MOJOK.CO – Terlepas dari menang dan kalah tim yang mereka bela, Naby Keita, Mahrez, Torreira, Jorginho, dan Fred bermain apik. Apakah mereka bisa konsisten?
Pekan pertama Liga Inggris usai sudah. Selain Arsenal, tim enam besar musim lalu berhasil memetik kemenangan. Manchester City mengalahkan Arsenal, Liverpool mengalahkan West Ham United, Manchester United mengalahkan Leicester City, dan Chelsea pulang ke Stamford Bridge dengan nilai penuh atas Huddersfield. Tottenham Hotspur tidak termasuk karena gagal membeli pemain baru.
Selain rasa kangen ingin menyaksikan tim kesayangannya bermain, para fans Liga Inggris tak mungkin tidak menantikan “para debutan” bermain. Pemain baru, yang datang di jendela transfer musim panas diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap performa tim. Apalagi, para pemain baru ini datang dengan banderol yang cukup tinggi.
Mojok Institute mengompilasi penampilan para debutan menjadi satu tulisan.
Riyad Mahrez bersama Manchester City
Sebagai juara bertahan, Manchester City tidak bergerak terlalu agresif di jendela transfer musim panas. Untuk tim utama, klub asuhan Pep Guardiola ini hanya membeli Riyad Mahrez dari Leicester City dengan banderol 61 juta paun. Melawan Arsenal di Stadion Emirates, pemain asal Aljazair itu langsung bermain sejak menit pertama.
Pembelian Mahrez sendiri sudah cukup menggambarkan tujuan Guardiola. Pelatih asal Spanyol itu membutuhkan satu lagi winger yang kuat dalam situasi satu lawan satu. Mahrez membuktikan diri bahwa dirinya adalah sosok penyerang sayap yang dibutuhkan Guardiola. Bermain di sisi kanan, dengan kaki dominan adalah kaki kiri, Mahrez menghadirkan ancaman lewat gerakan cut inside dan melepas tembakan ke tiang jauh. Mahrez di kanan dan Raheem Sterling di kiri, City punya dua sayap yang berbahaya.
Naby Keita bersama Liverpool
Ketika Alex-Oxlade Chamberlain harus menepi hingga bulan Agustus 2019 karena cedera lutut, fans Liverpool berharap Naby Keita, si pemain baru, bisa langsung klop dengan cara bermain Jurgen Klopp. Debut bersama Liverpool melawan West Ham, publik Anfield mendapati bahwa mereka tak perlu khawatir tidak bisa melihat Chamberlain hingga tahun depan. Naby Keita bisa memberi garansi
Salah satu sebab menurunnya level Liverpool di final Liga Champions yang lalu adalah karena absennya Chamberlain. Pemain asal Inggris itu adalah jembatan antara lini tengah dan depan. Kelebihan dalam soal menggiring bola dan akurasi umpan menjadi kepingan penting The Reds. Naby Keita, bisa menggantikan kepingan yang hilang itu. Bahkan, seiring adaptasi, Naby Keita bisa menjadi pemain yang lebih penting dibandingkan Chamberlain.
Naby Keita adalah penjelajah. Stamina yang mumpuni dan visi yang jelas membuatnya bisa menyediakan diri kapan saja sebagai penerima umpan di sepertiga akhir lapangan. Covering ruang Naby Keita yang luas ketika Liverpool bertahan cocok dengan sistem pressing tim ini. Kecerdasan Naby Keita mengambil posisi membantu Naby Keita membuat satu pra-asis. Pembelian dan debut yang brilian.
Fred bersama Manchester United
Harga Fred mencapai 53 juta paun dan Manchester United sungguh tepat sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli pemain asal Brasil tersebut. Pemain berusia 25 tahun tersebut adalah aspek yang dirindukan United, terutama di lini tengah. Bersama Paul Pogba, Fred menjadi mesin penggerak Setan Merah.
Jose Mourinho menyebut Fred sebagai pemain yang berteknik. Ia melengkapi komposisi lini tengah United yang berisisi pemain-pemain “kuat” seperti Nemanja Matic, Marouane Fellaini, dan Ander Herrera. Teknik mengumpan Fred termasuk kelas elite disertai kemampuan bermain di ruang yang sempit. Keberadaannya sangat penting untuk menjadi “pemain antara”, antara lini tengah dan penyerang. Fred dan Pogba bisa menjadi duet playmaker berbahaya di Liga Inggris.
Jorginho bersama Chelsea
Jamak terjadi seorang pelatih membawa serta pemain andalannya ketika resmi melatih klub baru. Itulah yang dilakukan Maurizio Sarri ketika kali pertama mendarat di Chelsea. Sarri ingin manajemen segera membeli Jorginho dari Napoli, mantan klub Sarri. Berbanderol 51 juta paun, Jorginho langsung dipercaya menjadi playmaker dari kedalaman.
Kualitas umpan Jorginho sudah diakui ketika dirinya menjadi penyeimbang skuat Napoli yang agresif. Jeli, ia memindai ruang dan menilai pemosisian diri kawan dengan baik sebelum mengirim umpan. Jenis umpan Jorginho sangat sederhana, namun efektif. Jenis umpan yang memastikan usaha Chelsea membangun serangan dari bawah berjalan mulus.
Namun ketika situasi mendukung, Jorginho mampu melepas umpan terobosan seperti melewati lubang jarum. Sangat akurat, sangat presisi. Keberadaan Jorginho membuat N’Golo Kante bisa bermain lebih ke depan, bukan lagi seorang gelandang bertahan semata. Dengan ruang jelajah yang lebih luas, Kante bisa lebih terlibat dalam proses bertahan maupun menyerang lebih efektif.
Lucas Torreira bersama Arsenal
Pemain asal Uruguay ini masuk di menit ke-70 ketika Arsenal sudah dalam posisi tertinggal dua gol dari Manchester City. Lucas Torreira tidak membutuhkan waktu yang panjang untuk beradaptasi dengan situasi pertandingan. Torreira menghadirkan satu aspek yang gagal diberikan Granit Xhaka di pertandingan tersebut, ketenangan ketika menguasai bola dan kepastian ketika bertahan.
Banyak memosisikan diri di belakang Matteo Guendouzi, Torreira mengawasi ruang yang luas. Pemosisian diri yang baik membuatnya bisa menutup banyak ruang kreasi City. Meski bertubuh kecil, keberadaannya di tengah lapangan terasa besar. Kemampuannya meredam kreativitas dan agresivitas lawan sudah dibuktikan ketika mematikan Cristiano Ronaldo di Piala Dunia 2018.
Hanya dalam waktu 15 menit saja, Torreira memberi alasan pasti bahwa untuk pertandingan selanjutnya Unai Emery harus memainkan dirinya. Proses transisi di dalam tubuh Arsenal membutuhkan pemain yang mampu memberikan ketenangan. Torreira bisa menjadi sosok itu, yang menenangkan badai di lini tengah The Gunners.
Demikianlah kompilasi pemain debutan bersama klub baru mereka. Masih pekan pertama, Liga Inggris masih menyimpan banyak kejutan untuk Mahrez, Naby Keita, Fred, Jorginho, dan Torreira. Konsistensi dan mental yang akan berbicara dalam proses adaptasi ini.