajar Bahagia di Perkebunan Kalijompo Jember MOJOK.CO

Ilustrasi 12 Hari Belajar Bahagia di Perkebunan Kalijompo Jember. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tinggal di Perkebunan Kalijompo Jember

Selama residensi, saya bersama seniman dan tim Sudut Kalisat, tinggal di dekat lapangan SD Klungkung 2. Kira-kira ada 24 rumah yang ada di pemukiman ini. Adalah Pak Samsul, salah satu pekerja, yang menyediakan rumahnya menjadi tempat tinggal selama residensi.

Saya mendengar kalau permukiman tempat kami tinggal terbilang baru. Permukiman ini berdiri selepas banjir bandang yang menimpa Jember awal 2006. Untuk permukiman yang lebih lama umumnya berada di area pabrik. Bahkan ada juga kongsi yang sudah kosong. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama “pulo”. 

Selain pulo, di sekitar kami tinggal, ada cukup banyak rumah yang kosong. Umumnya, para pekerja ini meninggalkan Perkebunan Kalijompo Jember karena sudah pensiun atau pulang kampung.. 

Dinamika yang terjadi selama tinggal di area perkebunan

Perkebunan Kalijompo Jember adalah wilayah pedalaman atau pelosok. Kamu boleh menggunakan istilah mana saja.

Oleh sebab itu, dinamika yang kali pertama saya temukan adalah susah sinyal. Mau pakai provider mana saja, tetap susah. Sinyal ada hanya di titik-titik tertentu saja.

Pihak perkampungan mencoba mengatasi kesulitan ini dengan memasang WiFi. Namun, ya maklum, kalau sangat lemot. Untuk internet, tarifnya Rp100 ribu per bulan. Yah, bagi saya dan teman-teman residensi, soal internet masih bisa kami atasi.

Masalah yang rada bikin pusing adalah soal listrik. Ketahuilah, untuk 24 rumah, listrik hanya tersedia sekitar 900 watt. Jadi, sangat sering terjadi mati listrik ketika warga mulai menggunakan perangkat secara hampir bersamaan.

Saya cukup sering mengalami mati listrik. Dan repotnya, gardu untuk menyalakan listrik berjarak 2 kilometer dari Perkebunan Kalijompo Jember.

Lain cerita untuk kongsi yang berada di dekat pabrik. Di sana, masyarakat masih menggunakan panel surya dan kincir air. Belum ada PLN. Jadi, di sana, pagi-sore menggunakan panel surya, lalu malamnya menggunakan kincir air untuk menghidupkan listrik. 

Tidak pernah kekurangan air

Jika listrik dan sinyal mungkin menjadi kendala, lain cerita soal akses air. Di Perkebunan Kalijompo Jember, air terbilang sangat mudah. Bahkan saya menyaksikan sendiri bagaimana air terus mengalir di masing-masing rumah. Tanpa diberi kran lazimnya rumah-rumah era sekarang 

Mereka bisa mendapat akses air karena berasal dari sumbernya langsung. Paling masalah yang dihadapi ketika air mati adalah pipa yang bocor karena akar pohon yang masuk ke dalam pipa atau “dirusak” oleh babi hutan. Tapi biasanya warga langsung bergerak cepat memperbaiki ketika hal itu terjadi.

Yang menarik bagi saya adalah tidak ada kamar mandi atau toilet pribadi di tiap kongsi di Perkebunan Kalijompo Jember. Kamar mandi tetap ada, tapi jumlahnya cuma 4 utnuk 24 rumah. Lokasinya ada di setiap ujung kongsi. Di permukiman yang dekat dengan area pabrik pun juga begitu.

Menurut kabar yang saya dapat, kamar mandi/toilet ini terbilang baru, dibangun kira-kira 3 tahun yang lalu. Sebelumnya, masyarakat melakukan MCK dengan memanfaatkan sungai. 

Tapi, berhubung sungai sudah dipakai untuk keperluan wisata, pengelola mulai membangun kamar mandi di setiap sudut kongsi supaya tidak “mengganggu” pariwisata. 

Iklan

Budaya di Perkebunan Kalijompo Jember

Di wilayah Perkebunan Kalijompo Jember, masyarakat mengkeramatkan satu makam, yaitu tempat peristirahatan terakhir Lorajun. Menurut penuturan warga, Lorajun adalah sosok yang “babat alas” Kalijompo. Beliau juga orang kepercayaan orang yang membangun perkebunan. 

Di setiap kalender Jawa, tepatnya malam Jumat Legi, masyarakat berduyun-duyun untuk doa bersama di area pemakaman ini. Kabarnya, sebelum pandemi, ritual di makam Lorajun terbilang cukup mewah. Mulai dari mulai memberikan kepala sapi, mengundang wayang kulit, dan sebagainya. 

Tapi kini acaranya hanya sebatas doa bersama dan bancakan saja. Bahkan kalau ada orang yang mau belajar di sini juga dianjurkan untuk ziarah ke makam Lorajun. Tentu saja kami yang residensi menyempatkan ziarah. Sebagai bagian dari doa agar selama tinggal di sini tidak ada hambatan. 

Selain prosesi tradisi di makam Lorajun yang sudah berubah, ada juga tradisi lain yang hilang di wilayah Perkebunan Kalijompo Jember. Namanya adalah tradisi nyunteng. Biasanya, sehabis panen kopi, masyarakat melakukan tradisi ini. Tapi, semenjak pandemi sampai sekarang, tradisi itu juga sudah hilang. 

Pabrik yang tidak pernah direnovasi sejak masa kolonial Belanda

Perkebunan Kalijompo Jember sudah eksis sejak abad 19, kira-kira 1884. Adalah Belanda yang membangun perkebunan ini dibangun. Selain mendirikan perkebunan dan membangun peradaban di sini, Belanda juga turut membangun pabrik. Konon, pabrik itu belum pernah direnovasi sejak awal berdiri. 

Di sini, masyarakat melakukan aktivitasnya berupa menyortir kopi, menyimpan-menjemur cengkeh, dan menyetorkan hasil sadap pohon karet. Jumlah pekerja yang ada di sini terus berubah-ubah. Pernah “hanya” 200 orang dari sebelumnya 400. Pemangkasan itu terjadi karena banyak pekerja yang pensiun dan juga tata kelola pabrik sendiri. 

Umur para pekerja di sini bervariasi. Tapi saya melihat mereka tampak lebih muda ketimbang umur aslinya. Misal, saya tanya ke salah seorang pekerja laki-laki yang tampaknya berusia 50 tahun. Begitu saya tanya soal usia, orang itu menjawab sudah berusia 60 tahun lebih. 

Saya menduga mereka bisa tetap berumur panjang dan  tetap terlihat muda lantaran melakukan aktivitas yang selalu bergerak. Dari mulai menyadap karet (proses mengumpulkan getah karet dari pohonnya), panen cengkeh dan kopi. Semuanya butuh gerak. 

Bahagia di perkebunan

Selama 12 hari residensi di Perkebunan Kalijompo Jember, saya merasa senang. Warganya murah senyum, ramah, dan baik hati. 

Bahkan, setiap mampir, warga selalu menyeduh kopi dan membuat masakan untuk saya dan teman-teman. Mereka mengambil bahan masakan dari kebun sendiri, misalnya daun kelor, labu, dan sayuran lainnya. Dan setiap mampir itu, warga selalu meminta kami untuk menginap.

Suatu ketika saya pernah bertanya, apakah warga sering pergi ke kota. Mereka menjawab “tidak” dan lebih sering menghabiskan waktunya di area perkebunan. Mereka merasa “cukup” serta bahagia.

Kata “bahagia” itu saya rasa bisa menjawab banyak hal. Terkadang, hidup ini jadi terasa begitu berat karena kita merasa tidak pernah cukup. Warga Perkebunan Kalijompo Jember mengajari saya untuk bersyukur dan menikmati segala anugerah dari Yang Maha Kuasa. Selama 12 hari, saya bukan residendi, tapi belajar kehidupan.

Terima kasih warga Perkebunan Kalijompo Jember. Tabik.

Penulis: Khoirul Atfifudin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Terima Kasih Jember, Saya Jadi Semakin “Kaya” sebagai Manusia dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 29 September 2025 oleh

Tags: Dusun Gendir JemberJawa TimurJemberKecamatan SukorambiPerkebunan KalijompoPerkebunan Kalijompo JemberSudut Kalisat
Khoirul Atfifudin

Khoirul Atfifudin

Penyuka musik dan tertarik menulis.

Artikel Terkait

KA Logawa Jogja Jember Tiket Mahal, Bikin Menyesal MOJOK.CO
Otomojok

Penyesalan Saya Menggunakan KA Logawa Ekonomi dari Jogja ke Jember: Sudah Harga Tiketnya Mahal, Badan Remuk Sakit Semua

16 September 2025
Jember Langka BBM, Warga Menderita, Bupati: Biasa Saja MOJOK.CO
Esai

Ojol Menolak Penumpang, Warga Tidur di SPBU ketika Kelangkaan BBM Terjadi di Jember tapi Bupati Menganggap Masalah Ini “Biasa Saja”

29 Juli 2025
Sound horeg di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. MOJOK.CO
Ragam

Sound Horeg bikin Kaca Jendela Rumah Pecah, Langsung Labrak Tetangga dengan Cara Elegan

23 Juli 2025
Hati nelangsa lihat ibu dan adik perempuan joget erotis di karnaval sound horeg di Jawa Timur MOJOK.CO
Ragam

Karnaval Sound Horeg Ubah Ibu dan Anak Perempuan: Rela Menor dan Joget Erotis demi Jadi Sorotan, Ditegur Tak Mempan

22 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.