MOJOK.CO – Galih Ginanjar gagal move on sama mantan istri, ya? Kok sampai harus ngelakuin revenge porn?
Bukankah hubungan seks itu dikatakan sebagai sebuah hubungan intim karena dianggap saking sakralnya hubungan tersebut? Lantas, ketika hubungan tersebut diumbar-umbar ke orang lain bahkan ditayangkan pada publik, itu maksudnya apa? Apalagi, kalau diumbar-umbarnya sambil mengolok-olok pihak lain.
Sebetulnya yang lagi ngumbar-ngumbar ini pengin pansos atau karena memang kekurangan konten, sih? Nggak sadarkah, kalau hubungan seks itu dilakukan dengan consent? Dengan kepercayaan satu sama lain. Begitu pula soal bagaimana seharusnya privasi itu tetap terjaga?
Akun Youtube Rey Utami dan Benua dalam Mulut Sampah-nya, mengundang Galih Ginanjar—mantan pesinetron yang sekarang kayaknya udah jarang-jarang muncul di TV. Kayaknya loh, ya. Dalam tayangan tersebut, “ceritanya” mereka berdua sedang berbincang, bergosip, dan curhat yang fokus membahas soal hubungan pribadi Galih Ginanjar khususnya kehidupannya dengan mantan istrinya dulu.
Sebetulnya, saya nggak peduli-peduli amat dengan apa yang mereka bicarakan. Toh, nggak ada pengaruhnya juga bagi kehidupan saya. Namun, yang membuat saya merasa pengin ngaplok, ketika si Galih Ginanjar dengan penuh jumawanya bersyukur memiliki pasangannya yang sekarang. Selain setia dan bla-bla-bla, dia juga sangat memuaskannya di ranjang. Oke, saya masih tidak masalah sampai di sini. Meski deskripsi yang diberikan sudah cukup berlebihan. Toh, istrinya juga sudah mengkoar-koarkannya sendiri sebelumnya di media: tentang kehebatan mereka di ranjang.
Tetapi, ketika di kalimat-kalimat selanjutnya Galih Ginanjar mulai membanding-bandingkan hubungan ranjang tersebut dengan mantan istrinya, sungguh… smh~
Selain itu, dengan tanpa keragu-raguan macam apa pun, Galih menyebut kalau miss V milik mantan istrinya seperti ini seperti itu. Bahkan dia dengan mantapnya, menyamakannya dengan (((ikan asin))). Hal ini keluar dari mulut Galih Ginanjar setelah Rey Utami bilang,
“Udahlah ini kan obrolan dewasa, lo kan juga udah married. Jadi Barbie (istri Galih Ginanjar yang sekarang) ngomong dia itu kan tiga jam. Nah lo sama mantan lo gitu juga nggak?” Maaf nih, Mbak Rey? Yakin sampeyan menanyakan sesuatu yang sama sekali nggak butuh untuk diulas, semacam ini?
Jelas, di sini Galih sudah melakukan revenge porn. Di mana, sesuatu yang seharusnya menjadi konsumsi pribadi, dengan begitu ngawur-nya dibicarakan di depan umum. Tanpa ada persetujuan apa pun dari mantan istrinya. Hanya untuk menjatuhkan citra diri mantan istrinya dan menunjukkan bahwa dia menjadi pihak yang sungguh kasihan dalam hubungan tersebut.
Memang, semua orang bebas mengutarakan apa pun pendapatnya di era yang sungguh terbuka dengan informasi ini. Tapi mohon maaf nih, apakah saat merencanakan tayangan ini, tidak ada proses di otak? Setidaknya membantu untuk memilah, manakah yang seharusnya ditanyakan dan dibicarakan pada orang lain? Dan manakah yang lebih baik disimpan saja?
Meskipun Galih Ginanjar berkali-kali bilang kalau dia merasa sangat beruntung dengan kehidupannya saat ini. Saya kok nggak yakin, ya? Okelah, ngomongin mantan memang suatu hal yang sensitif. Sering kali perpisahan yang disepakati masih saja melahirkan dendam. Sehingga, kalau diberi kesempatan dan dipancing-pancing untuk ngerasani mantan, ghirah-nya masih begitu kuatnya. Langsung semangat untuk membicarakan segala kejelekan perilaku mantan saat mereka masih bersama. Ntah, memang untuk melampiaskan banyak hal yang masih mengganjal. Atau sebetulnya, justru sebagai bentuk meyakinkan diri sendiri lagi dan lagi, kalau perpisahan yang terjadi kemarin bukanlah keputusan yang salah.
Iya, nggak apa-apa kok, curhat kalau memang masih sakit hati—meski ngakunya nggak, sih. Tapi nggak kemudian sambil direkam dan ditayangin ke Youtube juga, kan? Menceritakan rahasia yang pernah kalian jalin bersama, ke orang lain aja salah. Apalagi kalau sampai dipublikasikan segala.
Tayangan ini bukan hanya sekadar informasi yang terlalu vulgar untuk kami konsumsi. Akan tetapi, juga sangat tidak pantas untuk dikonsumsi. Membicarakan hubungan seks, seharusnya memang bukan menjadi hal yang tabu. Apalagi, pentingnya pendidikan seks semakin sering disuarakan. Namun, konten-konten revenge porn semacam ini, justru menjadikan hubungan seks seperti sampah. Pada akhirnya, tidak dapat memberikan “nilai” apa-apa. Kecuali hanya bikin citra buruk pihak lain.
Kalau konten-konten revenge porn semacam ini semakin banyak. Bayangkan saja bagaimana nanti dampak buruknya? Ya, buat yang sedang dibicarakan. Ya buat orang-orang yang nonton. Apalagi yang diomongin itu, ibu dari anaknya sendiri, loh. Bukankah aib keluarga harusnya disimpan rapat-rapat? Jika itu terkuak atau malah dikuak sendiri, bukankah ini sama seperti sedang menelanjangi diri sendiri? Jika dia bisa bersikap seperti ini pada mantan istrinya, tentu dia dapat bersikap yang sama pada perempuan lain yang mungkin saat ini sedang dia puja-puja.
Tidak hanya Galih Ginanjar saja yang omongannya butuh dipertanyakan. Namun, bagi saya, si penanya pun sama saja. Sebagai penanya, saya yakin Rey Utami pasti tahu betul ke mana arah pembicaraan tersebut. Dan bahkan, memang dia yang mengarahkannya dengan pertanyaan-pertanyaannya.
Sedihnya, Rey Utami justru begitu mudahnya tertawa-tawa, saat ada sesama perempuan yang menjadi korban revenge porn lelaki, bintang tamunya sendiri. Di mana letak empatinya sebagai sesama perempuan? Apalagi Rey sok tidak “habis pikir” dengan perilaku perempuan yang tengah dipergunjingkan tersebut. Hanya untuk terlihat sebagai perempuan yang lebih baik di mata orang lain. Aduh, sempat-sempatnya sindrom Ratu Lebah muncul di saat seperti itu.
Setengah jam lebih melihat video tersebut, kepala saya betul-betul jadi nyut-nyut. Begitu banyak penolakan dalam kepala saya “mendengar” obrolan mereka. Apa pun itu, postingan tersebut memang dibikin untuk di-bully. Membawa-bawa soal hubungan seks telah menjadi jalan viral paling mudah. Dan bodohnya, saya jadi salah satu yang menontonnya—bahkan kemudian membahasnya.
Jadi, wahai diri-diri yang menyebut dirinya content creator. Fyi aja, nih, begitu banyak hal yang bisa kalian ulas sebagai konten. Tolong, luangkan sedikit waktu untuk memberi kesempatan otak berpikir lebih waras. Seperti daripada ribet-ribet ngasih panggung buat Galih Ginanjar atau bahkan mengarahkannya untuk membicarakan hubungan seksualnya yang malah jadi revenge porn. Bukankah akan lebih berfaedah kalau kalian nggak posting apa-apa?