MOJOK.CO – Inter Milan dan Conte perlu waspada selalu. Bukan Juventus yang perlu mereka khawatirkan, tetapi Napoli dan “Napoli” yang akan senantiasa mengincar.
Empat pertandingan Serie A berjalan, Inter Milan duduk di puncak klasemen. Mereka yang Dihormati itu sukses mengumpulkan 12 poin. Artinya, skuat asuhan Antonio Conte sukses memenangi empat laga yang sudah berjalan. Saat ini, mereka unggul 2 poin dari Juventus. Bologna menguntit di peringkat ketiga.
Hmmm…sebuah pembuka yang tidak menarik.
Sama tidak menariknya dengan Derby Milan yang berat sebelah. Inter Milan menang dengan skor 2-0. Sebelum laga, narasi yang ada bukan “siapa yang menang”, tetapi berapa gol yang akan dicetak Inter Milan ke gawang AC Milan. Setelah menyelesaikan jendela transfer hingga tiga pekan Serie A berjalan, Inter Milan memang unggul segalanya dari AC Milan.
Mulai dari pembelian pemain, pemilihan pelatih, hingga ketika kamu mencermati cara bermain kedua tim. Di atas kertas dan di atas lapangan, Inter Milan terlihat sudah selesai dengan pemilihan skema bermain dan kohesi antar-pemain. Milan masih berkutat di pertanyaan, “Kok Biglia terus yang main, bukan Bennacer?” atau “Kapan Giampolo akan mencoba skema 4-3-1-2 andalannya dan menepikan Suso?”
Maka tidak heran ketika Inter Milan mampu mengalahkan Milan dengan skor yang terlihat nyaman. Brozovic dan Romelu Lukaku menjadi pencetak gol. Lini belakang yang dijaga oleh Milan Skriniar, Diego Godin, dan Stevan De Vrij juga tampil prima. Lini tengah mendominasi dan mereka punya banyak cara untuk membuat peluang.
Setidaknya, di Serie A, hingga pekan ke-4, Inter Milan terlihat “begitu besar”. Mereka yang punya segalanya untuk menggoyang dominiasi Juventus. Memang sudah saatnya Juventus “istirahat juara” dulu. Delapan kali juara beruntun bagus untuk catatan sejarah, tetapi kurang ideal untuk kesehatan kompetisi Serie A sendiri.
Melihat tingginya kualitas yang bisa dibangun Conte dalam waktu singkat, prediksi juara Serie A pun mengerucut ke dua klub saja; Juventus dan Inter Milan. Dua tim ini memang dalam satu level, di mana keduanya bisa saling mengalahkan. Namun, melihat bagaimana Juventus juga belum menemukan stabilitas yang bikin mereka ngeri betul, Inter Milan masih sulit disikat.
Bisa jadi Juventus yang malah akan terjungkal di hadapan determinasi dan kreativitas Conte. Lo Spirito Juve yang akan lebih banyak berbicara ketika keduanya bertemu. Toh di atas lapangan, keduanya sudah selesai dalam hal pemilihan pemain dan cara bermain.
Oleh sebab itu, yang bisa mengalahkan Inter Milan, mungkin bukan Juventus, melainkan Napoli dan “Napoli”. Kok ada dua “Napoli”?
Napoli sebagai klub, yang diasuh oleh Don Carlo Ancelotti bukan tim “biasa”. Meski tidak lagi seagresif ketika masih dilatih Sarri, Napoli tetap tim yang kompleks dan bisa menyulitkan siapa saja. kompleksitas Napoli terlihat dalam aspek fleksibilitas cara bermain. Ancelotti bukan Sarri, yang menggeber terus agresivitas tim siapa pun lawannya.
Napoli sebagai klub adalah sebuah tim yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi di atas lapanga. Mereka bisa mengatur tempo. Kapan harus melambatkan transisi menyerang dan kapan harus menekan lawan menggunakan garis pertahanan yang tinggi seperti ketika melawan Liverpool di Liga Champions.
Napoli di bawah Don Carlo seperti Liverpool asuhan Jurgen Klopp dua musim terakhir. Mereka tak melulu agresif, tetapi bisa mengontrol lawan menggunakan tempo dan possession. Pengalaman Don Carlo dan keberanian meninggalkan “sepak bola indah” identitas Napoli dulu bisa menjadi tombak berbahaya bagi Inter Milan.
Nah, “Napoli” dengan kutip ganda adalah kata ganti untuk “kecurangan”. Indonesia mengenal istilah “menjonru” sebagai kata ganti “fitnah”. Nah, di Serie A, kata “Napoli” bisa kamu gunakan sebagai kata ganti “curang”.
Sudah dua kali Napoli mendapatkan penalti penting lewat diving, yaitu ketika melawan Fiorentina dan Liverpool. Kalau Juventus yang melakukannya, pasti media sosial sudah jebol dan semua fans klub sudah mengolok-olok. Fans Milan dan Inter Milan pasti jadi pemimpin parade olok-olok itu. Kenapa Napoli tidak mendapatkan perlakuan yang sama? Dasar kalian jahat.
Kecurangan yang bisa mengganggu laju Inter Milan terjadi di luar dan dalam lapangan sepak bola. Kecurangan di luar lapangan, misalnya, kultur rasis (dan fasis) beberapa orang Italia. Lukaku sudah jadi korban ketika diolok-olok oleh fans Cagliari.
Gobloknya, otoritas Serie A tidak memberikan hukuman kepada Cagliari. Makin goblok ketika ultras Inter Milan malah membela tingkah rasis fans Cagliari, alih-alih membela Lukaku. Tingkah rasis juga dilakukan oleh salah satu komentator ketika bilang: “Salah satu cara menghentikan Lukaku adalah dengan melempar 10 buah pisang ke arahnya.”
Sampai saat ini, Lukaku masih bisa “santuy” bahkan mencetak gol ke gawang Milan. Bagaimana jika tingkah rasis itu terjadi sepanjang musim? Tidak heran apabila Lukaku, striker penting Inter, akan memilih hengkang. Ketika hengkang, Inter Milan tidak bisa dengan mudah dapat pengganti. Striker yang mahal sekaligus cepat beradaptasi.
Kecurangan, atau “Napoli” di dalam lapangan ya seperti diving contohnya. Penalti bukan hanya mengancam tim dari sisi gol. Penalti, yang didapat dengan cara “Napoli” dan tidak direspons wasit, bisa menyerang psikologis pemain dan pelatih. Apalagi ketika “Napoli” itu terjadi di laga-laga penting, memperebutkan poin yang juga sangat penting.
Oleh sebab itu, Inter Milan dan Conte perlu waspada selalu. Bukan Juventus yang perlu mereka khawatirkan, tetapi Napoli dan “Napoli” yang akan senantiasa mengincar.
BACA JUGA Kulit Baru Inter Milan: Menendang Icardi, Merangkul Lukaku dan Alexis Sanchez atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.