MOJOK.CO – Apakah Liga 1 Indonesia bisa memastikan para pemain, pelatih, hingga suporter patuh kepada protap kesehatan new normal? Mending dibatalin saja, lah.
Kalau saya tak salah terka, pada Jumat, 29 Mei 2020, status darurat nasional pandemi corona dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan berakhir. Itu kalau pusat, karena di beberapa daerah, status tanggap darurat diperpanjang sampai akhir Juni 2020. Misalnya yang terjadi di Yogyakarta.
Beberapa hari sebelum Jumat (29/5), wacana untuk kembali menggelar Liga 1 Indonesia mulai ramai. Apalagi setelah pemerintah gencar sekali berteriak soal “new normal”, di mana warga boleh beraktivitas lagi dengan penyesuain. Tentu saja yang dimaksud adalah penetapan protokol kesehatan yang harus dipatuhi.
Liga 1 semakin diharapkan untuk sepak mula lagi setelah Bapak Yasonna Laoly menegaskan kalau jajarannya harus siap bekerja di era baru, era new normal. “Kita sekarang ini perlu membudayakan hidup dalam kondisi masih adanya Covid-19. Maka protap dari protokol kesehatan mencegah Covid-19 harus tetap menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari di kantor, di rumah, di tempat-tempat Saudara bepergian,” kata Pak Yasonna.
Sepak bola, tentunya, masuk dalam konteks “membudayakan hidup dalam kondisi masih adanya Covid-19”, dong? Apalagi setelah Bundesliga sudah berjalan lagi. Sampai akhir minggu ini, belum ada masalah yang muncul. Dan di akhir Juni nanti, Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Serie A Italia juga akan sepak mula lagi.
Hasrat untuk melihat Liga 1 Indonesia kembali digelar di era new normal semakin kencang terasa. Mohon maaf, nih, sebelumnya. Buat para suporter, pemain, pelatih, hingga Bapak-Bapak penentuk kebijakan, kalau era new normal yang dipilih, Liga 1 Indonesia justru tidak bisa digelar. Kok bisa begitu?
Liga 1 Indonesia bisa menjamin protokol kesehatan dijalankan?
Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kembali ke logika masing-masing. Kita sama-sama jujur saja, seberapa disiplin, sih, orang Indonesia itu? Kalau hanya bicara orang per orang saja, masih mungkin tingkat kedisiplinan ditingkatkan. Namun, kalau yang bikin aturan saja tidak jelas dan tegas, saya yakin kedisiplinan itu cuma omong kosong belaka.
Ketika aturan PSBB diterapkan, jalanan memang sempat lengang. Namun, ya cuma bertahan beberapa hari saja. Ketika anak-anak “dirumahkan” tidak sekolah, seberapa disiplin orang tua mengawasi mereka? Anak-anak malah bermain di luar rumah, tanpa memahami social distancing, bahkan tidak pakai masker.
Apakah Liga 1 Indonesia bisa memastikan suporter yang datang ke stadion mematuhi protokol kesehatan? Kamu tentu bisa membayangkan, ada 10 ribu penonton datang ke stadion. Apakah staf di stadion siap menyambut 10 ribu orang? Apalagi saya yakin kalau kapasitas stadion 10 ribu, yang datang bisa sampai 12 ribu, kok. Kayak nggak paham saja.
Protokol kesehatan yang dimaksud di era new normal meliputi penggunaan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas. Stadion di Indonesia siap dengan protokol seperti itu? Liga 1 Indonesia bisa turut menjamin? Menjalankan kompetisi secara sehat saja sudah ngos-ngosan, apalagi menjalankan new normal yang “canggih” itu.
Lagipula, kenapa nggak herd immunity sekalian saja? Yang sehat silakan nonton ke stadion, berjubel dengan orang lain, sementara nanti kalau sakit ya silakan mati. Terkadang kita menyusahkan diri sendiri dengan susah payah menghias sebuah istilah. Basa-basi.
Solusi tanpa penonton ibarat mencekik diri sendiri
Tolong saya dikoreksi kalau salah: mayoritas klub di Liga 1 Indonesia sangat bergantung kepada pemasukan tiket pertandingan. Biaya operasional pertandingan, kita pukul rata saja ada di Rp100 juta. Sebagian besar, atau bahkan seluruh biaya operasional itu, ditutup oleh penjualan tiket pertandingan. Belum kalau ada calo. Wah, nggak kaget, sih.
Menggelar laga tanpa penonton bakal menyusahkan keuangan klub. Dari mana mereka mengganti biaya operasional itu? Subsidi dari Liga 1 Indoensia? Dari pemerintah? Nggak mungkin.
Itu baru dari sisi klub. Bagaimana cara Liga 1 Indonesia memastikan suporter tidak menyemut di luar stadion? Laga tanpa penonton, bagi banyak suporter, tidak berarti nonton bola dari rumah. Sering terjadi, mereka datang ke stadion, bernyanyi di luar pagar. Intinya mereka sangat sulit dikontrol apalagi tingkat kedisiplinan di Indonesia ya begitu.
Liga 1 Indonesia masih menyisakan banyak pertandingan. Sanggup bertahan di era new normal sambil menggelar pertandingan?
Rudy Kangdra, Direktur Bisnis PT LIB sudah mengingatkan kalau Liga 1 tidak mungkin lagi dijalankan. “Jika nantinya masa darurat bencana diperpanjang, kami akan mengikuti protokol dari pemerintah. Jadi, kompetisi sudah pasti batal, tidak lanjut,” kata Rudy dan saya sepakat.
Sepakat karena curva pandemi corona di Indonesia masih asyik menuju puncak. Tidak ada tanda-tanda turun dan melandai. Ya kecuali nggak ada rapid test lagi dan menyerahkan segalanya ke imun tubuh dan kehendak Tuhan YME. Lho, kalau begitu, herd immunity, dong? Kan, sudah saya bilang.
BACA JUGA Liga 1 dan Liga 2 Tetap Sepak Mula Ketika WHO Sarankan Darurat Virus Corona? atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.