Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Cipox

Sebuah Dongeng Tentang Tongkat Laki-Laki

Estiana Arifin oleh Estiana Arifin
13 Juni 2017
A A
tongkat makhluk
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dahulu kala, ketika bumi selesai diciptakan, Tuhan mengumumkan sebuah penawaran kepada semua makhluk laki-laki di langit, siapa saja diantara mereka yang ingin pindah ke bumi.

Saat itu, bumi hanya dihuni oleh tumbuhan dan para perempuan dari segala spesies. Bukan main indahnya kehidupan di bumi. Alamnya hijau, gadis-gadis semua spesies baik itu jenis berekor dan tidak, cantik-jelita seluruhnya. Para laki-laki semua spesies di angkasa langit pun berdebar dan serentak mengajuka diri kepada Tuhan untuk pindah ke bumi.

Melihat antusiasme para makhluk langit yang sangat besar, malaikat pun khawatir akan terjadi kekacauan. Pertama, dikhawatirkan tiap spesies akan kawin silang sehingga tidak ada darah murni. Kedua, dikhawatirkan terjadi perkelahian antar spesies karena memperebutkan spesies tertentu yang dianggap paling cantik. Maka, atas pertimbangan itu, malaikat pun menyampaikan kekhawatirannya kepada Tuhan.

Tuhan rupanya (dan tentu saja) telah memperkirakan tiap kemungkinan yang dikhawatirkan oleh malaikat. Namanya juga Tuhan.

“Jangan khawatir wahai Malaikatku, hal itu telah kupikirkan. Sebelum turun ke bumi, otak mereka semuanya sudah didesain untuk tidak menyukai spesies lain. Program ini akurat,” jelas Tuhan. Hati malaikat pun tenang.

Lalu, dimulailah persiapan migrasi spesies laki-laki ini ke bumi.

Sebelum mereka turun, Tuhan menjelaskan kepada semua spesies laki-laki apa tugas mereka di bumi. “Di tangan kalianlah berkembang biaknya kehidupan di bumi bergantung. Kalian akan menjadikan perempuan dari masing-masing spesies kalian sebagai pasangan tempat kalian memberikan materi genetik. Bagaimana cara kalian memberikan materi genetik itu akan Aku tunjukan lewat mimpi. Sedangkan alat pemberi materi genetiknya akan kusediakan dalam kotak ini,” Jelas Tuhan sembari menunjukkan sebuah kotak berisi bermacam tongkat dengan aneka bentuk.

Tuhan lalu menidurkan semua spesies untuk kemudian memberitahukan mereka pengetahuan melalui mimpi tentang bagaimana cara mereka memberikan materi genetik.

H-1 sebelum migrasi, dipanggillah para makhluk satu per satu untuk memilih tongkat yang sesuai.

Kucing memilih tongkat yang warnanya pink penuh gerigi dan dapat disimpan rapi dalam sebuah selaput jika tidak digunakan. Anjing memilih tongkat yang lebih besar, karena besar penyimpanannya tidak sepenuhnya tertutup seperti kucing, tapi anjing puas dengan cara kerjanya. Rata-rata spesies hewan menyukai jenis tongkat seperti itu, maka seketika, jenis tersebut menjadi populer.

Di kejauhan, spesies manusia laki-laki mengamati tiap tongkat, dalam hatinya belum ada yang cocok. Dia sekali lagi memandang foto spesies manusia perempuan, melihat ukuran tubuh spesies perempuan, dan berpikir tongkat yang bagaimana yang tidak menyusahkan dirinya, menyenangkan perempuan, dan tidak merepotkan ketika disimpan. Mereka lantas berdiskusi dengan spesies simpanse dan bonobo, yang tanpa diduga, ternyata punya pemikiran yang sama. Mungkin karena mereka memang punya kesamaan.

“Yo man, jadi bagaimana menurutmu tongkat yang ideal buat kita? Kupikir spesies perempuan kita punya kemiripan,” ujar bonobo kepada simpanse dan manusia.

“Kupikir aku memilih tongkat yang memiliki tulang seperti lengan, jadi efektif digunakan,” kata simpanse.

Manusia laki-laki mendapat ide, nampaknya jika tongkat itu bertulang maka akan memudahkan dirinya. Dalam mimpi yang diperlihatkan Tuhan, pemindahan materi genetik itu butuh kerja keras. Hanya dengan tongkat bertulanglah maka dirinya tidak repot memasukkan tongkat dan mengeluarkannya saat selesai. Karena sedari awal mereka bertiga sudah sepemikiran, maka insting ketiganya segera berebutan menuju kotak. Saat itu hanya tersisa 3 tongkat.

Iklan

Bonobo dan simpanse dengan gesit mengambil tongkat dengan tulang berukuran 8 mm. Tongkat dengan tulang di bagian tengah itu terlihat ideal dan pas untuk spesies ini. Menyadari dirinya kalah gesit, manusia laki-laki seketika ciut. Tongkat satu-satunya yang tersisa tergolek lemas di dasar kotak. Bentuknya bukan saja menyedihkan manusia, tapi juga memilukan para malaikat yang menyaksikan kejadian pemilihan tongkat ini. Merasa tak sampai hati, malaikat segera menghadap Tuhan.

“Wahai Tuhan, bagaimana makhluk satu itu akan memindahkan materi genetiknya dengan alat yang lemah dan tidak berfungsi seperti itu? Ini akan membuat spesies manusia punah dalam hitungan bulan!” kata malaikat dengan gusar.

Tuhan, demi mendengar keluh malaikatNya hanya tersenyum, lalu berkata kepada seluruh makhluk. “Kalian lihat, seluruh spesies makhluk disini telah memilih tongkat masing-masing. Aku ucapkan selamat. Bersyukurlah atas apa yang sudah kalian dapatkan. Dan khusus untuk kamu, manusia, kamu juga harus bersyukur walau tongkat yang kamu dapatkan mungkin tidak seperti yang kamu harapkan. Jika sekali-kali kamu tidak bersyukur, itu aku anggap sebagai bentuk penistaan terhadap ciptaan dan keadilanku.”

Manusia laki-laki semakin gundah-gulana hatinya, kata penistaan itu simpang-siur di benaknya sampai yang terngiang hanya kata penis. Jiwanya galau. Tapi bagaimanapun juga, ia tetap berusaha untuk mensyukurinya, sesuai dengan perintah Tuhan.

Hari yang ditunggu pun tiba, seluruh spesies riang-gembira diturunkan ke bumi dengan tongkat masing-masing, termasuk manusia laki-laki yang wajahnya begitu muram.

Ketika pesawat yang membawa mereka mendarat, para spesies jantan itu disambut spesies betina masing-masing dan semuanya menuju semak-semak guna melaksanakan tugas mulia memindahkan materi genetik. Tinggallah spesies manusia laki-laki yang memandang lesu tongkatnya yang lemas.

Dari kejauhan manusia perempuan mengamati itu, hatinya trenyuh terhadap masa depan spesies mereka. Sang perempuan memandang tongkat manusia laki-laki yang benar-benar terlihat tak berguna, tergantung lesu tiada daya apalagi upaya. Sang perempuan mendekati sang pria. Sang laki-laki pun menjauh, dirinya merasa malu.

“Sudahlah, dik, tak ada guna semua ini!” kata sang pria.

“Abang, lihatlah adik dulu. Kita hadapi ini berdua,” kata sang perempuan.

Dia berusaha meraih tangan sang pria, tapi ditepis. Saat ditepis itu, sang perempuan jadi salah pegang, lantas, tanpa sengaja, terpeganglah tongkat tak berdaya itu. Sang laki-laki terkejut. Lebih terkejut lagi sang perempuan, karena tiba-tiba, tongkat yang terpegang itu kemudian berubah bentuk menjadi gagah perkasa, berotot dan kekar. Demi melihat perubahan ini, sang laki-laki menjadi gembira hatinya.

Ini tongkat yang sama dengan yang ada di dalam mimpinya.

Sang laki-laki jadi bersemangat dan berterimakasih pada sang perempuan yang menerima dirinya apa adanya. Dia segera menggendong sang perempuan ke semak-semak untuk segera melalukan tugas mentransfer materi genetik kepada sang perempuan. Proses transfer genetik pun berhasil dilakukan dengan lancar, gemilang, dan juga menyenangkan.

Sebagai ungkapan rasa terimakasih, Sang laki-laki pun lantas mendirikan rumah yang memiliki tangga yang cukup tinggi. Rumah bertangga ini dibuat laki-laki agar ia bisa semakin dekat dengan langit, dan selalu merasa dekat dengan Tuhan yang telah memberikannya kebahagiaan melalui “tongkat” ajaibnya.

Kisah tersebut kemudian menjadi dongeng turun-temurun, betapa sebuah rumah tangga sejatinya berawal dari tongkat yang tak bertulang.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: bumilaki-lakiperempuantongkat
Estiana Arifin

Estiana Arifin

Artikel Terkait

pekerja hotel, surabaya, jogja.MOJOK.CO
Podium

Larangan Hijab dalam Industri Perhotelan: Antara Hijabophobia atau Upaya Mengatur Tubuh dan Penampilan?

14 Januari 2024
Rindunya Laki-laki yang Ditinggal Pulang Sang Istri Terkasih MOJOK.CO
Kilas

Rindunya Laki-laki yang Ditinggal Pulang Sang Istri Terkasih

7 Januari 2024
Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini  MOJOK.CO
Kilas

Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini 

31 Desember 2023
Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa

13 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.