MOJOK.CO – Cristiano Ronaldo akan berlari sambil mandi ekspektasi di laga Valencia vs Juventus. Liga Champions ini akan menjadi panggung yang asing bagi dirinya.
Yang dinantikan akhirnya datang juga: Liga Champions untuk Juventus. Inilah panggung yang sudah mereka targetkan sejak beberapa tahun yang lalu. Ketika restrukturisasi manajemen dan pembangunan stadion dilakukan. Ketika nama-nama besar didatangkan demi mengejar ambisi juara Liga Champions.
Jangan salah, selama masa revolusi, Juventus sudah dua kali masuk ke babak final, yaitu pada musim 2014/2015 dan 2016/2017. Sayang betul, di dua laga final tersebut Si Nyonya Tua selalu kalah. Ironisnya dua kekalahan itu diberikan oleh klub Spanyol: Barcelona dan Real Madrid. Sudah sangat nyaris, musim ini, skuat asuhan Max Allegri berbenah betul.
Sebetulnya tidak banyak perubahan yang dilakukan manajemen Juventus. Namun, perubahan yang hanya sedikit ini menentukan arah kebijakan Juventus ke depannya. Pertama, Juventus tidak memperpanjang Gianluigi Buffon, kiper legendari mereka dan memasrahkan gawang kepada Wojciech Szczęsny yang lebih muda.
Perubahan kedua adalah ketika dengan sangat berani mereka memboyong Cristiano Ronaldo dengan dana lebih dari 100 juta euro. perbaikan dari sisi keuangan dan investasi mengizinkan Juventus membeli pemain dengan harga lebih dari 100 juta euro. Sebuah aksi yang membuat si pemain bakal mandi sorotan di kompetisi Eropa.
Kenapa bisa begitu? Karena selain untuk keperluan investasi dan promosi, kualitas Ronaldo dibutuhkan Juventus untuk Liga Champions (dan semua kompetisi yang mereka ikuti). Bagi Ronaldo sendiri, kompetisi ini menjadi Liga Champions yang sangat baru, sangat berbeda dengan situasinya selama ini.
Ketika hengkang dari Manchester United untuk bergabung dengan Real Madrid, Ronaldo memang sudah menyandang pemain terbaik dunia. Namun, ekspektasi yang ia emban belum terlalu besar lantaran keberadaan beberapa pemain bintang yang satu angkatan dengannya. Ketika kali pertama datang, Madrid punya Kaka, Raul, Gonzalo Higuain, hingga Karim Benzema.
Intinya adalah mereka berbagi ekspektasi atas nama “rasa galacticos yang tersisa”. Ketika Madrid gagal, kritik tidak akan sepenuhnya dipanggul Ronaldo. Ia masih dianggap sebagai “salah satu bagian skuat”, bukan menjadi pusat seperti beberapa tahun terakhir. Terutama ketika ia mulai rajin memecahkan rekor dan membawa Madrid juara Liga Champions pada musim 2013/2014.
La Decima membuat nama Cristiano Ronaldo melambung ke puncak langit Real Madrid. Sebuah capaian yang mau tak mau, ketika kamu menyebut nama Madrid, ada nama Ronaldo mengiringi.
Nah, situasi akan sangat berbeda ketika mentas bersama Juventus di laga perdana Liga Champions melawan Valencia. Bahkan sebelum sepak mula dilaksanakan, performa Juventus akan diartikan sebagai “performa Ronaldo”.
Ketika satu tim bermain buruk, narasi yang digunakan adalah “Ronaldo gagal”. Ketika satu tim bermain gemilang, narasinya berubah menjadi “Berkat Ronaldo bla bla bla”. Situasi ini tidak bisa dihindari ketika kamu membicarakan satu-satunya pemain yang berada satu level dengan Lionel Messi.
Oleh sebab itu, laga Valencia vs Juventus akan terasa sangat baru untuk kapten timnas Portugal tersebut. Liga Champions kali ini akan menjadi panggung yang asing bagi sang bintang. Mampukah ia berlari sambil mandi ekspektasi?