Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Versus

Harus Banget, ya, Menegur Grammar Bahasa Inggris Orang Lain?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
22 April 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau ada tulisan dalam bahasa Inggris yang salah sedikit saja, jangan-jangan para polisi bahasa bakal mulai membanting kamus Oxford di depan pintu kita semua. 

Ada suatu masa di SMP di mana saya dan teman-teman mendapat tugas untuk berkenalan dengan bule. Bagi kami , hal ini tentu cukup menantang—nggak tahu, deh, bagi bulenya gimana.

Saat itu, bahasa Inggris adalah hal yang paling saya sukai di dunia. Saya mencintai pelajaran ini 50 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan pelajaran lain. Itulah sebabnya, ketika teman saya bertanya pada si bule yang bernama Mark, “Could you please sign here?” dengan cara mengucapkan kata “sign” berbunyi “sin”, saya langsung merasakan gejolak yang bergemuruh di dalam dada.

Mark tampak kebingungan saat si kawan tadi menyodorkan kertas dan pulpen sembari menyebut-nyebut soal “sin”. Ya kalau dipikir-pikir, maksudnya apa coba??? Kita kudu mencatat “sin” alias dosa-dosa kita, gitu, di sana???

Saya gelisah, lantas ingin berbisik pada si teman untuk mengucapkan kata “sign” dengan lebih proper. Sayang, kami terpisah beberapa kawan—iya, ada cukup banyak siswa yang mengelilingi Mark untuk berkenalan. Terpaksa, saya hanya memandangi kebingungan Mark dari jauh, lengkap dengan wajah percaya diri teman saya tadi.

Tak berapa lama, Mark berkata, “Ahhh…. Sign! You want me to sign here, right?” Teman saya ngangguk-ngangguk, nggak tahu, deh, apakah sebenarnya ia mengerti atau nggak. Yang jelas, tercapailah sudah misi kami: mewawancarai bule sekaligus mendapatkan tanda tangannya.

Beberapa tahun kemudian, fenomena “sin” tadi berkembang di mana-mana. Bukan, bukan berarti teman saya terus melakukan kesalahan yang sama—hanya saja, ada lebih banyak “kesalahan” berbahasa Inggris yang kian akrab kita temui dari banyak pengguna media sosial.

Bahasa Inggris yang jelas-jelas bukan bahasa ibu kita telah didapuk menjadi bahasa internasional berkat berkuasanya Inggris sejak dulu kala, terlebih karena ia telah menjajah kurang lebih 90 negara di dunia. Selain menjadi salah satu materi pelajaran yang wajib kita kuasai, kepopuleran bahasa Inggris terpampang nyata dari penggunaannya dalam banyak kesempatan: caption Instagram, cuitan di Twitter, obrolan antarteman, dan lain sebagainya.

Nah, menyebalkannya, minat yang tinggi ini dibarengi pula dengan minat “polisi-polisi bahasa” dadakan untuk muncul.

Seberapa menyebalkannyakah “menyebalkan” itu? Yah, kalau dibayangkan, seandainya para polisi bahasa ini bertemu dengan teman saya semasa SMP dulu, mungkin mereka bakal langsung berteriak:

“Please, deh, ‘sin’ itu tuh bukan cara yang tepat untuk membaca ‘sign’, ya! Sini belajar pronunciation dulu sama saya, sebelum kamu malu-maluin orang Indonesia lagi di depan bule!”

Tapi, yah, tentu saja itu adalah perkiraan saya saja. Kalau dibilang terlalu kejam dan mempermalukan, ya mau bagaimana lagi? Nyatanya, dewasa ini ada saja orang-orang—bahkan akun—yang mendedikasikan diri untuk mengoreksi secara langsung caption yang ditulis dalam bahasa Inggris, kok.

Contohnya kaya ini. pic.twitter.com/Ai7wAShHCV

— Mariza (@iamMariza) April 16, 2019

Mengutip salah satu komentar di media sosial, teman saya mengulang sebuah penilaian dengan baik: pengoreksian grammar di dunia internet ini sepertinya mewakili salah satu dari dua hal penting: helping atau embarrassing.

Iklan

Kenapa helping? Tentu saja karena ia bertujuan membantu mereka-mereka yang masih “salah” dalam menggunakan bahasa Inggris, agar kemudian bisa menjadi “benar”—walaupun sepertinya tak ada standar bahasa Inggris “benar” yang disepakati seluruh dunia, mengingat bahasa Inggris saja memiliki banyak aksen!

Kenapa embarrassing? Karena, yah, bagaimana lagi kita harus menyebutnya, coba, kalau seseorang meng-screen-capture tulisan orang lain hanya untuk dibilang betapa semestinya mereka menggunakan bahasa Indonesia saja karena kemampuan bahasa Inggris yang terbatas?

Maksud saya, meski akun Instagram semacam English Busters memiliki poin-poin penting yang bisa kita pelajari dalam setiap penjelasannya, sering kali kita juga dibuat bertanya-tanya kenapa si pemilik akun tampak begitu “bernafsu mencari kesalahan” para influencer untuk kemudian diunggah agar semua orang bisa melihatnya.

Perilaku ini mengingatkan saya pada pengalaman bekerja sebagai editor buku selama dua tahun. Karena setiap hari kerjanya “mencari-cari kesalahan” dalam teks, saya jadi refleks suka memperbaiki kalimat orang. Kadang, dengan mengesalkannya, saya juga mengingatkan teman saya soal caranya mem-pronounce beberapa kata dalam bahasa Inggris yang mereka pakai dalam percakapan berbahasa campur-campur ala anak muda zaman sekarang.

Saya kira teman-teman saya maklum pada “penyakit” ini karena saya toh melakukannya tanpa ada maksud buruk apa pun. Siapa sangka, ada salah seorang yang kemudian mengaku pada saya bahwa ia kini jadi sedikit takut untuk berbicara bahasa Inggris di depan saya.

[!!!!!!11!!!!1!!!!!]

Ini, lagi-lagi, mengingatkan saya pada kejadian lain. Saya pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris SD dan SMP. Selain kelakuan anak SD dan SMP zaman sekarang yang kadang suka absurd, sumber kebahagiaan saya adalah ketika murid-murid ini memberanikan diri mengacungkan tangannya, atau berdiri dan maju ke depan kelas, untuk menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris.

Apakah grammar mereka sempurna? Nggak, tapi bagi saya bukan itu yang penting.

Fakta bahwa mereka berhasil mengalahkan ketakutan dan rasa minder bagi saya patut diapresiasi. Mungkin saya harus berpikir keras bagaimana cara membuat mereka memahami bedanya Verb 2 dan Verb 3, tapi yang penting mereka mau mencoba bicara dalam bahasa ini karena, percaya deh, mengajar di kelas yang muridnya diam semua itu sungguh membuat hati teriris khawatir.

Saya nggak tahu apakah pikiran semacam ini terlintas di kepala pemilik akun polisi bahasa dan netizen-netizen yang suka menjelma menjadi pengawas bahasa Inggris dadakan. Saya saja sudah cukup merasa bersalah karena seorang teman kini jadi harus merasa sedikit takut untuk berbahasa Inggris di depan saya.

Padahal, kalau mau diingat-ingat pada kasus Mark dan teman SMP saya, justru Mark sendirilah—si native speaker—yang tidak protes saat menyadari bahwa teman sayalah yang salah mem-pronounce kata “sign”. Konon, native speaker memang tak akan mempermasalahkan keabsurdan bahasa Inggris para non-native.

Lah, kalau gitu, kenapa kita yang repot, Surti???

Tapi tenang, saya tidak akan mengatakan akun semacam English Busters tidak berguna. Justru menurut saya, ia memberi ilmu lewat cara yang unik karena bisa menjadi authentic materials, alias kita bisa langsung mengamati bentuk kesalahan dari tulisan-tulisan asli.

Hanya saja, sekali lagi, ilmu yang lebih banyak memang mendatangkan tanggung jawab yang lebih besar. Kalau kita bisa mengingatkan dengan baik betapa kalimat seseorang tampak sangat ungrammatical, kenapa nggak dilakukan saja?

Yakin, nih, bahwa menyebarluaskan kesalahan seseorang adalah wujud dari proses helping—dalam hal mempelajari bahasa Inggris—bukannya mau embarrassing?

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: bahasa inggrisenglish bustersgrammarpolisi bahasa
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Kosakata Bahasa Indonesia Tidak Miskin, Bahasa Inggris Perampok MOJOK.CO
Esai

Bahasa Indonesia Miskin Kosakata Adalah Pandangan yang Terlalu Jauh di Tengah Pemujaan Bahasa Inggris yang “Merampok” Bahasa Lain

7 April 2024
Bahasa Campuran, Kemunculan dan Bentuk Kekerasan Simbolik Mojok.co
Kilas

Kemunculan Bahasa Campuran dan Bentuk Kekerasan Simbolik

6 September 2022
Menertawakan Kesalahan Ejaan Bahasa Inggris Orang Indonesia
Esai

Menertawakan Kesalahan Ejaan Bahasa Inggris Orang Indonesia

24 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.