Tanya
Halo, Gus Mul dan Cik Prim yang baik hati.
Apa kabar? Semoga selalu baik-baik saja. Perlukah saya memperkenalkan diri? Saya rasa tidak perlu yaaa, heuheu. Langsung saja ya.
Begini, Gus, Cik. Sudah hampir setahun ini saya dekat dengan seorang pria, sebut saja namanya Dimas. Kita berkenalan lewat Facebook. Kita tidak pernah bertemu sampai saat ini.
Jadi ceritanya, sekitar dua tahun yang lalu Dimas ini mengirimkan permintaan pertemanan, dan entah kenapa saya menerimanya begitu saja, padahal biasanya saya ini sangat selektif dalam memilih teman di Facebook. Hehehe.
Sejak berteman di facebook, Dimas ini sering nge-like bahkan mengomentari status saya. Tak berselang lama, ia juga mulai berani memulai percakapan lewat chat. Sebagai perempuan single, saya merespons dan membalas setiap chat yang ia kirimkan.
Singkat cerita, kami semakin dekat.
Saya punya pengalaman pahit soal cinta, Gus, Cik, sehingga walaupun dekat dengan Dimas, saya tetap takut untuk memulai menjalin hubungan. Sebelum ini saya lebih banyak ditinggalkan, Gus, Cik.
Selama beberapa bulan lamanya Dimas mencoba meyakinkan saya untuk memulai dan membuka hati untuknya. Saya akhirnya luluh dan mencoba untuk membuka hati. Pada akhirnya saya justru benar-benar jadi sayang sama Dimas.
Dimas menjadi salah satu motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi. Semakin cepat kelar, semakin cepat kami bisa bertemu.
Nah, sekitar dua bulan yang lalu, sejak ia mendapatkan pekerjaan baru, ia tiba-tiba memutuskan untuk tidak akan menghubungi saya lagi. Padahal saya lagi sayang-sayangnya. Saya perawatan demi dia karena selesai sidang skripsi saya mau ke kotanya.
Sudah sebulan lebih kami tidak saling bertukar kabar. Saya rindu. Saya pernah mengirimkan pesan singkat padanya dan memberi tahu bahwa saya rindu. Sungguh, itu sikap yang bukan saya banget.
Bedebah betul, jawaban dia benar-benar bikin saya sedih, “Kita kan ndak pernah ketemu. Kok bisa rindu sama aku?”
Saya patah hati. Saya nangis, kok kampret bener pria ini. Tega banget jawabnya gitu. Kadang saya mikir, kenapa saya bego banget, padahal kan saya nggak pernah ketemu dia. Kan mudah saja, tinggal blok dia dari semua akun sosial media saya. Tapi entah kenapa saya masih berharap.
Nah, menurut kalian, apa yang harus saya lakukan, Gus, Cik?
~ Sina
Jawab
Dear, Sina.
Begini: pelaut yang hebat tidak lahir dari ombak yang tenang. Ia lahir dari ombak ganas yang membuatnya tegar.
Untuk menuju fase yang kuat, seseorang memang harus menempuh ujian yang berat. Pada konteks perasaan, hati yang kuat adalah hati yang berkali-kali disakiti.
Barangkali ini adalah pertanda bahwa Allah memang sedang menguatkan hati sampean dengan rasa sakit yang paling paripurna. Sampean sudah berkali-kali ditinggalkan dan disakiti oleh lelaki yang nyata, dan sekarang menjadi sempurna karena sampean akhirnya disakiti juga oleh lelaki yang maya.
Pengharapannya tentu saja sederhana, semoga setelah ini sampean tidak lagi disakiti. Bahkan kalau perlu, sampeanlah yang menyakiti. Hahaha.
Jujur, sebenarnya saya merasa bahwa sampean harusnya bersyukur karena Dimas menjauhi sampean sebelum kalian sempat bertemu. Sebab, jika Dimas memutus hubungan justru setelah kalian bertemu dan bahkan nge-date beberapa kali, bisa jadi rasa sakit yang sampean rasakan akan semakin besar karena ternyata Dimas di dunia nyata adalah lelaki yang sangat menarik.
Maka dari itu, begitu ditinggalkan oleh Dimas sebelum sempat bertemu, saran saya hanya satu: berbahagialah. Tuhan menghindarkan sampean dari rasa sakit yang besar.
Tapi, bisa juga yang terjadi adalah sebaliknya.
Sampean barangkali pernah dengar cerita Anah Syakila, gadis asal Lebak, Banten yang beberapa waktu yang lalu bikin heboh dunia pemberitaan karena ia tertipu oleh pacar Facebook-nya. Ia berpacaran dengan seorang lelaki tampan asal Tulungagung di Facebook. Namun, begitu ia datang ke tempat pacarnya, rupanya tampang pacarnya tak setampan seperti foto profil yang dipasang di akun Facebook-nya.
Nah, tentu saya tak berharap sampean bakal menjadi Anah Syakila berikutnya. Setidaknya kisah Anah bisa menjadi sedikit penenang bagi sampean.
Bayangkan saja bahwa Dimas di dunia nyata adalah Dimas yang berbeda dengan Dimas di Facebook. Pahat dalam pikiran sampean bahwa Dimas di dunia nyata bukanlah lelaki yang bisa bermanis-manis dan easy going seperti saat di chat. Dimas di dunia nyata adalah lelaki kaku yang menyebalkan, tak bisa berbasa-basi, punya selera humor yang buruk, serta napasnya bau naga. Pokoknya semua kriteria yang membuat perempuan mana pun antipati terhadapnya.
Jika sampean bisa membayangkan dan bahkan bisa meyakini hal tersebut, sampean akan merasa bersyukur karena dipisahkan sebelum sempat bertemu.
Intinya, ikhlaskan Dimas dan berbahagialah. Sampean terlalu berharga untuk disakiti oleh lelaki yang bahkan belum jelas bentuk nyatanya.
Ngomong-ngomong, sebenarnya masih mending disakiti oleh lelaki yang nyata, sebab sampean bisa menggampar pipinya dengan gamparan yang nyata pula. Lha kalau cuma lelaki maya, apa yang mau digampar? Foto profilnya?
~ Agus Mulyadi