MOJOK.CO – Tentang budaya amplop kondangan dan alasan mengapa kita perlu menulis nama di sana.
Setiap kali mendapat undangan pernikahan, selain meratapi betapa semua teman-teman sepermainan sudah menikah sedangkan kitanya belum, perkara “ngamplop” pun menjadi perhatian tersendiri. Apalagi, dalam acara pernikahan, budaya ngamplop memang telah lumrah dilakukan. Yha, daripada ribet mikirin mau ngado apa, bukannya lebih simpel kalau kita ambil sebuah amplop dan menyisipkan uang ke dalamnya?
Menilik budaya ini lebih jauh, pada zaman dulu, tamu-tamu undangan kebanyakan hadir dengan membawa sumbangan berupa bahan makanan, mulai dari beras, tepung, gula, telur, hingga hasil perkebunan. Tradisi ini bahkan masih berlaku di beberapa tempat, khususnya di perkampungan.
Seiring berjalannya waktu, budaya ini berubah menjadi budaya ngamplop yang dirasa lebih mudah dan fleksibel. Namun begitu, baik memberikan bahan makanan atau uang dalam amplop, keduanya bertujuan sama: membantu keluarga yang menyelenggarakan hajat sebagai bentuk gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Aseeeek~
Naah, dari kebiasaan ngamplop ini, yang sering jadi perdebatan hanya satu: perlukah kita menuliskan nama kita pada amplop sumbangan alias amplop kondangan tersebut? Kalau perlu, untuk apa? Kalau nga perlu, kenapa sih emangnya?
Hmm. Jadi, begini loh, gaes-gaesku…
*jeng jeng jeng*
Sejak zaman sumbangan bahan makanan masih nge-hitz, ketahuilah baik-baik bahwa seluruh sumbangan tadi akan dicatat oleh tuan rumah secara detail.
Bukan apa-apa; proses pencatatan ini dimaksudkan agar tuan rumah dapat mengembalikan barang, minimal dengan jumlah dan besaran yang sama, jika kelak di masa depan pemberi sumbangan juga menggelar hajatan.
Semacam balas budi gitu loh, my lov~
Nah, karena tujuannya adalah menyumbang dan membantu, perkara menulis nama di amplop ini pun punya dua pandangan berbeda. Ada yang berpendapat bahwa semestinya kita tidak menuliskan nama di amplop atas dasar keikhlasan hati lahir dan batin. “Wong nyumbang kok ditulis namanya!” begitu pendapat mereka dari aliran anonim ini.
Di sisi lain, ada kelompok-kelompok orang yang dengan tegas akan mengambil pulpen dan menuliskan nama di amplopnya. Bagi mereka, penting bagi tuan rumah untuk mengetahui dari siapa amplop ini berasal. Tujuannya? Yha sama kayak yang tadi disebutkan: agar si penyelenggara kelak bisa membalas sumbangan ini.
Yang tidak kalah menarik dari perkara sumbang-menyumbang ini adalah kebiasaan-kebiasaan di sekitarnya. Pada beberapa acara pernikahan, ada yang memisahkan kotak sumbangan untuk orang tua mempelai dan untuk mempelainya sendiri. Tak hanya itu, ada pula panitia pernikahan yang meminta amplop kita sebelum dimasukkan ke kotak, untuk kemudian DIBUKA dan DIHITUNG nominalnya, lalu DICATAT.
Ya, ya, semuanya dilakukan di depan banyak orang, gaes~
Itu hanya soal budaya, tinggal situnya aja yang kaget atau nga. Yang jelas, keseluruhan kebiasaan ini memang bertujuan agar dana-dana yang masuk ke kotak tidak sekadar menjadi uang tanpa nama. Bagaimanapun juga, my lov, tuan rumah tentu punya keinginan untuk membalas sumbangan di kemudian hari.
Ta-tapi, masa iya saya harus nulis nama di sumbangan saya??? Emangnya saya nga ikhlas, apa???
Heeeey~~~
Ikhlas atau nga ikhlas sesungguhnya hanya misteri Illahi, kawan-kawan sekalian. Disebutkan dalam perbincangan Najwa Shihab dan abinya, Quraish Shihab, sesungguhnya Allah swt. mengizinkan kita menampakkan diri dalam bersedekah. Contoh sederhananya ya soal menuliskan nama di sumbangan ini. Kalau nga percaya, coba denger, deh, menit 5:30 sampai 6:48.
Masya Allah. Langsung adem dunia per-Mojok-an.
Sedikit trik, kalau menulis nama di amplop masih saja terasa berat karena terlalu “kelihatan”, bisa juga kita mengakalinya dengan menyisipkan kartu nama di dalam amplop. Simpel banget, kan? Yha, daripada harus habis 10 menit cuma buat nyari pulpen yang hilang secara misterius~
Tapi, pada akhirnya, semua kembali lagi pada masing-masing dari kita. Masih kekeuh nga mau nulis nama ya silakan, nulis juga nga papa. Yang harus diingat: nga perlulah kita nulis nama di amplop, sekaligus nomor KTP, IPK terakhir, nomor ijazah, riwayat pendidikan, dan riwayat pekerjaan.
HADEEEH, YAIYALAH! Itu amplop kondangan atau CV buat ngelamar kerja??!!