MOJOK.CO – 10 menit yang menjanjikan, yang dirancang dengan baik oleh Mikel Arteta, dirusak oleh 2 sebab yang berbeda. Memang, Arsenal itu “kasihan banget”.
Mesut Ozil sering dikritik ketika menunjukkan gesture “malas” atau “kesal”. Padahal, rata-rata jarak yang ditempuh pemain asal Jerman itu di sebuah pertandingan menyentuh 11 kilometer. Sama sekali bukan wujud pemain malas. Nah, jika Ozil kena kritik karena alasan seperti itu, apakah Aubameyang juga bakal kritik yang sama?
Hampir, atau bahkan di semua tulisan, saya selalu memuji dan menunjukkan respek penuh kepada Aubameyang. Atas semua kerja keras dan kualitasnya menjadi penentu sebuah pertandingan, saya rasa pujian kepada dirinya adalah hal yang layak. Namun, sebagai fans “yang berusaha melihat”, performa Aubameyang ketika Arsenal kalah dari Manchester City harus diberi kritikan keras.
Lalu muncul David Luiz….
Pemilihan pemain Arsenal
Mikel Arteta menurunkan komposisi pemain yang terbilang “menarik”. Tidak ada Mesut Ozil di sana dan Shkodran Mustafi berduet dengan Pablo Mari. Bukayo Saka mengawali laga dari sisi kanan. Eddie Nketiah menjadi pilihan pertama untuk bermain sebagai nomor 9. Ketika laga berjalan, skema yang terlihat adalah 4-3-3. Dan di awal laga, Arsenal bermain cukup rapi.
Rencana Arsenal, bisa dibilang cukup menarik. Arteta merancang, setidaknya, timnya bisa menekan City sejak lini pertama. Ketika pressing gelombang pertama bisa dilewati, di lapangan tengah dan dibantu dua bek sayap, Arsenal bisa mencegah City terlalu mendominasi. Di atas kertas, rencana Arteta terlihat menjanjikan.
Pemilihan pemain dan pendekatan ini juga menjadi semacam justifikasi bahwa meninggalkan Mesut Ozil bukan pilihan yang buruk amat. Ozil, satu-satunya pemain Arsenal yang bisa menghubungkan lapangan tengah dan depan, pemain yang paling banyak membuat peluang padahal hanya tampil SATU KALI sebelum November 2019 itu “diistirsahatkan” dengan alasan teknis.
Jika, dan hanya jika, Arsenal bermain dengan cara dan intensitas yang sama seperti 10 menit awal pertandingan, bisa saya tegaskan kalau Manchester City tidak akan mendapatkan kemewahan dominasi lapangan tengah. Mikel Arteta, bisa dibilang bisa membaca dan menemukan cara untuk membantu Arsenal di big match kali ini.
Namun, sepak bola profesional memang semacam hewan buas yang sangat menuntut. Sekali kamu kehilangan konsentrasi dan kemauan keras untuk bertahan hidup, hewan buas itu akan menerkam dirimu bulat-bulat. Dan itulah yang terjadi kepada Arsenal. Pada titik tertentu, saya setuju dengan kawan saya, seorang analisis internasional, Petrick Sinuraya, bahwa Arsenal memang “kasihan banget”.
Pertama, cedera. Cedera merenggut dua pemain penting dalam sistem ini: Granit Xhaka dan Pablo Mari. Dua pemain berkaki kiri yang menjadi jaminan dari ketiadaan Ozil. Dua pemain dengan kemampuan di atas rata-rata, menjadi semacam solusi untuk mensirkulasikan bola dari lini sendiri.
Cedera memaksa Arteta menurunkan David Luiz menggantikan Mari. Pada awalnya, duet David Luiz dan Mustafi diprediksi akan mengawali laga. Namun, justru Pablo Mari yang mendapat jatah. Kenapa?
Ada banyak asumsi yang muncul. Mulai dari konsentrasi David Luiz yang tidak lagi optimal karena kontraknya tinggal menyisakan 2 minggu lagi. Hingga analisis bahwa Arteta hanya akan menurunkan mereka yang menunjukkan kesungguhan di lapangan latihan. Dan, yang terjadi adalah asumsi pertama. Konsentrasi David Luiz mungkin sudah tidak di lapangan, tetapi meja perundingan, baik kontrak baru dengan Arsenal atau dengan klub lain.
Alasan kedua, ada pemain yang tidak “into it” dengan pendekatan Arteta dan kamu sudah tahu siapa. Aubameyang, seperti hantu di lapangan. Dia ada di sana, tetapi tidak terasa. Dan satu pemain tidak “into it” ke sebuah taktik, seluruh pemain merasakan dampaknya.
Pendepatan Arteta menuntut pemainnya untuk bergerak secara dinamis melakukan pressing. Dua penyerang di sisi lapangan, seharusnya sadar dengan tugas bertahan. Membantu dua bek sayap yang pasti banyak dicecar oleh penyerang sayap Manchester City. Saka, sudah lumayan menolong Hector Bellerin. Di kiri, Tierney tidak dilindungi Aubameyang.
Kebetulan, setelah David Luiz masuk dan Aubameyang kehilangan kekuatan kakinya, banyak peluang muncul dari sisi kiri pertahanan Arsenal. Ada akibat, tentu ada sebab. Jika satu pemain tidak patuh dengan tugas pressing, yang namanya passing lane akan tercipta dengan sangat mudah.
Manchester City sangat jago memanfaatkan jalur umpan diagonal. Padukan dengan pergerakan pemain ketika melihat ruang tersedia, kamu akan mendapatkan sebuah tim yang terlihat sangat mudah membuat peluang. Pertukaran posisi dan aliran umpan yang lancar membuat City hampir selalu mudah melakukan cut back dari tepi lapangan bagian atas (by line).
Silakan cari cuplikan gol-gol City tiga musim ke belakang. Cut back dan ruang diagonal adalah tujuan mereka ketika menciptakan ruang di belakang pertahanan lawan. Aksi ini hanya bisa dicegah jika lawan mau berlari lebih jauh dan bergerak lebih cepat. Ditambah, Peter Drury, komentator laga, menambahkan unsur disiplin ke dalam bahan-bahan yang dibutuhkan.
Lalu, setelah ini mau apa?
Setelah jeda kompetisi dan melihat 10 menit awal laga, saya optimis dengan cara melatih Arteta. Kalau fans Arsenal punya akal sehat dan kejiwaan yang sehat, seharusnya bisa melihat potensi di sana. Potensi yang sempat membuat David Luiz menjadi bek tengah yang lebih baik sejak Arteta menjabat.
10 menit awal laga juga menjadi gambaran keyakinan saya bahwa jika Aubameyang akhirnya hengkang, Arsenal akan baik-baik saja. Arteta sangat menghargai mereka yang mau bekerja keras. Etos kerja dan mental untuk menang itu akan menentukan di masa depan, tidak lagi soal “siapa” tetapi “bagaimana”.
Untuk fans Arsenal yang langsung skeptis dan menghakimi Arteta adalah pelatih “nggak jelas”, izinkan saya mengutip lirik milik Lily Allen:
Fuck you
Fuck you very, very much
‘Cause we hate what you do
And we hate your whole crew
So, please don’t stay in touch
Terima kasih
BACA JUGA City vs Arsenal: Fans Liverpool Jangan Terlalu Berharap, Tahu Sendiri Arsenal Gimana atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.