ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

Spanyol Bakal Perankan Tokoh Antagonis dan Membungkam ‘Fairy tale’ Swiss di Euro 2020

Redaksi oleh Redaksi
2 Juli 2021
0
A A
Spanyol Bakal Perankan Tokoh Antagonis dan Membungkan ‘Fairy tale’ Swiss di Euro 2020 MOJOK.CO

Spanyol Bakal Perankan Tokoh Antagonis dan Membungkan ‘Fairy tale’ Swiss di Euro 2020 MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Swiss bakal menjadi “kekasih” penikmat Euro 2020 berkat keajaibannya. Namun sayang, dongeng itu bakal dikandaskan oleh si jahat Spanyol.

Farras: “Stabilitas dan mental penantang bikin Swiss jadi berbahaya.”

Sebagai pundit untuk Mojok, jujur saja, saya tidak berharap banyak ketika Swiss berhadapan dengan Prancis. Sudah juara dunia, materi pemain juga lebih bagus. Namun, nyatanya, di lapangan hijau, kemampuan pemain hanya sekian persen penentu kemenangan. Sisanya adalah kedisiplinan, taktik jitu dari pelatih, dan keberuntungan.

Berkat 3 aspek itu, Swiss berhasil mendobrak sejarah lolos ke perempat final pertama mereka di turnamen besar sejak 67 tahun lalu. Sebuah pencapaian yang luar biasa dan layak dirayakan. Beredar sebuah video yang menggambarkan fans Swiss berkeliaran di jalanan di atas pukul 10 malam. Padahal, ada aturan untuk nggak berkeliaran di tempat umum di atas pukul 10. Terkadang, kebahagiaan itu nggak bisa dibendung.

Keberhasilan Swiss itu begitu menginspirasi. Terutama ketika mereka sempat tertinggal 1-3 dari Prancis. Berhasil menyamakan kedudukan, bermain sangat disiplin, dan menang di adu penalti. Berkat “keajaiban” itu, kini saya optimis Swiss bakal menyulitkan Spanyol. Menang lagi? Kenapa tidak!

Alasannya ada 2. Pertama, Swiss akan kembali bermain dengan fokus kepada stabilitas. Negara ini terkenal akan pakta perdamaiannya. Sebagai negara yang dari dahulu sudah mendeklarasikan damai, kondisi yang stabil pasti jadi prioritas. Tak terkecuali di atas lapangan hijau.

Tahukah kamu, Spanyol itu, berdasarkan rumah taruhan, sempat menjadi unggulan kedua juara Euro 2020. Unggulan nomor satu adalah Inggris. Artinya, Spanyol diharapkan, setidaknya, masuk final. Namun, tim asuhan Luis Enrique ini gagal menunjukkan stabilitas tim unggulan.

Mereka dibuat pontang-panting oleh Kroasia. Sempat unggul 1-3, malah kena comeback di menit 90. Mereka beruntung bisa membuat gol di babak perpanjangan waktu. Berbanding terbalik dengan Swiss yang bisa menemukan stabilitas ketika tertekan.

Lucunya, Swiss tertinggal skor 1-3 ketika menemukan stabilitas, sementara Spanyol kehilangan faktor ini ketika unggul 1-3 atas Kroasia. Mental penantang dan tidak ada beban di pundak itu 2 faktor berbahaya, lho. Dua faktor yang bisa menentukan akhir laga di momen-momen krusial.

Kedua, Swiss masih akan bermain dengan membawa mental penantang. Kemenangan atas Prancis, saya yakin tidak akan mengubah status negara ini. Masih underdog, tidak diharapkan akan menang. Namun, status tersebut adalah keuntungan. Tidak ada beban di pundak pemain Swiss setelah sejarah itu terdobrak.

Jika menang, ya bersyukur, kalau kalah ya kemampuan maksimalnya memang segitu. Jadi permainan Swiss ini dapat dikatakan menjunjung tinggi nrimo ing pandum, rejeki adalah pemberian dari Tuhan dan kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya.

Granit Xhaka tidak akan bermain di perempat final karena akumulasi kartu kuning. Sungguh disayangkan, karena beliau adalah metronom lini tengah. Satu aspek yang bisa melemahkan skuat asuhan Vladimir Petkovic. Namun, setidaknya, tim ini punya stabilitas yang diharapkan bisa menutup absennya Xhaka.

Ganesha Arif: “Spanyol bakal jadi antagonis.”

Di sepak bola, kisah soal kuda hitam yang sukses bikin kejutan emang selalu menarik buat diikuti. Terkhusus Euro, rupanya sudah banyak sejarah kuda hitam yang tercipta di turnamen sepak bola terakbar benua biru itu.

Yang terdekat tentu Wales di Euro 2016. Aaron Ramsey dkk., berhasil mengandaskan perjalanan tim-tim besar seperti Belgia dan terus melaju sampai semifinal, sebelum akhirnya kalah dari sang jawara, Portugal.

Tentu, banyak yang lebih termasyhur dari Wales. Ada Yunani di Euro 2004 dan Denmark di Euro 1992. Dua negara itu berhasil jadi yang terbaik di Eropa meski sama sekali enggak diunggulkan di awal turnamen.

Nah, di Euro 2020 sekarang, tim yang berpotensi buat mengikuti jejak Wales, Yunani, dan Denmark adalah Swiss. Skuat asuhan Vladimir Petkovic itu sanggup bikin kejutan sejauh ini. Mereka bisa lolos dari grup yang dihuni Italia dan, uhuk, Turki, yang awalnya dianggap bakal jadi kuda hitam utama.

Langkah Swiss sempat dikira akan terhenti di babak 16 besar. Wajar, soalnya lawan yang mereka hadapi adalah sang juara dunia, Prancis. Tapi, mereka berhasil mematahkan prediksi. Bermodal semangat juang tinggi, mereka sukses bikin Prancis tertunduk via adu penalti.

Nah, bicara soal kuda hitam, lawan yang akan mereka hadapi itu kerap dianggap sebagai antagonis oleh publik. Sial buat Swiss, lawan mereka di babak perempat final ini adalah bangsa yang udah biasa dicap sebagai penjahat.

Ya, Spanyol.

Semua orang mungkin tahu bagaimana Christopher Columbus, yang notabene adalah seorang Italia tapi penjelajahannya disponsori oleh kerajaan Spanyol, berhasil menemukan benua Amerika setelah mengarungi lautan.

Nama Columbus harum. Namun, ada banyak sumber yang menyatakan bahwa penjelajah termasyhur itu memerintah anak buahnya untuk membantai, memerkosa, dan menjajah suku Indian yang mereka temui di Amerika.

Kisah kebengisan Spanyol di Amerika berlanjut di tangan Hernan Cortes. Sang conquistador disebut-sebut menjadi biang dari kehancuran kerajaan Aztec di Meksiko. Seperti Columbus, dia menyerang orang-orang Aztec yang tak berdaya dan menghancurkan mereka hingga tersisa puing-puing saja.

Ini belum membicarakan pengusiran orang-orang Muslim dari Andalusia dan Granada, serta budaya orang-orang Spanyol melakukan olahraga yang kejam, bullfighting.

Tentu, Spanyol sekarang sudah enggak sama keadaannya seperti di era Columbus atau Ratu Isabel. Selain itu, jelas enggak ada yang mau disebut sebagai penjahat.

Namun, di laga lawan Swiss nanti, Spanyol wajib memerankan peran yang sempat mereka jalani dulu sebaik mungkin. Iya, sebagai antagonis. Peluang Spanyol untuk bikin fairy tale Swiss berakhir buruk jelas gede.

Lini depan Spanyol, yang di 2 laga pertama cuma sanggup bikin dua gol, sukses nyeplosin 10 gol di 2 pertandingan berikutnya. Ini jadi pertanda gimana Koke dkk. semakin nyetel dengan skema permainan Luis Enrique.

Memang, Swiss bukan lawan mudah. Moral Xherdan Shaqiri dkk. sedang tinggi-tingginya dan Swiss juga pernah memberi kejutan buat Spanyol di turnamen akbar, yaitu Piala Dunia 2010.

Namun, maaf saja, kali ini saya percaya bahwa yang jahat lah yang akan menang.

BACA JUGA Arsenal Terjebak Dilema Setelah Xhaka Main Bagus Bersama Swiss? Dan ulasan Euro 2020 lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 Juli 2021 oleh

Tags: euro 2020perempat final euro 2020prediksi swiss vs spanyolspanyolswissswiss vs spanyol
Iklan
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Sigit Susanto: Penulis Perjalanan yang Telah Mengunjungi 44 Negara
Movi

Sigit Susanto: Penulis Perjalanan yang Telah Mengunjungi 44 Negara

3 April 2023
Sungai Aare, Swiss untuk berenang
Liputan

Orang Swiss Suka Hanyutkan Diri di Sungai pada Musim Panas

29 Mei 2022
Movi

Vaksin Berbayar Kimia Farma dan Nasib Buruk Petugas Dishub DKI

14 Juli 2021
Italia Juara, Patah Hati Bukayo Saka, Catatan Akhir Euro yang Luar Biasa MOJOK.CO
Balbalan

Italia Juara, Patah Hati Bukayo Saka, Catatan Akhir Euro yang Luar Biasa

12 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa gap year kuliah di Unila. MOJOK.CO

Ditolak Kampus Bergengsi padahal Dulu Jadi Siswa Terpintar hingga Malu Melamar Kerja karena Ijazah SMA, Kini Pilih Kerja Sesuai Passion

11 Juni 2025
Orang desa kuliah di kampus Jogja, merasa terintimidasi kalau ngopi di coffee shop karena nggak punya outfit skena MOJOK.CO

Derita Orang Kampung Kuliah di Jogja Utara: Kaget Ngopi di Coffee Shop, “Terhina” karena Tak Paham Menu dan Tak Punya Outfit Skena

10 Juni 2025
Upaya mahasiswa dapat beasiswa s2 dari dosen Unair. MOJOK.CO

Gelar Sarjana Akuntansi Tak Guna, Akhirnya Pilih Kuliah S2 dan Nekat Cari Beasiswa dari “Ordal” dengan Harapan Kerja di Perusahaan Besar

11 Juni 2025
Pilih slow living di Gunungkidul, Jogja usai pindah kerja di sebuah perusahaan yang ada di Dubai. MOJOK.CO

Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul

12 Juni 2025
ngopi di jogja, coffee shop jogja, mahasiswa baru.MOJOK.CO

Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.