Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sembuhnya Setya Novanto Jangan Dibikin Teori Konspirasi

Cepi Sabre oleh Cepi Sabre
13 Oktober 2017
A A
setya novanto mojok

setya novanto mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Seandainya bisa minta izin tidak memenuhi panggilan KPK melalui surat, Om Setya Novanto pasti akan mengirim surat yang isinya tidak sedatar grafik detak jantung beliau di mesin EKG.

Kita yang rakyat jelata ini saja, zaman sekolah dulu, sudah memberikan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang jelas kepada orang tua dan dokter untuk urusan izin itu: kalau urusannya keluarga, suratnya dari orang tua; kalau sakit, pakai surat dokter.

Nah, apalagi Om Setnov, yang sebagai ketua DPR punya wakil-wakil yang beragam status mereka di media sosial begitu puitis. Saya rasa kalau salah satu wakil beliau ditugasi membuatkan surat izin, bunyinya pasti tidak akan kalah mesra dengan surat bapaknya Amel yang pernah viral beberapa waktu lalu.

Kepada
Yth. Penyidiknya Pak Setnov
di Kantor KPK

Alangkah indahnya pagi ini, matahari bersinar terang, burung-burung pun bernyanyi riang. Bunga-bunga semerbak di taman dan tawon-tawon hinggap di atasnya, tapi hanya satu yang terlihat gagah dan menawan. Tapi, ibarat tawon, ada satu yang lagi lemes, yaitu Pak Setnov. Hari ini beliau tidak bisa datang memenuhi panggilan KPK dikarenakan sakit.

Semoga penyidiknya Pak Setnov tetap menjadi tawon yang paling gagah dan menawan dan semakin semangat ngentup. Amin.

Hormat kami,
Ttd.
Wakilnya Pak Setnov

Ngomong-ngomong, penyair T. S. Elliot pernah bilang, “April adalah bulan yang paling kejam.” Kalau di tempat kita sih, April adalah bulan yang paling ngindonesia karena di bulan ini, akan ada satu hari yang mana anak-anak se-Indonesia raya didandani dengan pakaian tradisional oleh orang-orang tua mereka untuk memperingati hari kelahiran R. A. Kartini, sang simbol emansipasi perempuan. Soal apa hubungan emansipasi perempuan dengan pakaian tradisional, jangan tanya sama saya, tanya sama ibu-ibu yang mendandani anak-anak mereka.

Kalau menurut saya, bulan yang paling kejam justru September. Tidak peduli sekeras apa pun Vina Panduwinata mencoba meyakinkan kita bahwa September bulan yang ceria, ingatan kita akan selalu kembali pada pertanyaan, “Mana Nasution?!” Kebetulan tahun ini filmnya diputar kembali setelah sekian waktu cuma bisa ditonton di YouTube. Mungkin untuk menyaingi film horor lawas Pengabdi Setan yang diproduksi ulang Joko Anwar.

Selain peristiwa G 30 S, yang menurut hitung-hitungan saya kejadiannya mestinya dianggap sudah masuk Oktober, beberapa peristiwa mengerikan juga (entah kenapa) terjadi di bulan September. Tahun ’72 ada pembantaian atlet di Munich, Black September. Menara kembar WTC di Amrik juga runtuh di bulan September. Dan, yang terakhir, di dalam negeri, masuknya Om Setnov ke rumah sakit setelah menerima panggilan KPK tadi, juga di bulan September. Mengerikan karena konon, kata orang, rumah sakitnya langsung sembuh begitu Om Setnov masuk sana.

Beruntung September bukan satu-satunya bulan yang harus kita lalui. Begitu September lewat, sepertinya semua hal-hal suram juga ikut pergi. Misalnya, orang sudah mulai jarang ngomongin PKI lagi. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena ini sudah Oktober, bulannya tentara. Tanggal 5 Oktober kan hari TNI. Ini bulannya orang-orang gagah dan galak. “Iya, itu memang perintah saya. MAU APA?” Kurang galak gimana pernyataan Om Gatot itu?

Tapi, yang paling penting dari bulan Oktober ini (selain kuminis, tentara, senjata, dan panglimanya) ialah Om Setnov akhirnya wake up ketika September ends. Persis lagunya Green Day. Untuk para pegiat media sosial, saya rasa tidak ada kabar yang lebih menggembirakan daripada sembuh dan kembali beraktivitasnya Om Setnov. Soalnya, kemarin-kemarin kita semua sempat terperangkap pada dilema moralitas, antara nafsu untuk merisak tersangka korupsi dengan adat ketimuran yang melarang untuk ngrasani orang yang lagi sakit. Terutama yang grafik detak jantungnya sudah garis lurus.

Banyak orang mengira sembuhnya Om Setnov itu disebabkan oleh putusan bebas yang diberikan oleh Hakim Cepi beberapa hari sebelumnya (sumpah, itu Cepi yang lain!). Sekarang malah sudah sehat dan bisa mimpin rapat, haibat betul!

Terus terang ini kebiasaan buruk netizen kita: suka menyusun teori konspirasi. Jangan lupa, sakitnya Om Setnov itu borongan lo, seabrek-abrek dan berat semua. Hitung-hitung ada tujuh penyakit yang diidap oleh beliau: vertigo, gula darah, stroke, ginjal, flek di kepala, sama pengapuran dan penyempitan jantung (itu sakit apa Indomaret sih? Lengkap banget).

Iklan

Kalau keputusan tidak sahnya penetapan status tersangka Om Setnov bisa menyembuhkan itu semua, kalah dong batunya Ponari. Bisa bangkrut semua praktisi pengobatan alternatif yang sering bagi-bagi selebaran di lampu merah dan mengaku sudah menemukan ramuan untuk menyembuhkan segala jenis penyakit itu. Antrean orang yang berobat ke pengadilan bisa ngalah-ngalahin antrean orang sakit di klinik Tong Fang. Pak Jokowi dan pemerintahannya bisa untung besar kalau begitu. Lha semua orang bayar BPJS tapi nggak ada yang ngeklaim.

Intinya, kesimpulan saya sudah jelas: sakitnya Om Setnov tidak ada hubungannya dengan penetapan tersangka oleh KPK dan sembuhnya beliau juga tidak ada kaitannya dengan keputusan tidak sahnya penetapan tersangka tadi dari pengadilan. Semua itu bisa terjadi semata-mata karena September sudah berlalu dan digantikan bulan Oktober, selain karena ilmu kanuragan dan kesaktian yang memang dimiliki oleh Om Setnov sendiri sejak zaman Pak Harto. Mens sana in corpore sano, apa pun artinya itu.

Yang jelas, kalau benar dugaan saya bahwa Om Setnov dulu pernah mengirim surat izin untuk tidak memenuhi panggilan KPK, sekarang saya rasa giliran KPK mengirim surat balasan. Surat balasan itu bisa ngopas surat balasan ibu gurunya Amel kepada bapaknya.

Kepada
Wakilnya Pak Setnov
di tempat

Surat Bapak/Ibu sudah kami terima. Alangkah kagetnya kami saat mengetahui beliau sakit. Bagaikan petir di siang bolong hati kami gundah gulana membaca surat Bapak/Ibu. Tak terbayangkan perihnya hati kami. Hati kami hancur berkeping-keping.

Untunglah sekarang beliau sudah sembuh, jadi tidak akan beralasan sedang berobat ke luar negeri yang susah diprediksi kapan pulangnya. Kantor kami sepi tanpa suara dan derai tawa beliau.

Gedung KPK
Ttd.
Ketua KPK

N. B. Pak Setnov nggak ada rencana untuk umrah dalam waktu dekat kan?

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2017 oleh

Tags: dprektpGolkarkorupsiMunas GolkarpraperadilansakitSetya Novanto
Cepi Sabre

Cepi Sabre

Artikel Terkait

Jurusan Ilmu Politik di UHO mengecewakan. MOJOK.CO
Kampus

Nekat Kuliah Jurusan Ilmu Politik di Kampus Akreditasi B, Berujung Menyesal Tak Dengar Nasihat Ortu

3 Oktober 2025
korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO
Ragam

Budaya Korupsi di Indonesia Mengakar karena Warga “Belajar” dari Pemerintahnya

16 September 2025
nadiem makarim, pendidikan indonesia, revolusi 4.0.MOJOK.CO
Aktual

Kasus Nadiem Makarim Menunjukkan Kalau Lembaga Pendidikan Sudah Jadi “Inkubator Koruptor”

8 September 2025
UI kampus perjuangan tapi BEM-nya kini terbelah. MOJOK.CO
Catatan

UI sebagai Kampus Perjuangan Kini Terbelah dan Hilang Taringnya, Tak Saling Mendukung dan Searah

4 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.