Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Panduan Agar Milenial Bisa Berkontribusi kepada Bangsa dan Negara Seperti Bu Megawati

Arman Dhani oleh Arman Dhani
30 Oktober 2020
A A
Panduan Agar Milenial Bisa Berkontribusi kepada Bangsa dan Negara Seperti Bu Megawati MOJOK.CO

Panduan Agar Milenial Bisa Berkontribusi kepada Bangsa dan Negara Seperti Bu Megawati MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Outsourcing yang lahir dari UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan itu lahir di zaman Bu Megawati. Sementara Omnibus Law lahir dari rekomendasi petugas partainya Bu Mega.

Ibu Megawati Sukarnoputri, putri Presiden Sukarno, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, satu-satu orang di kolong langit yang boleh menyebut Presiden Joko Widodo sebagai petugas partai, sedang gundah. Melihat protes panjang Omnibus Law yang berbuntut pembakaran halte Transjakarta, dia merasa generasi muda hari ini sudah kebablasan.

Ia menganggap penangkapan demonstran yang dilakukan oleh aparat sudah benar. “Masya Allah susah-susah bikin halte Transjakarta enak saja di bakar, emangnya duit lo! Ditangkap nggak mau, gimana ya. Saya sih pikir lucu banget nih Republik Indonesia sekarang,” katanya.

Bu Megawati lantas menyebut bahwa generasi muda Indonesia, wabil khusus kelompok milenial ini cuma bisa protes tapi tak punya sumbangan nyata. “Anak muda kita, aduh saya bilang sama Presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita generasi milenial. Saya mau tanya, hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial. Apa sumbangsih kalian kepada bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja,” katanya.

Mau mendebat ini kok ya susah bener. Misal nih, saya mau bilang, apa hak Bu Mega ngatain milenial?

“Emang bapakmu yang bangun ini negara?” Ha, kok ya memang. Kicep. Ngga bisa dibantah.

Untuk itu saya mengumpulkan keberanian, sungguh karena menulis soal Bu Mega ini ngeri-ngeri sedap. Salah sedikit bisa bernasib seperti Dandhy Laksono yang dilaporkan Dewan Pengurus Daerah Relawan Perjuangan Demokrasi (DPD Repdem). Ingat ya, bukan Bu Megawati yang minta dilaporkan, tapi sebagai kader yang mencintai pimpinan partai, mereka ya berhak sakit hati.

Untuk itu sebagai pemuda yang milenial bukan gen x bukan, kita perlu belajar untuk meneladani jasa Bu Mega bagi bangsa ini. Bukan apa-apa, ya memang milenial di Indonesia ini kan cuma bisa protes.

Mana ada milenial Indonesia yang berinisiatif untuk melakukan distribusi kemakmuran untuk membantu kelas pekerja terdampak Covid-19 seperti bagirata.id? Atau emang ada milenial di Indonesia yang mendorong kemandirian komunitas adat sembari membendung trafficking dan merawat tanaman lokal seperti Lakoat Kujawas? Kan ngga ada.

Milenial Indonesia ya harus belajar pada Bu Megawati soal perdamaian dan keberagaman. Jangan lupa, pada 30 Juli 1999, di hadapan para ulama dan rakyat Aceh di Serambi Mekah, Bu Mega berpidato dan untuk mendapatkan dukungan rakyat. “Untuk rakyat Aceh, percayalah, Cut Nyak tak akan membiarkan setetes pun darah tumpah di Tanah Rencong,” katanya. Dan ini dibuktikan beliau pada 19 Mei 2003 melalui Keppres No. 28 Tahun 2003, secara resmi, Darurat Militer diberlakukan di Aceh. Apa dampaknya? Aduh dicari sendiri ya, milenial jangan manja, demikian kata Bu Mega.

Hal lain yang bisa dipelajari milenial adalah kemampuan manajemen utang. Misalnya dalam hal privatisasi BUMN yang kontroversial. Saat Bu Mega berkuasa, Indosat, salah satu BUMN Indonesia, dijual dengan alasan untuk membayar utang negara.

Indosat dijual seharga Rp4,6 triliun kepada Temasek Holding Company, BUMN Singapura. Lima tahun kemudian, Temasek menjual saham Indosat kepada Qatar Telecom dengan harga mencapai tiga kali lipat. Coba betapa jeniusnya bu Mega, kita jual BUMN senilai 4,6 triliun, eh perusahaan Singapura jual tiga kali lipat. Bu Mega demikian visioner hingga bisa bantuin perusahaan asing untung!

Milenial juga bisa belajar kepada bu Mega soal membuka lapangan pekerjaan. Bu Mega dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam lahirnya outsourcing. Kebijakan ini lahir lewat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-undang itu sebenarnya sudah jelas mengatur keberadaan perusahaan penyedia tenaga kerja. Penyedia tenaga kerja yang berbentuk badan hukum wajib memenuhi hak-hak pekerja, meski pada praktiknya kerap disalahgunakan. Nah sekarang, jika kamu milenial, bekerja sebagai karyawan kontrak, hakmu berkurang karena berstatus outsource, kamu harus berterima kasih pada Bu Mega. Udah bagus dapat kerjaan, lha daripada nganggur?

Iklan

Bagi saya pribadi, hal yang mengagumkan dari Bu Megawati adalah kemandirian dalam berpolitik. Dia bisa jadi politisi sukses dan berpengaruh jelas karena kerja kerasnya. Beliau adalah sosok yang berusaha dari bawah. Mana pernah Bu Mega membawa-bawa nama besar ayahnya Bung Karno dalam politik? Mana pernah Bu Mega mempromosikan diri dengan foto Bung Karno di belakangnya.

Bu Mega tak pernah menjual nama proklamator bangsa, semua yang dicapai hari ini karena visi dan kerja kerasnya. Ini mengapa sebagai milenial, kita jangan sampai dompleng nama besar orang tua, misalnya nanti kita hendak jadi caleg dan bercita-cita jadi ketua DPR atau Walikota, jangan jual nama orang tua, apalagi kakek sendiri. Malu sama Bu Mega.

Kedermawanan juga menjadi ciri agar seseorang bisa sukses. Ini dilakukan Bu Megawati melalui Surat Keterangan Lunas para peserta BLBI. Jadi saat krisis ekonomi zaman Pak Harto, bank di Indonesia pada babak belur, pemerintah memberikan pinjaman untuk pencairan uang senilai Rp144,53 triliun.

Sayangnya, niat baik Bu Mega ini malah disia-siakan, sudah dibantu skema pembayaran utang, eh kok ya malah kepercayaannya dikhianati. Jika kalian milenial ingin tahu apa itu skandal BLBI, Surat Keterangan Lunas, dan KPK, coba ikuti kasus Sjamsul Nursalim.

Sebagai penutup saya hanya ingin mengingatkan bahwa outsourcing yang lahir dari UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan itu lahir di zaman Bu Mega. Sementara Omnibus Law lahir dari rekomendasi petugas partai yang didirikan Bu Mega.

Jika ada hal yang bisa dipelajari dari beliau, mungkin sebagai pimpinan partai yang membela wong cilik, Bu Mega konsisten untuk membahagiakan kelas pekerja. Jadi saya mohon untuk tidak menghina beliau, apalagi mencaci maki. Bukan karena rasa hormat, tapi karena ITE. Jaga diri ya, sehat selalu.

BACA JUGA Megawati Diusulkan Jadi Pahlawan Demokrasi Merupakan Satire Paling Cadas Abad Ini dan tulisan-tulisan lainnya dari Arman Dhani.

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2021 oleh

Tags: BLBIBu MegajokowiMegawatimilenialomnibus lawpdip
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Ilustrasi Toko Sepatu Bata - MOJOK.CO
Aktual

Selamat Tinggal Sepatu Bata, Terima Kasih Sudah bikin “Milenial Jelata” Seperti Kami Bisa Merasakan Punya Barang Mewah di Sekolah

10 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.