MOJOK.CO – Sudah sejak lama kita tidak bisa menikmati sinetron sebagai mana mestinya. Kali ini ada sebuah tayangan yang bikin ngakak sampai terkencing dan perlu kalian intip: Gtlosiar. Empat bocah Gorontalo yang sungguh drama ini layak dapat apresiasi.
Rasanya sudah lama sekali sejak saya terakhir kali mengapresiasi sinetron dalam negeri. Saya justru makin nyinyir belakangan karena KPI masih nggak tau bedanya sinetron berkualitas dan tidak.
Bagi saya pribadi sinetron azab yang memperlihatkan pocong di mesin adukan semen adalah hal yang sungguh badut, layak jadi lelucon. Miris, karena aslinya mereka sedang dalam misi cari duit mendidik dengan menyuntikkan nilai agama. Mungkin sinetron memang nggak pernah menargetkan orang-orang seperti saya sebagai pasar mereka.
Tapi saya sungguh bahagia sejak mengetahui keberadaan channel YouTube Gtlosiar yang begitu menarik dan eksotis. Sebelum saya jelaskan lebih jauh, lihat dulu potongan adegannya berikut.
Seekor dajjal sedang bertengger di langit-langit tembok. Saya makin nggak ngerti, tapi bukankah komedi nggak perlu penjelasan? Yang jelas, ini bikin ngakak pol-polan. Selain itu, saya sungguh salut bocah-bocah ini sudah hafal ayat kursi. Teman saya ada yang baru ngafalin waktu kuliah, pun terpaksa karena kontrakannya angker. Intinya, seratus poin buat Gtlosiar, nol buat sinetron azab.
Selain drama hantu-hantuan yang nggak seram tapi malah lucu, ada juga drama dengan dialog ala sinetron dengan intrik pelakor. Saya akui ide ini cerdas banget dan malah bisa dibilang sarkasme buat mengejek sinetron yang pesan moralnya cuma marah-marah tok.
Produser sinetron bakal menangis jika menontonnya sampai habis. Tak perlu editing dan lighting yang sampai berjuta-juta itu, apalagi makeup dan wardrobe yang kalau dihitung cukup buat traktirin Pizza ke semua kru Mojok seminggu penuh. Biaya produksi dari setiap episode Gtlosiar bahkan kayanya nggak perlu dihitung. Cuma perlu kreatifitas dan spontanitas yang menggemaskan aja.
Kita semua punya masa kecil yang begitu polos dan lugu seperti bocah-boca di Gtlosiar. Masa di mana kita selalu main sandiwara. Bikin rumah-rumahan dari bantal, selimut, dan kain perlak. Membagi peran dengan teman-teman kita. Jadi orang jahat, orang baik, atau jadi orang tersiksa. Pakai properti seadanya seperti boneka, vas bunga ruang tamu, dan pajangan-pajangan di meja. Bahkan dialog yang kita lontarkan sangat natural, nggak perlu skenario. Jalan cerita ditentukan bersama-sama saat itu juga.
Masa itu benar-benar belum dipenuhi kemunafikan.
Sandiwara yang kita perankan semasa kecil adalah wujud perilaku imitatif sebagai anak yang mengenal drama dari televisi. Realitas di dalam tayangan sedang direka ulang dalam realitas sosial yang melibatkan kita sebagai peran utamanya. Bedanya, di saat saya kecil dulu, kamera dan media sosial belum populer.
Sekarang, permainan sandiwara asyik ini bahkan bisa direkam, diedit, diberi efek suara, diunggah ke media sosial, dan menciptakan tawa. Diakui atau tidak, sandiwara empat bocah yang dihadirkan Gtlosiar lebih mengasyikan untuk disimak karena formatnya begitu jujur dan nostalgic.
Di balik channel Gtlosiar ada seorang yang sangat berjasa. Dialah @aldyharip. Kalau boleh saya prediksi, dia menginisiasi channel YouTubenya dengan memanfaatkan bakat gemilang tetangga-tetangga ciliknya itu. Mas, teruskan ya videonya, saya terhibur banget.
Di tengah perang konten yang sejujurnya bikin stres nggak karuan, ada sebuah penyegaran begini. Lupakan sejenak teknik panning, cut to cut, hingga coloring di film dan video modern. Bahkan lupakan kualitas 4K. Kita semua terkadang tak butuh itu, cuma butuh sebuah komedi mengocok perut yang benar-benar dekat dengan keseharian.
Maka kawan-kawanku, dengan ini saya memberikan sebuah rekomendasi channel YouTube yang layak subscribe selain channel YouTube Mojok. Dialah Gtlosiar yang juga bisa kalian temukan di Instagram.
BACA JUGA Mendebat Orang Marah Lebih Sia-sia dari Mentraktir Jeff Bezos atau artikel lainnya di POJOKAN.