Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Terima Kasih Kemenkes Udah Kasih Penghargaan ke Achmad Yurianto Selaku Jubir Penanganan Corona

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
15 Mei 2020
A A
Terima Kasih Kemenkes Udah Kasih Penghargaan ke Achmad Yurianto Selaku Jubir Penanganan Corona

Terima Kasih Kemenkes Udah Kasih Penghargaan ke Achmad Yurianto Selaku Jubir Penanganan Corona

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada tiga prestasi penting yang mungkin jadi pertimbangan Kemenkes memberi penghargaan ke dr. Achmad Yurianto selaku jubir penanganan COVID-19.

Selamat untuk dr. Achmad Yurianto atas penghargaan yang diterimanya dari Kementerian Kesehatan. Sebuah prestasi yang membanggakan di tengah-tengah situasi kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan belakangan ini.

https://www.facebook.com/KementerianKesehatanRI/photos/rpp.662119780484792/3402115156485227/?type=3&theater

Nggak terasa, sejak blio menjabat sebagai humas Penanganan COVID-19 ada banyak sekali kemajuan yang bisa kita lihat. Hal yang barangkali tidak akan tercapai kalau bukan Pak Yuri yang jadi humasnya.

Inisiatif Kementerian Kesehatan yang mengadakan selebrasi penghargaan ini juga tak bisa dibilang buru-buru, mengingat tahun 2020 baru sampai setengah perjalanan tapi udah berani klaim “PR Person of The Year 2020”.

Kamu-kamu sebagai rakyat jelata tak perlu protes. Kan bisa aja itungan kalender tahunannya Kementerian Kesehatan itu pakai penanggalan Qomariyah dan patokannya sama Ramadan-Syawal. Bukan patokan masehi kayak negara-negara wahyudi.

Selain itu, penghargaan ini juga beneran layak diberikan karena prestasi-prestasi Pak Achmad Yurianto selama ini. Setidaknya ada tiga prestasi penting yang mungkin jadi pertimbangan utama Kemenkes memberi penghargaan.

Pertama, jumlah positif COVID-19 yang semakin bertambah dari hari ke hari menunjukkan betapa negara sangat bijak dalam melihat pandemi.

Negara melalui Kemenkes sadar, alam itu bukan pihak yang harus dilawan, tapi harus dirangkul. Dan hal itulah yang kelihatan sedang dilakukan.

Mulai dari membiarkan virus itu masuk dengan sukarela ke Indonesia, lalu “membiakkannya” menggunakan distribusi sempurna dari satu daerah ke daerah dengan infrastruktur wisata murah meriah, sampai kali ini masyarakat disuruh terbiasa berada di tengah-tengahnya.

Angka demi angka positif, meninggal, sampai sembuh yang diumumkan oleh Pak Achmad Yurianto sejatinya merupakan capaian penting—alih-alih kabar tragedi. Mengingat, tidak banyak negara yang sehebat seperti Indonesia: paling akhir mengantisipasi, tapi paling cepat pasrah herd immunity.

Terima kasih Pak Yuri, sampeyan menunjukkan bahwa kami adalah negara tangguh yang begitu terbiasa dengan tragedi demi tragedi dengan hiasan statemen sampeyan yang selalu memotivasi.

Kami bangga penghargaan ini akhirnya diserahkan untuk Pak Yuri. Selamat ya, Pak.

Kedua, Pak Achmad Yurianto tanpa disangka-sangka berhasil melahirkan solidaritas di antara tenaga medis lewat pernyataannya saat di podcast Deddy Corbuzier beberapa bulan lalu.

Iklan

Dengan kesadaran penuh, Pak Yuri bilang kalau perawat saat ini terkesan seperti “room-boy” hotel, dan menjelaskan bahwa banyak rumah sakit udah jadi kayak bisnis perhotelan.

Pernyataan yang sempat bikin geram tenaga medis di seluruh Indonesia. Terutama ketika para tenaga medis sedang bersiap untuk menghadapi lonjakan pasien COVID-19 dari penjuru negeri.

Meski begitu, pernyataan ini ternyata memuai hasil positif dengan munculnya solidaritas antar-perawat, bahkan juga masyarakat.

Di mana-mana kita lihat, telah lahir simpati dari setiap lapisan masyarakat untuk tenaga medis. Tiba-tiba semua berbondong-bondong untuk menyumbang sebisanya untuk para perawat/tenaga medis. Negeri ini mendadak jadi kuat. Hal yang patut disadari lagi adalah bantuan ini bahkan minim sekali membebani keuangan negara.

Soalnya keuangan negara memang sedang genting untuk hal-hal yang lebih penting: seperti bayar gaji dan tunjangan pejabat, membiayai rapat wakil rakyat untuk kelancaran UU Minerba, sampai biaya kunjungan kerja para wakil rakyat yang terhormat.

Semua ini tercapai karena Pak Yuri paham betul dengan kredo Friedrich Nietzsche yang berbunyi, “What does not kill me makes me stronger.” Bahwa dengan menyebar kontroversi yang nylekit soal tenaga kesehatan, maka solidaritas yang merekatkan justru muncul.

Hm, benar-benar jubir yang penuh maksud tersembunyi.

Terima kasih, Pak Yuri, yang sudah rela jadi vaksin solidaritas pandemi di Indonesia.

Ketiga, pernyataan Pak Yuri soal si miskin yang menulari yang kaya membuat kita sadar bahwa dalam hal ini beliau ingin menunjukkan bahwa kita memang perlu membela hak-hak orang kaya.

“Kemudian yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi kaya agar tidak menularkan penyakitnya, ini menjadi kerja sama yang penting,” katanya saat itu.

Ada banyak serangan untuk Pak Yuri ketika pernyataan ini keluar. Padahal ada banyak nilai filosofis yang perlu diapresiasi dari pernyataan ini.

Seperti misalnya, yang dimaksud si miskin melindungi yang kaya adalah jangan sampai si kaya ikut ketularan jadi miskin. Sebab kalau negeri ini isinya orang miskin semua, ekonomi negara bisa ambruk seambruk-ambruknya.

Kalau ekonomi ambyar, negara bisa tak punya apa-apa. Dari mana lagi duit untuk membiaya gaji pejabat? Dana rapat pembahasan UU Minerba dari mana coba? Dana pemindahan ibu kota pakai uangnya siapa? Duitnya Pak Luhut? Kan nggak mungkin.

Padahal program-program ini sangat penting untuk kemajuan Republik Indonesia. Sebab sesuai namanya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memang harus memprioritaskan kesehatan Republik Indonesia dulu, jangan ujug-ujug langsung mikirin kesehatan rakyat Indonesia.

Terima kasih Pak Achmad Yurianto, sudah menghiasi layar kaca kami sepanjang hari-hari ini. Semoga sehat selalu dan bisa dapat penghargaan lagi.

Kami yakin, sampeyan pasti dapat penghargaan lagi nanti. Apalagi Kemenkes jelas merasa berutang budi sama sampeyan, bisa merasa terlindungi dengan keberadaan sampeyan yang rela jadi tameng vibranium untuk kebijakan-kebijakan kementerian kesehatan.

Salam buat Pak Terawan ya, Pak?

BACA JUGA Tarif Iuran BPJS yang Sempat Turun Kini Naik Lagi, Apakah ini The New Normal? atau tulisan soal COVID-19 lainnya.

Terakhir diperbarui pada 15 Mei 2020 oleh

Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO
Ragam

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO
Ragam

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025
down for life, the betrayal.MOJOK.CO
Aktual

Down For Life Rilis Video Musik “The Betrayal” di Hari HAM Sedunia, Anthem bagi Mereka yang Dikhianati Negara

10 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

korupsi bikin buruh menderita. MOJOK.CO

Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja

9 Desember 2025
Sayonara, JogjaROCKarta.MOJOK.CO

Sayonara, JogjaROCKarta

8 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

9 Desember 2025
UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.