Harus Bagaimana Jika Dianggap Beban oleh Orang Tua Sendiri

MOJOK.CO Seorang perempuan bercerita tentang perasaan tidak enaknya dianggap sebagai anak yang penuh beban oleh orang tua sendiri.

CURHAT

Mojok curhat dong….

Perkenalkan nama saya Nur. Sejak awal pendaftaran jurusan kuliah, pilihan saya dan orang tua sudah bertentangan. Mereka ingin saya masuk jurusan pendidikan biar saya bisa jadi guru. Ya, yang mereka ketahui, satu-satunya cara termudah menjadi PNS di Indonesia ini, ya hanyalah dengan menjadi guru.

Pada intinya sedari awal mereka menguliahkan saya biar cita-cita mulianya terwujud, yaitu anaknya jadi PNS.  Tapi, akhirnya saya mengambil jurusan Psikologi di salah satu Universitas di Jogja. Ndilalah, selama masa perkuliahan, saya sering mengalami kesulitan. Apalagi mengingat kalau saya berasal dari jurusan IPA sewaktu di SMA.

Tetapi, Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan masa studi selama 5 tahun. Namun, 8 bulan setelah kuliah saya menganggur total. Benar-benar ngowoh dirumah dan orang tua menganggap saya kualat karena tidak mau mengambil jurusan kuliah di bidang pendidikan.

Beruntungnya, sekarang saya sudah mendapat pekerjaan meskipun gaji masih di bawah UMR. Nah, yang bikin saya tambah kesal sama mereka adalah, meskipun saya sudah bekerja dan bisa dibilang lebih mandiri, mereka masih saja suka memarahi saya karena besaran gaji yang tidak seberapa.

Sampai detik curhatan ini ditulis, saya merasa bahwa kedua orang tua saya tidak pernah bisa menerima keadaan saya, justru mereka selalu menganggap bahwa kelahiran saya di bumi ini hanyalah membebani kesejahteraan hidup mereka. Mohon bantuan dan solusinya Mojok bagaimana cara menghadapi kedua orang tua saya itu.

Terima kasih.

 

JAWAB

Hai Nur, yang merasa menjadi beban….

Pasti rasanya sedih sekali jika tidak dipercaya oleh orang tua sendiri. Ditatap dengan pandangan curiga oleh orang lain saja rasanya tidak nyaman dan menyebalkan. Bagaimana jika itu dilakukan oleh orang terdekat kita, yang menjadi tempat satu-satunya kita untuk pulang.

Tentu saja ini masalah yang cukup pelik buat kamu. Namun menjadi semakin terasa pelik, karena saya juga harus ikut memikirkannya. Tapi tak apa, saya akan tetap melakukannya dengan berusaha suka cita. Demi karier saya ke depannya.

Tapi ngomong-ngomong, kamu keren banget loh, Nur. Sebab, kamu sudah bertahan sampai sejauh ini. Bertahan keukeuh untuk berkuliah di Fakultas Psikologi dan berhasil lulus meski kamu mengalami kesulitan selama proses belajar di sana.

Begini, Nur. Pada dasarnya orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Alasan mereka supaya kamu jadi PNS, tentu juga untuk kebahagianmu. Seperti yang mereka pahami, bahwa menjadi PNS adalah se enak-enaknya pekerjaan. Sebab, akan memberikan kamu gaji tetap, selama kamu tidak berbuat yang aneh-aneh tentu tidak mungkin dipecat, dan yang tak luput untuk dipromosikan adalah tunjangan untuk masa tuamu nanti.

Nah loh, mereka sayang kamu banget, kan? Sampai masa tuamu saja, mereka pastikan kamu akan tetap baik-baik saja.

Saya jadi ingat sama ibu saya nih jadinya. Yang sejak saya SMA, selalu meminta saya untuk menjadi guru saja. Kata Ibu saya sih, enak jadi guru. Apalagi kalau jadi guru SD. Katanya, saya akan punya jam kantor dan hari libur yang sama dengan anak-anak saya–ketika mereka sudah bersekolah tentu saja. Jadinya, meski saya bekerja, saya tetap dapat mendampingi mereka.

Itu sih saran dari ibu saya. Dan seperti kamu, saya memilih tidak mengamini perkataan Ibu. Pilihan kita sama, saya juga masuk ke jurusan Psikologi. Sini tos dulu. Hehehe.

Namun berbeda dengan kamu, bapak dan ibu saya tidak masalah dengan pilihan saya tersebut. Bahkan terhadap pilihan pekerjaan pertama saya yang gajinya juga tidak seberapa itu.

Saya beneran kagum loh, sama kamu. Karena kamu mampu bertahan menjalani sesuatu yang benar-benar kamu yakini. Bahkan tanpa dukungan dari orang terdekat. Meski pernah merasa gagal, toh akhirnya kamu berhasil melewatinya juga, kan?

Saya yakin, meski pekerjaan yang kamu ambil itu gajinya masih di bawah UMR, namun sebelumnya pasti telah dipertimbangkan baik-baik, kan?

Ya, begitulah, yang namanya bekerja, pasti nggak pernah langsung enak. Selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Kamu hanya butuh bekerja lebih keras lagi. Ini justru bisa jadi kesempatan kamu untuk menunjukkan diri. Bahwa pekerjaan yang mungkin dianggap sepele oleh orang tuamu itu, bukanlah sesuatu yang main-main bagi jalan kehidupan kamu nanti.

Pasti akan banyak pengalaman yang kamu dapatkan dengan pekerjaan pertamamu. Bagaimanapun juga, lingkungan kerja berbeda dengan lingkungan perkuliahan dulu. Ada banyak perbedaan yang dapat mengajakmu terbiasa untuk menghadapi tantangan pekerjaan lainnya.

Meski semua yang kamu lakukan belum dianggap membanggakan bagi bapak dan ibu kamu, tidak masalah. Tidak ada yang rugi dengan sesuatu yang telah kamu pelajari. Bukankah kehidupan ini hanya sekedar belajar dari satu hal ke hal yang lain? Jadi, masihkah ada alasan untuk berkecil hati, jika selama ini kamu sudah dan sedang menjalani sesuatu?

Nur, tidak ada orang tua yang benar-benar membenci anaknya. Mereka pasti akan menerima apa yang akan menjadi pilihanmu. Anggap saja, ini cara mereka untuk mendidikmu. Supaya kamu tidak mudah terlena dan biasa-biasa saja dalam berusaha.

Bukankah begitu?

Exit mobile version