Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jogja dalam Lima Babak

Anick HT oleh Anick HT
5 Februari 2018
A A
Boikot_film_umat_Mojok

Boikot_film_umat_Mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Jangan sampai jargon Jogja berubah menjadi The City of Intolerance.”

Babak 1

Sebagai hadiah karena telah mengalahkan Aria Penangsang, Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir, raja Pajang) memberikan satu wilayah yang disebut sebagai Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan. Pemberian Alas Mentaok ini sekaligus menjadi penanda bermulanya misi syiar Islam ke wilayah baru.

Ki Ageng Pemanahan membangun sebuah langgar kecil setelah menemukan mata air yang berasal dari sebuah pohon beringin. Putranya, Panembahan Senapati Sutawijaya, lalu melanjutkan syiar Islamnya dengan membangun masjid yang lebih besar.

Dalam perjalanan membawa kayu jati dari Cepu dan Blora, bertemulah rombongan itu dengan komunitas Hindu di satu daerah. Omong punya omong, serombongan anggota komunitas Hindu juga tertarik untuk hidup di wilayah baru dan bersepakat mengikuti rombongan tersebut. Jadilah Masjid Mataram, sebuah masjid dengan dua identitas yang melekat: bangunan utamanya bercirikan Islam dan Jawa; sementara bangunan luar, yakni gapura dan pagar tembok yang mengelilinginya bercirikan Hindu, lengkap dengan patung tolak bala ala Hindu di atas gapura.

Sampai hari ini kita tahu, gapura Masjid Mataram adalah gapura dengan ciri Hindu. Masjid ini menjadi simbol kerukunan dan perkawinan tiga kultur: Islam, Jawa, dan Hindu.

Cerita singkat ini saya dengar dari Pak Warisman, Takmir Masjid Mataram yang berlokasi di Kotagede, Yogyakarta, pagi 28 Januari 2018. Sungguh pagi yang indah.

Babak 2

Memperingati 32 tahun berdirinya, Gereja Santo Paulus Pringgolayan hendak menggelar bakti sosial di rumah Kasmijo, Kepala Dusun Jaranan, Banguntapan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Tanpa dinyana, sebelum acara dimulai sejumlah pemuda masjid dan ormas yang mengatasnamakan Islam mendatangi lokasi bakti sosial yang baru akan dimulai.

Tiga ormas kesohor ambil bagian dalam penolakan tersebut: Front Jihad Islam (FJI), Forum Umat Islam (FUI), dan Majelis Mujahidin Indonesia. Alasannya, mereka menganggap bahwa acara ini adalah bagian dari upaya kristenisasi.

Penolakan ini terjadi pagi 28 Januari 2018. Sungguh sepotong pagi yang menggelikan.

Babak 3

Tiga hari berikutnya.

Ditanya seorang wartawan, Sultan Hamengku Bawono X, penerus langsung trah raja Mataram, menanggapi kasus Gereja Santo Paulus dengan sangat “arif”: menganggap bahwa acara bakti sosial pihak gereja kurang tepat dalam pengemasannya. Menurut Sultan, kegiatan bakti sosial tidak perlu membawa nama gereja penyelenggaranya.

Iklan

Berita tentang ini saya baca beberapa pagi yang lalu, 31 Januari 2018. Ini menjadi semacam konfirmasi bahwa intoleransi di The City of Tolerance ini semakin menguat. Dan kelompok intoleran seperti mendapatkan panggung untuk menjadi intoleran karena arah politik pemegang kekuasaan sedang memberi angin kepada mereka.

Babak 4

Hari ini saya ingin berandai-andai.

Seandainya saya adalah seorang sultan yang berkuasa atas wilayah Alas Mentaok yang menjadi simbol kerukunan itu, tentu saya akan mempertahankan citra rukun ini dengan segenap kekuasaan dan wewenang yang ada pada saya. Tentu saya akan berpihak kepada komunitas atau kelompok yang mengatasnamakan apa pun, yang berorientasi pada cara beragama yang ramah, toleran, dan sejuk.

Seandainya saya adalah seorang sultan yang telah turut mendeklarasikan kota wilayah saya sebagai The City of Tolerance, tentu saya akan dengan mudah menangkap kedok pengguna kekerasan dan produsen kebencian atas alasan agama dan sektarianisme. Tentu saya akan dengan mudah melakukan deteksi terhadap siapa pun yang menjadikan agama sebagai kuda tunggangan untuk mempersekusi kelompok lain.

Seandainya saya adalah seorang sultan yang dulu adalah khalifatullah sayidin panatagama (gelar ini dihapus oleh Sultan HB X pada 2015 lewat “Sabda Raja”, bersamaan dengan penggantian gelar sultan dari Hamengku Buwono X menjadi Hamengku Bawono X), saya akan memastikan bahwa beragama yang benar tentu adalah beragama yang ramah, bukan marah. Bahwa sektarianisme dan ego kelompok tertentu tidak mungkin diberi panggung dalam konteks membangun wilayah yang majemuk dan kosmopolit.

Babak 5

Saya membayangkan Sri Sultan membaca catatan kecil ini lalu naik andong dan meluncur ke Masjid Mataram Kotagede, ngopi sore sama Pak Warisman. Tentu ngobrol sekopi sore akan nikmat jika ditemani semacam singkong rebus atawa sukun goreng, sambil cerita masa lalu. Suatu masa ketika masjid menjadi sesuatu yang dibuat dengan penuh filosofi yang sejuk dan merukunkan.

Semoga.

Terakhir diperbarui pada 8 Februari 2018 oleh

Tags: bakti sosialFJIFUIgereja pringgolayanintoleransiJogjakristenisasimajelis mujahidinsanto paulussultan
Anick HT

Anick HT

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.