Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Hikayat Kiai Faizi dan Bukti Hebatnya Silaturahim

Edi AH Iyubenu oleh Edi AH Iyubenu
23 November 2017
0
A A
kiai-faizi-mojok

kiai-faizi-mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Setelah Hikayat Sayuri, reviewer Otomojok ini mengangkat tokoh baru yang masih orang Madura juga: Kiai Faizi.”

Ke mana-mana selalu sarungan dan pecisan. Bahkan ke Jerman dan Singapura. Penyair, esais, dan paling pokok adalah seorang kiai. Itulah Kiai Faizi, yang dulunya menggunakan tambahan nama “L Kaelan”. Itu sama sekali bukan nama keren apalagi sakral. Dalam bahasa Madura “L Kaelan” (baca: elkaelan) artinya ngunyah-ngunyah. Iya, ngemilan. Kiai macam apa coba yang kerjaannya bukannya zikiran, malah ngemil mulu?

Semenjak ditinggal ayahandanya, otomatis pesantren di pelosok barat Sumenep itu berada di pangkuannya. Di sarungnya. Kiai tradisional di Madura kegiatannya bukan hanya ngajar dan mimpin salat, tapi juga mimpin tahlilan, ijab kabul, yasinan, hingga mencarikan jodoh dan mendamaikan keributan rumah tangga orang. Untuk urusan sosial ini, jelas modal sosial yang bersumber dari silaturahim sangatlah mutlak diperlukan.

Kiai Faizi sudah sedemikian fasihnya untuk babakan silaturrahim ini, bahkan jauh saat masih kuliah di IAIN (kini UIN) Jogja. Bersarang di kos Rumah Hantu, di masa 1995—2000 itu, kos beliau jadi “mabes” begitu banyak orang. Bukan hanya mahasiswa Madura macam saya, tapi semua etnis dan aliran. Dari aliran Al-Jami’ah yang relijiyes hingga Kemped yang demoan dan para musisi yang beragam rupa.

Tentu saja namanya anak kos, perkara nonton bokep menjadi salah satu kisahnya.

Begini jelasnya.

Setahu saya sejak kumpul sama beliau dari 1995, tak sekali pun saya mendengar apalagi melihat beliau nonton bokep. Tapi, ada testimoni Kiai Faizi perihal kegiatan nonton bokep ini yang rasanya patut dinobatkan sebagai “falsafah nasional”, yakni: “Jika di depan kamar kos banyak sendal tetapi tidak ada suara apa pun, itu tandanya di dalam kamar sedang nonton bokep. Dan jika ada siapa pun yang dengan alasan pipis atau lapar keluar kamar di tengah kegiatan nonton bokep, niscaya ia ngeloco.”

Sahih sekali, bukan?

Sebagai anak kiai besar (gus, lora), beliau tak memperlihatkan sedikit pun “kesan angker” itu. Selalu bersahaja. Apa adanya. Bahkan, sebutlah lugu. Tak perlu saya gunjingkan tentang keahliannya dalam jagat spiritualitas, toh itu sudah niscaya. Jadi, simak saja kisah tentang “keganjilannya” dalam hal-hal yang tak ada hubungannya dengan semesta kekiaian.

Ia punya mobil andalan. Namanya Titos Du Polo. Bingung ya ini jenis mobil apaan? Kata Kiai Faizi, mobil besutan Mitsubishi yang sudah tak dicetak lagi ini adalah produk yang membuat Mitsubishi menyesal seumur hidup karena pernah memproduksinya. Kenapa? Karena bandelnya masyaallah, ndak rusak-rusak. Kalaupun ada gangguan, cara menanganinya sangat sederhana. Timing belt putus di tengah jalan, bisa diganti robekan kaos singlet. Oli bocor di tengah jalan, bisa diganti minyak goreng campur air.

Ya, itulah Colt T120! Uniknya, T120 Kiai Faizi dipasangi toa di bawah bemper, terhubung dengan speaker pas di bagian sopir. Jika sedang melaju dan ada orang yang dikenalnya, ia akan menguluk salam kepada orang tersebut dari dalam mobil: “Assalamualaikum, Nidin….” Nidin pun sudah hafal, spontan nyahut dari tepi jalan: “Waalaikum salam, Kiai….”

Suatu hari ia melintas di antara cegatan sumbangan amal pembangunan masjid. Speaker pencegat berkoar: “Pelan-pelan, mari sumbangannya, dilempar saja…..”

Dari balik kemudi Kiai Faizi menimpali. Suaranya melantang dari toa: “Kosongan….”

Kata speaker pencegat amal: “Oh, amal juga….”

Selain perihal mobil antiknya yang kabarnya pernah ditawari untuk barter sama Alkampret dan ditolaknya, beliau sangat juara dalam hal perbisan. Ya, bis! Tepatnya, Bismania. Beliau inilah tokoh Bismania sekaligus kiainya.

Banyak kru bis yang sowan kepadanya saat mendapatkan unit baru dari perusahaannya. Suatu malam, pukul dua dini hari, sebuah bis baru dari Kudus dengan trayek Sumenep—Jakarta parkir melintang di depan pondoknya. Turunlah dua orang saja dari pintu bis itu. Iya, satu bis memuat dua orang. Sopir dan keneknya. Keduanya sowan minta doa kiai Faizi agar bis barunya diberi keberkahan.

Suatu hari lain saat masih kuliah di IAIN, kala mudik berjamaah, beliau berhasil mendatangkan bis ke kompleks IAIN untuk mengangkuti anak-anak Madura mudik bareng. Itu satu-satunya kejadian bis umum masuk kampus IAIN. Bis penuh dan melaju. Sejam dua jam, mulai banyak teman yang tertidur. Kiai Faizi lalu membangunkan kawan-kawan yang tidur. Katanya,

“Jangan tidur, bayar bis mahal-mahal kok tidur, emannn….”

Kali lain beliau yang sangat nyah-nyoh diminta bantuan seorang teman mengantar ke terminal. Dengan motor Astrea Star, berangkatlah mereka pukul 19.00. Tapi, sampai besoknya beliau tak balik-balik ke rumah. Semua orang bingung. Dua hari kemudian dia nongol. Katanya dengan datar,

“Kemarin pas nganter ke terminal itu aku ikut naik, bayar ke Solo. Pengin aja naik bis. Sampe Solo, masih pengin, ya tambah sampe Jombang. Pengin lagi, ya sudah sampe Surabaya, ehhh keterusan sampe Madura.”

Di kisah lain, ia “terbawa” malah sampai ke Singapura.

“Pak Kiai, ayolah ke Singapura ya,” kata seorang kawan fesbuknya suatu hari.

“Lho, ngapain? Saya nggak punya uang lho….”

Semua tiket disiapkan oleh orang asing itu. Urusannya apa, tak diberi tahu. Berangkatlah Kiai Faizi ke Singapura. Ternyata diminta memimpin tahlilan. Kata pengundang, “Kangen tahlilan Pak Kiai, di sini ndak ada…..”

Hikayat kejunilan dan kenyelenehan Kiai Faizi jelas masih berjibun. Termasuk ihwal musik yang amat dikuasainya dengan luar biasa.

Di atas itu semua, sebagai kiai tradisional, beliau memang memiliki modal sosial berbasis silaturahim itu dengan sangat menakjubkan sejak dulu kala. Makanya, simpel saja baginya kini bila dengan uang 30 ribu saja beliau bisa nyampe Jogja dari Madura. Banyak teman dan orang asing bahkan yang rela hati menyediakan apa pun yang tak pernah dipintanya.

“Aku mau ke Klaten, ketemu teman,” katanya di rumah saya di Jogja suatu hari.

“Oh, pake saja mobilku, nganggur kok….”

Ia pun naik ke mobil yang saya sediakan, “Eh, ini jarum bensinnya mati ya?”

“Ah, nggaklah.”

“Ini di bawah lho….”

Saya ngakak. Lalu menyerahkan sejumlah uang. “Ini beliin bensinnya.” Mobil dinyalakan, ia telepon Bang Hendrik.

“Bang, masih jualan lontong Medan ya?”

“Masihlah. Kau di mana? Jogja?”

“Iya, Bang.”

“Sinilah, main….”

“Siap, Bang.”

Gratislah itu urusan mobil dan makan siang. Di Klaten, ia disuguhi makan besar, dan masih dibawain sekarung telo, kelapa, dan sayur-mayur.

Belakangan ini, dari Madura, beliau lagi rajin banget nulis esai. Rajin pake banget! Di fesbuknya, saya bilang: “Kurangi makan krotonya, Kiai, kok nulisnya kenceng banget….”

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: gusiainkiaim faiziMaduraPesantrensilaturahimsilaturahmiuin jogja
Iklan
Edi AH Iyubenu

Edi AH Iyubenu

Yang punya Kafe Basabasi.

Artikel Terkait

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Kelam & Bikin Malu MOJOK.CO
Esai

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Mulai dari Pelecehan Seksual Sesama Jenis, Senioritas, Kekerasan, Hingga Senior Memaksa Junior Jadi Kriminal

9 September 2025
Jembatan Suramadu penyambung Surabaya dan Madura berguna bagi mahasiswa UTM. MOJOK.CO
Kampus

Jembatan Suramadu Menyelamatkan Orang Surabaya yang Kuliah di UTM, meski Harus Bergelut dengan Kejahatan Setiap Saat

15 Agustus 2025
5 Amalan Baik Warung Madura ke Pembeli yang Membuat Penjualnya Layak Masuk Surga  Mojok.co
Pojokan

5 Amalan Baik Warung Madura ke Pembeli yang Membuat Penjualnya Layak Masuk Surga 

13 Agustus 2025
5 Barang Paling Murah yang Bisa Ditemukan di Warung Madura, Zaman Segini Masih Ada yang Dijual Seharga Rp500 Perak Mojok.co
Pojokan

5 Barang Paling Murah yang Bisa Ditemukan di Warung Madura, Zaman Segini Masih Ada yang Dijual Seharga Rp500 Perak

3 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Budaya Korupsi di Indonesia Mengakar karena Warga “Belajar” dari Pemerintahnya

16 September 2025
5 Barang Indomaret yang Berpotensi Dicolong Pelanggan Nggak Tahu Diri Mojok.co

5 Barang Indomaret yang Rawan Dicolong Pelanggan Nggak Tahu Diri

17 September 2025
Surat Pernyataan MBG di Brebes Bikin Kesan Pemerintah Ngejalanin Program kayak Tukang Parkir Liar

Surat Pernyataan MBG di Brebes Bikin Kesan Pemerintah Ngejalanin Program kayak Tukang Parkir Liar

17 September 2025
Rana Budaya Mojok.co

Rana Budaya: Merekam Jejak dan Merawat Ingatan Lewat Lensa

16 September 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.