Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kampanye Kok Bawa-Bawa Nama Bapak, Memangnya yang Jadi Caleg Itu Kamu Atau Bapakmu?

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
11 November 2018
A A
bapak
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa waktu yang lalu, di beranda Facebook saya, banyak kawan yang nge-share postingan tentang foto spanduk kampanye seorang caleg bernama Romy Bareno Ilyas.

Foto spanduk tersebut cukup eye catching, foto si caleg yang pasang tampang merenges, lengkap dengan slogan yang sangat heroik: “Saatnya Hijrah”, serta ditambah dengan unsur yang sejatinya, paling menyita perhatian, yakni foto Karni Ilyas, dedengkotnya Indonesia Lawyer Clus, di belakang foto sang caleg.

Belakangan diketahui bahwa ternyata, si caleg ini adalah putra kandung Karni Ilyas. Anak kandung host bersuara berat ini usut punya usut ternyata memang maju sebagai caleg DPR RI Dapil Jabar VI (Depok dan Bekasi) melalui Partai Partai Amanat Nasional (PAN) nomor urut 3.

Keberadaan foto Karni Ilyas dalam spanduk kampanye Romy itulah yang kemudian mengundang perhatian banyak orang.  Di beberapa postingan foto spanduk kampanye tersebut, Romy banyak dihujat. Maklum, bagi banyak orang, membawa-bawa sosok bapak sebagai media kampanye memang dianggap sebagai hal yang cukup menyebalkan. Ia menjadi semacam bukti bahwa si caleg tidak percaya diri dan tidak yakin atas kemampuannya sendiri, sehingga merasa perlu untuk mencantumkan foto bapaknya yang sudah kadung kesohor dan punya nama besar.

Di Indonesia, hal seperti ini sejatinya memang bukan hal yang baru. Toh, di Indonesia ini, banyak orang yang selalu ingin tampil, tapi ragu dengan dirinya sendiri, sehingga ia merasa perlu mendompleng (untuk tidak menyebutnya sebagai memanfaatkan) nama besar orang-orang tedekatnya.

Jangankan dalam dunia kontestasi politik, dalam bermasyarakat pun, banyak orang yang merasa hebat hanya karena punya orangtua atau saudara orang penting.

“Bapak gue aparat, lo mau apa?”

“Gua anaknya X, sini kalau berani!”

“Bapakku dines neng polsek, rasah macem-macem!”

“Dsb…”

Dalam kontestasi politik, menggunakan nama besar orang terdekat sebagai alat pengerek elektabilitas adalah salah satu cara yang sangat kuno, norak, namun sayangnya, kerap terbukti ampuh.

Anak menggunakan kebesaran nama bapak tentu sah-sah saja, sebab ia memang tidak melanggar aturan kampanye. Jangankan anak membawa nama bapak, lha wong bapak membawa nama anak saja juga ada.

Dulu, Rafflyn Lamusu sewaktu nyaleg lewat Partai Peduli Rakyat Nasional untuk DPRD Kota Gorontalo pada 2009 lalu, ia juga menebeng nama besar anaknya. Di spanduk kampanyenya, tertulis “Rafflyn Lamusu, Papanya Cyntya Lamusu”.

Bukan hanya hubungan anak-orangtua, hubungan cucu-kakek pun tak ketinggalan.

Iklan

Di kampung halaman saya sendiri, Magelang, salah satu cucu Jenderal Sarwo Edhie melakukannya. Ia memasang spanduk untuk mempromosikan dirinya sebagai seorang politisi dengan mendompleng nama besar kakeknya.

“Cucu Sarwo Edhie Wibowo”, begitu tulisan yang terpampang dalam banner bertebaran di berbagai pelosok Magelang.

Kita sebagai seorang pemilih tentu saja dongkol dengan fenomena yang demikian. Sebab, seorang anggota legislatif seharusnya dinilai dari kinerja dan kapasitasnya sebagai seorang politisi, bukan berdasarkan dia anak siapa atau saudaranya siapa.

Rasanya memang tak ada yang lebih tepat selain tidak memilih orang-orang seperti itu, orang-orang yang dengan ringannya menggunakan nama besar orangtua atau saudaranya sebagai bahan kampanye.

Masyarakat butuh sosok-sosok yang percaya diri pada kemampuannya, bukan sosok yang manja dan suka membawa-bawa nama besar orang terdekatnya.

Contohlah Jokowi, yang setiap kampanye tidak pernah mendompleng nama besar Kaesang atau nama besar Ibu Iriana…

Lak yo begitu, tho?

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2018 oleh

Tags: calegkampanye
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
prabowo subianto gerindra jatah 3 menteri pertahanan
Kampus

Cerita Mahasiswa UNAIR Anak Caleg Gerindra Lulus Cepat agar Bisa All Out Bantu Bapak Kampanye

14 April 2024
Derita caleg gagal di Wonogiri.mojok.co
Liputan

Caleg di Wonogiri Alami Gangguan Jiwa dan Terlilit Utang Ratusan Juta karena Kalah di Pemilu

7 Februari 2024
langkah kuda baliho caleg
Video

Seluk Beluk Desain Visual Baliho Para Calon Legislatif di Jogja, Dari yang Unik Sampai yang Ambyar!

3 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

9 Desember 2025
Gaji Rp2 jutaan pekerja pabrik Rembang ludes di awal bulan demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor MOJOK.CO

Gaji Cuma Rp2 Juta Ludes di Awal Bulan demi Sewa LC, Judi Slot, dan Modif Motor. Biarkan Orang Tua Merana

10 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.