MOJOK.CO – Unjuk nyali besar yang ditunjukkan Conter dengan Inter Milan dan Lampard dengan Chelsea adalah sumur inspirasi untuk kita semua.
Beberapa hari yang lalu, Christian Pulisic terlihat sangat kesal ketika dirinya ditarik keluar oleh pelatih timnas Amerika Serikat. Pemain muda milik Chelsea itu memang tengah berada dalam periode buruk. Menit bermain Bersama Chelsea masih terbatas, kesempatan untuk membela timnas pun tidak penuh dia dapatkan.
Musim lalu, Romelu Lukaku dibuat frustasi ketika masih berseragam Manchester United. Kekuatan yang dia tunjukkan ketika masih berseragam Everton seperti lesap begitu saja. Kekuatan itu masih ada, tetapi sangat sulit ditemukan kembali. Seret gol dan rendahnya kepercayaan diri membuat nama Lukaku tak lagi dipertimbangkan sebagai salah satu striker berbahaya di Liga Inggris.
Liga Champions pekan ketiga. Chelsea dijamu Ajax Amsterdam. Pertandingan tinggal menyisakan kurang dari 30 menit saja ketika Frank Lampard memasukan Pulisic. Meski hanya bermain selama kurang dari 30 menit, Pulisic menjadi pemain yang paling banyak membuat peluang. Salah satunya menjadi asis bagi gol kemenangan Chelsea yang dicetak Michy Batshuayi.
Serie A hingga pekan kedelapan, Lukaku seperti menemukan kembali kekuatannya yang pernah lesap. Raut wajahnya pun terlihat hidup, lebih menikmati kehidupan di kota Milan ketimbang Manchester. Lukaku sudah menemukan kembali nikmatnya mencetak gol berkat keberanian seorang Antonio Conte.
Cerita pembuka di atas adalah apresiasi jujur saya untuk Lampard dan Conte. Atas keberanian mereka, Chelsea dan Inter Milan bisa menerobos kesulitan masing-masing. Nyali yang mereka unjukkan selama ini menjadi sumur inspirasi bagi siapa saja yang berada di dalam skuat. Memberi gambaran nyata akan kesempatan yang terbuka lebar.
Nyali Lampard dan Conte, inpirasi Chelsea dan Inter Milan
Maurizio Sarri memutuskan angkat kaki dan Chelsea tidak boleh melakukan pembelian pemain selama musim panas. Sangat sedikit pelatih berkaliber besar yang mau menerima tantangan melatih klub dengan keadaan seperti ini. Jika ada yang bersedia, dia adalah pelatih dengan pengalaman minim, tapi punya nyali, dan menyimpan rasa cinta yang kuat. Atau mungkin gabungan ketiganya?
Memang gabungan ketiganya. Semuanya semakin terlihat ada dalam diri Lampard. Hanya bisa mengandalkan pemain akademi, mantan pemain akademi West Ham United ini tidak gentar. Keberanian Lampard juga cerminan keberanian klub karena untuk kali pertama setelah bertahun-tahun, The Blues mau mengandalkan pemain lulusan akademi sendiri.
Perlu menjadi catatan, akademi Chelsea adalah salah satu “sekolah” penghasil pemain muda potensial. Sayangnya, tuntutan yang tinggi dan uang melimpah membuat siapa saja yang melatih memilih berbelanja untuk mengejar “prestasi”.
Tammy Abraham, Reece James, Mason Mount, dan Fikayo Tomori diberi panggung. Mereka menyusul melengkapi komposisi Pulisic, Kovacic, dan Ross Barkley sebagai pemain muda yang bergantian dimainkan Lampard. Hasilnya? Chelsea menjadi klub pertama yang menang di kendang Ajax, bahkan tidak kebobolan.
Bergeser ke Inter Milan, beberapa pemain baru datang. Apa yang ingin dikejar oleh Conte ketika gerbong “pemain buangan” mulai datang? Apakah uang banyak yang sudah dibelanjakan oleh Conte akan berhasil?
Menabrak semua anggapan miring, tak memedulikan naras-narasi negatif dari media, Conte menunjukan nyalinya dengan memberi kesempatan kepada Lukaku dan Alexis Sanchez. Dua pemain buangan, yang kebetulan sama-sama gagal dimaksimalkan oleh Manchester United. Sebuah peringatan bagi siapa saja untuk berpikir dua kali untuk membela United, bukan?
Lukaku seperti bisa “masuk ke dalam skuat” Inter Milan dengan mudah. Seperti potongan puzzle yang hilang dan ditemukan kembali. Masuk dengan mulus. Duetnya dengan Lautaro Martinez menjadi duet yang serasi, saling melengkapi. Dua pemain dengan tipe berbeda, tetapi dengan kesepahaman hati yang sudah saling berpilin hanya dalam waktu singkat.
Hasilnya? Inter Milan bermain sangat baik di ajang Liga Champions. Mereka memang kalah dari Barcelona. Namun, orang waras yang bersih hatinya tahu kalau berkat Conte, Inter Milan bisa bermain sangat rapi, disiplin, determinasi tinggi, serasi, dan tangguh. Jika lebih klinis di depan gawang, bisa jadi Inter Milan yang tertawa, Barca menangis.
Kesempurnaan kembali ditunjukan oleh Conte ketika Inter Milan menjamu Borussia Dortmund. Mereka menang dengan skor 2-0. Selain skor klasik yang tercipta, satu hal yang menarik adalah keberanian Conte memberi kesempatan kepada pemain muda, sama seperi yang dilakukan Lampard Bersama Chelsea.
Ketika Lukaku tidak bermain maksimal, Conte bertindak dengan cepat. Ia mengganti Lukaku dengan Sebastiano Esposito. Melawan Dortmund adalah debut bagi Esposito. Dia baru berusia 17 tahun!
Nyali Conte untuk memberi kepercayaan kepada pemain berusia 17 tahun dibayar lunas. Esposito bermain penuh rasa percaya diri. Eksplosif, Esposito membuat Mats Hummels yang sudah kelelahan kesulitan mengantisipasi kecepatan Esposito. Salah satu akselerasi Esposito berbuah penalti. Sayang, gagal dieksekusi oleh Lautaro Martinez.
Nyali untuk percaya adalah modal bagi pelatih mana saja yang punya komposisi pemain muda. Pada titik tertentu, pemain muda hanya membutuhkan kesempatan bermain dan dorongan keberanian untuk menghadapi lawan yang lebih berpengalaman.
Conte Bersama Inter Milan dan Lampard Bersama Chelsea sudah berhasil sejauh ini. Keduanya perlu mendapatkan standing ovation untuk nyali besar mereka ketika menghadapi tantangan di depan. Sebuah sumur inspitasi bagi siapa saja yang menyaksikan unjuk keberanian keduanya.
BACA JUGA Kulit Baru Inter Milan: Menendang Icardi, Merangkul Lukaku dan Alexis Sanchez atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.