MOJOK.CO – Euro 2020 Grup D | Kroasia vs Skotlandia | Skotlandia selalu bermain tanpa beban. Sebuah kondisi yang justru membuat mereka agak sulit dikalahkan.
Gilang Dejan: “Menyesalkah Zlatko Dalic Tidak Memanggil Marko Simic?”
Kalah dari Inggris, kemudian ditahan imbang oleh timnas yang duduk di urutan ke-40 peringkat FIFA bikin Kroasia paceklik kemenangan di Euro 2020. Hanya mencetak sebiji dan kebobolan dua gol cukup menarasikan betapa bermasalahnya lini depan Vetreni. Satu-satunya gol yang berhasil diciptakan justru datang dari Ivan Perisic, yang notabene bukan striker murni.
Keberadaan Andrej Kramaric yang dulu digadang-gadang sebagai titisan legenda Kroasia, Davor Suker, belum mampu membuat produksi gol tim ini meningkat. Kramaric memang fenomenal di tim muda Zagreb. Dia mencetak 450 gol semasa meniti karir di sana. Meski kemudian karier seniornya bagai roller coaster dari satu klub besar ke klub kecil, juga sebaliknya.
Kramaric memang kembali menemukan ketajamannya bersama Hoffenheim. Dari 145 laga, dia sukses menghimpun 77 gol. Namun, ketajamannya di level klub berbanding terbalik dengan performanya bersama Kroasia. Dari 55 kali tampil, dia baru mencetak 14 gol saja sejak memulai debut pada 2014. Pemain kelahiran Zagreb 1991 itu kembali menjadi tumpuan juru gedor Kroasia di Euro 2020. Namun, sepanjang fase grup, belum satu pun gol yang berhasil dia ciptakan.
Jika paceklik gol terus berlanjut ketika meladeni Skotlandia, sebuah penyesalan besar bagi Zlatko Dalic tidak memanggil striker haus gol bernama Marko Simic. Padahal, bomber Persija Jakarta itu pernah memproklamirkan rekor golnya kepada media Kroasia, Novilist. Bahkan Simic merasa lebih produktif dari Robert Lewandowski dan Erling Haaland dalam urusan mencetak gol.
Pada periode Juli-Desember 2019, dia menjadi pemain paling subur di dunia dengan 27 gol dari 28 laga. Sementara pada periode yang sama, Haaland menghimpun 16 gol dari 14 laga dan Lewandowski mengukir 19 gol dari 17 kali main. Meski jumlah laga lebih banyak sebab kompetisi di Indonesia bergulir lebih dulu ketimbang di Eropa kala itu, apa yang dipamerkan Simic bisa dipertanggungjawabkan.
Apalagi bila menilik satu fakta lain yang bikin Simic layak dipanggil Dalic untuk menjawab persoalan seret gol Timnas Kroasia saat ini. Simic masih bisa produktif walaupun hanya ditopang oleh lini tengah lokal seperti Sandi Sute, Riko Simanjuntak, dan Ramdani Lestaluhu. Bisa dibayangkan betapa tajamnya Simic bila mendapat servis dari para maestro selevel Modric, Kovacic, Brozovic, dan Perisic yang telah bermain solid bertahun-tahun di timnas Kroasia?
Rijal Fahmi: “Saatnya tampil Nothing to Lose tapi tetap spartan.”
Skotlandia akan menjamu Kroasia di laga terakhir grup C Euro 2020. Kemenangan wajib diraih Skotlandia apabila ingin lolos ke fase gugur. Namun, sama seperti Skotlandia, Kroasia juga mengincar kemenangan untuk lolos ke babak selanjutnya. Target untuk lolos ke babak gugur menjadi tuntutan tersendiri buat Modric dkk., apalagi status sebagai runner up Piala Dunia 2018 menjadi beban tambahan bagi mereka.
Beda dengan Kroasia yang tampil penuh beban ekspektasi, Skotlandia akan nothing to lose tapi tetap tampil spartan seperti 2 laga sebelumnya. Kalau menang dan lolos ya syukur, kalo nggak menang ya gapapa, setidaknya satu target Skotlandia di kompetisi ini sudah terpenuhi, yakni nggak kalah dari Inggris.
Peluang lolosnya kedua tim juga sangat bergantung kepada hasil negara lain, baik di grup sendiri, maupun dari grup lain. Kemungkinan lolos otomatis sebagai 2 tim teratas Grup D akan sangat bergantung kepada hasil Inggris melawan Ceko beserta gol yang mereka cetak.
Tapi, berdasarkan pengalaman di Piala Dunia kemarin, Inggris sempat bermain sedikit “ngerem” di laga terakhir grup lawan Belgia. Kalau “cocokloginya”, katanya biar dapet bagan yang lebih mudah di fase gugur. Meskipun pada akhirnya kedua tim kalah juga di semifinal dan dipaksa tanding ulang lagi secara serius di perebutan juara ketiga. Makanya jangan main curang, kena karmanya juga, kan.
Situasi pertandingan Inggris melawan Ceko sekarang pun sama. Kalau laga ini berakhir imbang, mereka berdua bakal lolos otomatis ke fase gugur. Kalau saya sih masih berusaha berpikiran positif, kalau Inggris belajar dari Piala Dunia kemarin, masa mau main mata untuk kedua kalinya, sih.
Kalaupun pada akhirnya pertandingan Inggris melawan Ceko berakhir imbang, Skotlandia dan Kroasia masih bisa lolos dengan berharap ke hasil peringkat ketiga dari grup yang lain untuk lolos menjadi salah satu dari 4 peringkat ketiga terbaik.
Ribet bukan prosesnya? Makanya, Skotlandia akan main lepas tanpa beban supaya mampu mengeluarkan potensi terbaik, setelah itu tinggal berharap pesugihan Loch Ness yang menghasilkan keberuntungan sejak babak playoff. Karena kalau kata pepatah mah, yang penting manusia sudah berusaha, untuk urusan hasil akhir, serahkan saja ke bandar judi… eh Tuhan maksudnya.
BACA JUGA Finlandia vs Belgia: Panduan Judi Bola Paling Dasar dan ulasan Euro 2020 lainnya.