Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Cerbung Berbalas Fiksi

Manifesto Humoris Kecil-kecilan

Dea Anugrah oleh Dea Anugrah
3 Desember 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Baca cerita sebelumnya di sini.

Atau: Pandangan Bambang tentang Humor dan Alasan Saya Memecatnya

1. Setiap upaya melucu adalah tugas sedih. Semua pendengar tahu bahwa dorongan terbesar seorang humoris adalah perasaan ingin disukai dan dipedulikan, tetapi takkan ada yang berpikir, “Apa yang salah dengan dia?” sampai kelakarnya benar-benar tidak lucu atau, dalam beberapa kasus, ia mengulang lelucon yang sama lebih dari tiga kali.

2. Seperti pendusta, humoris selalu tahu kapan ia harus berhenti, tapi tak pernah sanggup melakukannya.

3. Setiap kelakar tentang orang tua, terutama yang benar-benar lucu, hanya mungkin diciptakan dan dihargai oleh orang-orang dengan masa kecil bahagia. Kedua orang tua saya, misalnya, mati terbakar beberapa tahun lalu. Sesaat setelah membuka risleting kantong-kantong mayat, saya berkata ke petugas medis: “Kulihat mereka berdua sama matangnya.” Petugas itu tertawa. Masa kecil saya sepenuhnya bahagia, kecuali saat-saat Ayah menghajar saya dengan gesper dan Ibu pergi dari rumah.

4. Setiap kelakar tentang orang cacat pada dasarnya merupakan protes terhadap gagasan tentang Yang-di-Atas-Sana. Masyarakat modern membenci perundung-perundung kecil, tetapi memuja perundung paling besar yang suka mengatur-atur dan mengancam dan mengadu domba dan menyuruhmu mengeluarkan uang dan sama sekali tak memahami consent.

5. Banyak orang mengatakan inti kelakar adalah kejutan. Namun, lelucon berisi kejutan-palsu atau tanpa kejutan pun bisa mengundang tawa. Terserah sajalah. Kau bisa mengatakan “105” atau “2.409” dan orang-orang akan tertawa, asalkan kau menyampaikannya dengan cara yang tepat.

6. Para pembenci slapstick adalah orang-orang yang tertawa paling keras saat menonton video pria gemuk telanjang tertimpa tiang listrik dan jatuh ke comberan di Facebook.

7. Setiap humoris harus mempertahankan keyakinannya tentang apa-apa yang lucu dan yang tidak di hadapan otoritas. Lelucon saya tentang bibir yang disengat tawon dalam Bakat Menggonggong—yang awalnya ditolak Dea Anugrah karena dia menganggapnya kasar dan misoginis—adalah bagian buku itu yang paling banyak dikutip di Instagram. Vox Bambang vox netizen, Motherfucker!

8. Lelucon tentang bunuh diri bukanlah jeritan minta tolong. Tenang saja. Tapi kalau suatu saat kau tertawa karena kata rambutan, segera hubungi Into the Light atau Ikan Kontol atau apa sajalah, yang penting kau cepat ditangani.

9. Plesetan seperti ibuprofen. Ia meredakan sakit kepala, tapi telanlah lebih dari tiga kali sehari secara rutin dan otakmu bakal segera dimakan tumor.

10. Sindiran hanya mungkin diciptakan dan dihargai oleh orang-orang miskin dan pengidap oedipus complex.

11. Afrizal Malna sudah berumur 61 tahun dan masih bersedih karena cinta.

12. Rambutan.

Iklan

Baca cerita berikutnya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2018 oleh

Tags: Afrizal Malnaberbalas fiksicerpenibuprofenInto the Lightoedipus complex
Dea Anugrah

Dea Anugrah

Artikel Terkait

Berbalas Fiksi

Dirimu Berharga, Mereka Hanya Tak Mau Bilang Saja

29 Juli 2019
Berbalas Fiksi

Meninggalkan Rumah, Menemukan Diri Sendiri

25 Juli 2019
Berbalas Fiksi

Cinta yang Membelenggu dan Perhiasan Delapan Juta Rupiah

22 Juli 2019
Berbalas Fiksi

Perhiasan Terakhir dan Pintu-Pintu yang Telah Tertutup

18 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.