#5 Untuk yang muak dengan pendatang Jabodetabek
Selain warga lokal, kebanyakan mahasiswa di Purwokerto adalah warga Jabodetabek. Mereka (warga Jabodetabek) memilih untuk migrasi ke ibu kota Banyumas ini sebagai tujuan studi lantaran “dianggap” sebagai kota yang memiliki biaya hidup terjangkau.
Hampir di semua kelas dan di semua jurusan kampus Purwokerto ada warga Jabodetabek-nya. Beberapa perkampungan juga sudah didominasi oleh mereka. Ini membuat warga lokal mulai tidak betah.
Bayangkan saja, baru keluar berapa meter dari kos sudah ada logat “elu gue”. Sebenarnya, ini Purwokerto apa Jakarta, sih? Jika kuping ngapak kalian sumpek dengan bunyi-bunyi tersebut, mungkin, sudah saatnya kalian pindah.
#6 Buat yang ingin punya rumah murah di Purwokerto
Kabupaten ini mulai menjadi lirikan para investor. Rumah murah di Purwokerto sudah menjelma bintang di langit. Kenapa? Semakin sulit digapai. Kalau mau rumah terjangkau, cari saja di kabupaten lain di sekitarnya. Soalnya, Purwokerto kian gencar menjadi daerah jajahan para investor properti untuk menanam modal.
Jika boleh, untuk menggambarkan harga rumah dan tanah di Purwokerto, saya mau menyadur ungkapan Buzz Lightyear: “Menuju tak terbatas dan (tidak pernah bisa) melampauinya!”
#7 Buat kalian yang mengira Purwokerto sebagai kota yang sejuk
Purwokerto bukan Baturraden. Jaraknya jauh. Jika kalian mengira Baturraden bagian dari Purwokerto, itu pertanda kalian harus segera memeriksakan mata ke optik terdekat.
Dua wilayah ini memiliki jarak yang jauh dan Purwokerto nggak sejuk-sejuk amat. Coba saja kalian datang ke Jalan Bung Karno di siang hari. Di sana, kalian bisa memasak telur dadar tanpa wajan dan penggorengan. Lah wong kalau siang panas banget! Apalagi nggak ada pohon rindang yang ditanam di area tersebut.
#8 Buat yang benci cewek berlogat ngapak
Entah mitos atau bukan, banyak yang bilang jika wanita secantik apapun akan pudar jika berbahasa ngapak. Itulah yang dituturkan mayoritas kawan saya dari wilayah non- ngapak.
Ya mau bagaimana lagi, ngapak sudah menjadi identitas yang melekat bagi kami. Kalau karena masalah logat saja, maka benar kata Osho jika cinta kalian masih berada di dimensi kebinatangan. Kalau kalian merasa cewek dengan logat ngapak itu bikin ilfeel, maka segeralah pergi!
#9 Untuk Anda yang mau mengadu nasib
Purwokerto bukan orang tua yang bisa memberikan petuah bijak. Bukan juga bank yang bisa memberikan dana pinjaman. Mengadu nasib ke kota ini sama halnya kalian merencanakan bisnis puluhan miliar dengan kawan kalian yang hanya memiliki saldo 50.000 ribu di rekeningnya.
UMR kota ini hanyalah hamparan pasir di padang samudra. Kecil banget! Uang tabungan yang tak kunjung terkumpul bisa menjadi alasan logis kalian untuk berkemas dan minggat.
#10 Bagi kalian yang merasa tersesat dan ditipu
Setelah tinggal di Purwokerto selama beberapa tahun, banyak teman saya yang merasa ditipu. Ternyata, Kota Satria tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Realita mematahkan semua angan indah mengenai ibu kota Banyumas tersebut. Malah, mereka (baca: para perantau) merasa tersesat dan ingin segera pulang ke daerah asalnya. Ini adalah pilihan yang tepat. Saya acungkan 2 jempol!
Bagaimana, ada yang sudah merasa terusik dan tercubit hatinya? Masih tetap mau tinggal di Purwokerto? Atau, sudah pesan tiket buat kembali ke kampung halaman? Tentukan pilihanmu. Sekarang juga!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Purwokerto Itu Bukan Kota dan Bukan pula Kecamatan, tapi Sebuah Daerah yang Terbuat dari Tumpukan Salah Paham dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.