Manchester United, Rumah yang Memeluk Cristiano Ronaldo

Rumah adalah sebuah nirwana di mana kamu akan selalu dimandikan afeksi dan dipuaskan cinta sejati. Manchester United akhirnya memeluk Cristiano Ronaldo lagi.

Manchester United, Rumah yang Memeluk Cristiano Ronaldo MOJOK.CO

Manchester United, Rumah yang Memeluk Cristiano Ronaldo MOJOK.CO

Cristiano Ronaldo adalah profesional sejati. Ketika tidak lagi merasa bisa “menemukan diri sendiri” di tempatnya berkarya, dia memilih pergi. Dia yang kembali ke Manchester United ini selalu ingin menang, menjadi yang terbaik, dan merasa diterima. Karya dan dedikasinya hanya untuk kemenangan dan kenyamanan.

Oleh sebab itu, ketika Manchester City menyatakan cintanya, Cristiano Ronaldo tidak perlu waktu lama untuk menerima pinangan tersebut. Dirinya tahu, seluruh dunia paham, bahwa City adalah rival abadi Manchester United. Sebuah klub yang membuat nama Ronaldo bergaung ke setiap sudut bumi. Namun, dia seperti tidak berkedip ketika menerima cinta City.

Saya yakin, Cristiano Ronaldo bukannya tidak mencintai United. Mungkin, bagi dirinya, Manchester United lebih terasa seperti rumah dibandingkan Real Madrid atau Juventus. Bahkan bukan juga Madeira. Sebuah tempat eksotis di sudut Portugal, di mana Ronaldo pernah tidak diinginkan ibunya.

Cristiano Ronaldo lahir dari pasangan Maria Dolores dos Santos Viveiros dan Jose Dinis Aveiro. Kondisi ekonomi pasangan ini terbilang menyedihkan. Ayah Ronaldo tidak punya pekerjaan tetap. Dinis pernah bekerja sebagai pedagang ikan, pemecah batu, tukang kebun, dan staf peralatan di sebuah klub lokal bernama CF Andorinha de Santo Antonio.

Dolores mengandung Cristiano Ronaldo di usia 30 tahun ketika kondisi keuangan keluarga semakin terpuruk. Dolores putus asa dan ingin menggugurkan jabang bayi yang kelak akan menggetarkan dunia dengan gol dan perayaannya yang ikonik.

Dolores berencana, Tuhan yang menentukan. Saat itu, tidak ada satu pun klinik di Madeira yang mau mengaborsi anak Dolores. Pasrah dan ikhlas, Dolores mengurungkan niatnya. “Kehamilan ini akan jadi kebahagiaan di rumah kami,” kenang Dolores.

Doa ibu memang doa yang ampuh. Doanya, disertai rasa ikhlas, dijawab Tuhan. Pada 5 Februari 1985, bayi dengan nama Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro lahir dan sisanya adalah sejarah….

Kata “rumah” yang disematkan Dolores ke dalam doanya mewarnai karier Ronaldo. Ketika Manchester City datang dengan tawaran cinta, Ronaldo memang menerimanya atas nama profesionalitas. Dia pasti tahu akan dibenturkan dengan sejarah gemilang ketika masih berseragam Manchester United. Namun, dia tidak terlalu ambil pusing. Kesetiannya ada kepada mereka yang memperlakukannya dengan baik.

Namun, sekali lagi, manusia yang berencana, Tuhan yang menentukan. Takdir Cristiano Ronaldo berbelok 180 derajat. Rumah kedua memanggil dan memeluknya dengan erat. Panggilan dari rumah disambut Ronaldo dengan suka cita. Tidak sampai hitungan jam, dia menyambut pelukan dari rumah dengan pelukan yang lebih erat.

Mungkin, bagi Ronaldo, rumah bukan sekadar bangunan tempat manusia berteduh dan berlindung dari terpaan cuaca ganas. Rumah adalah “mereka”, tentang narasi manusia yang hidup di dalamnya. Sekumpulan manusia yang akan menerimamu apa adanya, tanpa perlu berpikir, karena hanya penerimaan yang membuat rumah menjadi hangat.

Panggilan dari rumah itu diawali oleh Sir Alex Ferguson. Sosok legendaris yang dia sebuah sebagai “ayah kedua”. Bahkan mungkin, jauh di dalam hati Ronaldo, Sir Alex adalah ayah sebenarnya. Seorang ayah yang membantunya menjadi laki-laki dewasa, yang memberinya segala ilmu menjadi petarung, dan sosok ayah yang memberinya pengalaman mencecap rasa nikmat menjadi pemenang.

Sir Alex menjadi sosok penentu dari saga singkat ini. Bagi Cristiano Ronaldo, Sir Alex menempati posisi spesial di dalam lubuk hatinya. Ronaldo sangat terkesan ketika Sir Alex membela dirinya pada 2005. Ketika itu, Ronaldo pernah bersitegang dengan Ruud van Nistelrooy di lapangan latihan. Perhatian dan kasih yang ditunjukkan Sir Alex ketika ayah Ronaldo dipanggil Tuhan sangat berbekas.

Lalu Rio Ferdinand. Salah satu kompatriot terdekat Cristiano Ronaldo. Setelah itu Patrice Evra, lalu Bruno Fernandes. Semua menunjukkan afeksi yang sama. Semua siap memberi tempat terbaik untuk sebuah kepulangan yang fenomenal.

Rumah, bukan soal bangunan, tetapi cinta. Sebuah rumah boleh sudah penuh sesak dengan anggota keluarga lain. Namun, ketika “si anak hilang” kembali pulang, sebuah ruangan terbaik pasti disiapkan. Meski sesak, tapi kehangatan itu akan tetap diberikan.

Manchester United memang tidak membutuhkan striker lagi. Sudah ada pemain senior seperti Edinson Cavani hingga masa depan United sendiri, Mason Greenwood. United bahkan lebih membutuhkan gelandang bertahan, bukan striker lagi.

Namun, melihat anak kesayangan dipinang tetangga berisik tentu sebuah bencana. Oleh sebab itu, kepulangan fenomenal ini menemukan titik terang.

Saya merasakan sebuah ironi beberapa minggu terakhir ini. Terutama ketika kita bicara dua pemain terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Lionel Messi justru meninggalkan rumah karena rasa tidak nyaman yang sudah kadung merusak pondasi. Perlakuan presiden terdahulu dan kinerja manajemen yang sekarang membuat Messi tak bisa lagi menyebut Barcelona sebagai rumah.

Sementara itu, ketika berada dalam ketidakpastian, Ronaldo dipeluk dengan erat oleh cinta dari sebuah rumah. Dia diterima oleh manusia-manusia yang membuat rumah itu menjadi bermakna. Meski tak sempurna, sebuah tempat di mana dirimu menemukan ketenangan dan penghargaan akan selalu menjadi sebuah rumah.

Pada akhirnya, sebuah rumah memang bukan sekadar bangunan. Menemukan rumah terbaik adalah sebuah usaha sederhana untuk berlutut di depan kenyamanan, penerimaan, keikhlasan, dan rasa cinta yang terus-menerus diberikan meski kamu sudah pergi mengarungi dunia hampir seumur hidup.

Rumah adalah sebuah nirwana di mana kamu akan selalu dimandikan oleh afeksi dan dipuaskan oleh cinta sejati. Welcome home, Cristiano….

BACA JUGA Ke Manchester United, Cristiano Ronaldo Kembali Pulang? Atau Sekadar Usaha Mencari ‘Sengatan Listrik’ di Old Trafford? dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version