Orang Hilang Cari Orang Nyasar
Kantor jaringan masyarakat adat Baileo siang itu lumayan ramai. Kami sedang menunggu seorang teman dari KontraS Jakarta untuk mendiskusikan sebuah kasus. Telepon berdering dari teman KontraS tersebut ke hape seorang teman Baileo bernama Vivi.
Teman dari KontraS: Saya ada di muka satu toko. Bagaimana caranya ke kantor kalian?
Vivi: Baik. Nanti saya cari teman untuk jemput Anda dari sana.
Vivi lalu menelpon Ekis yang kebetulan sedang di luar kantor.
Vivi: Ekis, ale bisa ka jemput teman KontraS ini di toko A? Ale pakai motor to?
Ekis: Ya, beta memang pakai motor. Tapi, bagaimana beta bisa kenali antua?
Vivi: Ale pakai baju dan celana warna apa? Nanti beta kasi info voor antua.
Ekis: Ale pikir beta orang hilang kapa? Kasih beta dong pu nomor HP sa ….
Mumudahan Bisa Berubah Ya
Kepala daerah sebuah wilayah di kawasan Maluku ini punya satu kelemahan teknis yang tidak mungkin mengganggu lima tahun masa kepemimpinannya. Kecil saja, tapi karena jabatannya, ia tak bisa menghindar dari tugas memberi sambutan dan pidato. Maka, kesalahan sebiji pasir itu bisa jadi sebiji saga yang keras dan merah.
Entah ini perkara lidahnya yang memang tak bertulang atau karena kebanyakan makan taripang atau apa lagi. Yang jelas, ia tak bisa menyebut kata mudah-mudahan. Ia selalu menyebutnya mumudahan. Kata-kata itu mewarnai rangkaian pidato di tahun-tahun pemerintahannya.
Dengan niat baik, seorang teman mencoba mengingatkannya. “Om eee, seng bisa ka untuk bilang mudah-mudahan? Kata mumudahan yang selalu Om pakai akang rasa aneh. Tidak umum.”
Sang kepala daerah sebentar menatap teman ini, lalu berujar, “Nyong, beta su tau itu. Akan beta coba untuk segera ganti kebiasaan itu. Mumudahan ….”
Terlalu Sering Lihat Infocom Bikin Tidak Fokus
Istri pejabat teras Maluku ini seorang yang sangat aktif, bahkan bisa disebut aktifis alias aktif banget. Bahkan kadang ia terlihat lebih aktif melebihi suaminya. Mislanya, ia bisa mengatur staf-staf suaminya terkait hal-hal tertentu.
Saat itu ada rombongan legislator yang mengunjungi kawasan Maluku. Barang tentu sang istri ikut aktif mempersiapkan segala bentuk penyambutan. Dalam sebuah acara ramah-tamah, di hadapan rombongan tamu sang istri menjelaskan beberapa hal.
“Besok di ruang pertemuan, semua yang saya jelaskan ini akan dijelaskan kembali dengan gambar-gambar menggunakan infocom.”
Sang suami yang juga ada di pertemuan itu dan duduk di sebelah sang istri langsung berbisik ke istrinya, “Mama, bukan infocom, tapi LCD!”
Kalau Ditubit Katanya Tinta
Di beberapa suku di Papua, mirip seperti orang Sunda yang kata siapa nggak bisa bilang F karena itu pitnah, mereka tidak mudah menyebut beberapa huruf. Di satu suku huruf S disebut Ch, di suku lain huruf C disebut T.
Begitulah. Di sebuah wilayah pegunungan di Papua, malam terasa sejuk cenderung ke dingin. Panggung sudah dihias dan lampu-lampu menyala. Acara-acara sambutan sudah disampaikan. Tibalah kini acara hiburan. Beberapa penyanyi lokal sudah tampil di atas panggung. Pembawa acara lalu mempersilahkan kalau-kalau ada hadirin yang mau menyumbang lagu. Seorang kepala suku angkat tangan mengajukan diri untuk menyanyi.
Si pembawa acara bertanya judul lagu yang akan dinyanyikan sang kepala suku. Dengan wajah antusias mantap dan suara berat, sang kepala suku berujar, “To be Tenggo!” Sang pembawa acara terkejut tak menyangka sang kepala suku akan mendendangkan lagu dalam bahasa Inggris. Ia pun mempersilakan sang kepala suku naik ke panggung sambil mengumumkan lagu yang akan dibawakannya. “To be Tenggo”.
Sang kepala suku menaiki panggung membawa tubuh tinggi tegapnya. Senyum lebar khasnya ia lemparkan ke khalayak sambil menggenggam mikrofon, dan mulailah ia bernyanyi.
“Tubit-tubitan, ooo … tenggo-tenggolan ….” Itulah lagu “Cubit-cubitan” yang pernah dipopulerkan Pancaran Sinar Patromaks tahun ‘80-an dulu.
Kalau Lebaran Setannya Memang Merdeka Lagi
Hari kedua Lebaran, komandan reserse itu mendapat info A1 tentang keberadaan seseorang yang diduga kuat salah satu komandan OPM di sebuah desa. Sang komandan segera menyiapkan satu unit pasukan untuk penyergapan. Tiba di desa tersebut mereka melakukan waskat (pengawasan melekat) sambil melakukan pengintaian terpadu. Si terduga komandan OPM rupanya sedang minum-minum dengan beberapa orang. Seorang kopral berbisik pada komandan reserse, “Ndan, orang ini kan baru terduga OPM. Gimana membuktikan dia benar-benar OPM?”
Sang komandan memberi jawaban bak akademisi, “Kebenaran akan membuktikan dirinya sendiri. Kita lihat nanti.”
Pasukan pengintai dipimpin komandan keluar dari tempat persembunyian menghampiri si terduga yang masih saja minum-minum. Demi melihat sang komandan reserse, si terduga yang sudah sakaw kebanyakan minum langsung menyambutnya.
Terduga: Ah, Kaka Komandan, apa kabar? Selamat Lebaran, Kaka. Minal aidzin wal faidzin.
Komandan: Ko mengerti juga arti minal aidzin wal faidzin?
Terduga: Mengerti kaka. Sekali merdeka tetap merdeka to …?
Komandan: Kopral … positif! Segera amankan orang ini!